Kisah Nabi Ayyub a.s
By
Unknown
Kisah Para Nabi
0
komentar
Nabi Ayub as menggambarkan sosok
manusia yang paling sabar, bahkan bisa dikatakan bahwa beliau berada di puncak
kesabaran. Sering orang menisbatkan kesabaran kepada Nabi Ayub. Iblisalnya,
dikatakan: seperti sabarnya Nabi Ayub. Jadi, Nabi Ayub menjadi simbol kesabaran
dan cermin kesabaran atau teladan kesabaran pada setiap bahasa, pada setiap
agama, dan pada setiap budaya. Allah SWT telah memujinya dalam kitab-Nya yang
berbunyi:
"Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayub) seorang yang
sabar. Dialah sebaih-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada
Tuhannya)." (QS. Shad: 44)
Yang dimaksud al-Aubah ialah kembali
kepada Allah SWT. Nabi Ayub adalah seseorang yang selalu kembali kepada Allah
SWT dengan zikir, syukur, dan sabar. Kesabarannya menyebabkan beliau memperoleh
keselamatan dan rahasia pujian Allah SWT padanya.
Al-Qur'an
al-Karim tidak menyebutkan bentuk dari penyakitnya, dan banyak cerita-cerita
dongeng yang mengemukakan tentang penyakitnya. Dikatakan bahwa beliau terkena
penyakit kulit yang dahsyat sehingga manusia-manusia enggan untuk mendekatinya.
Dalam cuplikan kitab Taurat disebutkan berkenaan dengan Nabi Ayub: "Maka
keluarlah setan dari haribaan Tuhan dan kemudian Ayub terkena suatu luka yang
sangat mengerikan dari ujung kakinya sampai kepalanya." Tentu kita menolak
semua ini sebagai suatu hakikat yang nyata. Kami pun tidak mentolerir jika itu
dianggap sebagai perbuatan seni semata. Perhatikanlah ungkapan dalam Taurat:
"Kemudian setan keluar dari haribaan Tuhan kita," sebagai orang-orang
Muslim, kita mengetahui bahwa setan telah keluar dari haribaan Tuhan sejak
Allah SWT menciptakan Adam as. Maka, kapan setan kembali keharibaan Tuhan? Kita
berada di hadapan ungkapan seni, tetapi kita tidak berada di hadapan suatu
hakikat.
Lalu,
bagaimana hakikat sakitnya Nabi Ayub dan bagaimana kisahnya? Yang populer
tentang cobaan Nabi Ayub dan kesabarannya adalah riwayat berikut: para malaikat
di bumi berbicara sesama mereka tentang manusia dan sejauh mana ibadah mereka.
Salah seorang di antara mereka berkata: "Tidak ada di muka bumi ini
seorang yang lebih baik daripada Nabi Ayub. Beliau adalah orang mukmin yang
paling sukses, orang mukmin yang paling agung keimanannya, yang paling banyak
beribadah kepada Allah SWT dan bersyukur atas nikmat-nikmat-Nya dan selalu
berdakwah di jalan-Nya."
Setan
mendengarkan apa yang dikatakan lalu ia merasa terganggu dengan hal itu.
Kemudian ia pergi menuju ke Nabi Ayub dalam rangka berusaha menggodanya tetapi
Nabi Ayub adalah seorang Nabi di mana hatinya dipenuhi dengan ketulusan dan
cinta kepada Allah SWT sehingga setan tidak mungkin mendapatkan jalan untuk
mengganggunya.
Ketika
setan berputus asa dari mengganggu Nabi Ayub, ia berkata kepada Allah SWT:
"Ya Rabbi, hamba-Mu Ayub sedang menyembah-Mu dan menyucikan-Mu namun, ia
menyembah-Mu bukan karena cinta, tapi ia menyembah-Mu karena
kepentingan-kepentingan tertentu. Ia menyembah-Mu sebagai balasan kepada-Mu
karena Engkau telah memberinya harta dan anak dan Engkau telah memberinya
kekayaan dan kemuliaan. Sebenarnya ia ingin menjaga hartanya, kekayaannya, dan
anak-anaknya. Seakan-akan berbagai nikmat yang Engkau karuniakan padanya adalah
rahasia dalam ibadahnya. Ia takut kalau-kalau apa yang dimilikinya akan binasa
dan hancur. Oleh karena itu, ibadahnya dipenuhi dengan hasrat dan rasa takut.
Jadi, di dalamnya bercampur antara rasa takut dan tamak, dan bukan ibadah yang
murni karena cinta."
Riwayat
tersebut mengatakan bahwa Allah SWT berkata kepada iblis: "Sesungguhnya
Ayub adalah hamba yang mukmin dan sejati imannya. Ayub menjadi teladan dalam
keimanan dan kesabaran. Aku membolehkanmu untuk mengujinya dalam hartanya.
Lakukan apa saja yang engkau inginkan, kemudian lihatlah hasil dari apa yang
engkau lakukan."
Akhirnya,
setan pergi dan mendatangi tanah Nabi Ayub dan berbagai tanaman dan kenikmatan
yang dimilikinya. Kemudian setan itu menghancurkan semuanya. Keadaan Nabi Ayub
pun berubah dari puncak kekayaan ke puncak kefakiran. Kemudian setan menunggu
apa tindakan Nabi Ayub. Nabi Ayub berkata: "Oh musibah dari Allah SWT. Aku
harus mengembalikan kepada-Nya amanat yang ada di sisi kami di mana Dia saat
ini mengambilnya. Allah SWT telah memberi kami nikmat selama beberapa masa.
Maka segala puji bagi Allah SWT atas segala nikmat yang diberikannya, dan Dia
mengambil dari kami pada hari ini nikmat-nikmat itu. Bagi-Nya pujian sebagai
Pemberi dan Pengambil. Aku dalam keadaan ridha dengan keputusan Allah SWT.
Dia-lah yang mendatangkan manfaat dan mudharat. Dia-lah yang ridha dan Dialah
yang murka. Dia adalah Penguasa. Dia memberikan kerajaan kepada siapa yang di
kehendaki-Nya, dan mencabut kerajaan dari siapa yang dikehendaki-Nya; Dia
memuliakan siapa yang dikehendaki-Nya dan menghinakan siapa yang
dikehendaki-Nya." Kemudian Nabi Ayub sujud dan Iblis tampak tercengang
melihat pemandangan tersebut.
Lalu
setan kembali kepada Allah SWT dan berkata: "Ya Allah, jika Ayub tidak
menerima nikmat kecuali dengan mengatakan pujian, dan tidak mendapatkan musibah
kecuali mendapatkan kesabaran maka hal itu sebagai bentuk usahanya karena ia
mendapatkan anak. Ia mengharapkan dengan melalui mereka kekayaannya meningkat
dan melalui mereka ia dapat menjalani kehidupan yang lebih mudah." Riwayat
mengatakan bahwa Allah SWT membolehkan bagi setan untuk berbuat apa saja kepada
anak-anak Ayub. Kemudian setan menggoncangkan rumah yang di situ anak-anaknya
tinggal sehingga mereka semua terbunuh. Dalam keadaan demikian, Nabi Ayub
berdialog kepada Tuhannya dan menyeru: "Allah memberi dan Allah mengambil.
Maka bagi-Nya pujian saat Dia memberi dan mengambil, saat Dia murka dan ridha,
saat Dia mendatangkan manfaat dan mudharat. Kemudian Ayub pun sujud dan iblis
lagi-lagi tampak tercengang dan merasa malu."
Iblis
kembali menemui Allah SWT dan mengatakan bahwa Ayub dapat bersabar karena
badannya sehat. Seandainya Engkau memberi kekuasaan kepadaku, ya Rabbi, untuk
mengganggu badannya niscaya dia akan berhenti dari kesabarannya. Riwayat
mengatakan bahwa Allah SWT menginzinkan setan untuk mengganggu tubuh Ayub.
Dikatakan bahwa setan memukul tubuh Nabi Ayub dari kepalanya sampai kakinya
sehingga Nabi Ayub sakit kulit di mana tubuhnya membusuk dan mengeluarkan
nanah, bahkan keluarganya dan sahabat-sahabatnya meninggalkannya kecuali
isterinya. Namun lagi-lagi Nabi Ayub tetap bersabar dan bersyukur kepada Allah
SWT. Beliau memuji-Nya pada hari-hari kesehatannya dan ia tetap memuji Allah
SWT saat mendapatkan ujian sakit. Dalam dua keadaan itu, Nabi Ayub tetap
bersabar dan bersyukur kepada Allah SWT.
Melihat
pemandangan itu, amarah setan semakin meningkat namun ia tidak mengetahui apa
yang harus dilakukannya. Di sini setan mengumpulkan para penasihatnya dari
pakar-pakar dan ia menceritakan tentang kisah Ayub dan meminta mereka
mengeluarkan pendapat—setelah ia menyampaikan rasa putus asanya saat
menggodanya atau mencoba menghilangkan sifat sabarnya dan syukurnya. Salah
seorang setan berkata: "Sungguh engkau telah mengeluarkan Adam bapak
manusia dari surga, lalu darimana engkau mendatanginya? Oh, yang engkau maksud
adalah Hawa?" Terbukalah di hadapan Iblis suatu ide yang baru.
Lalu
ia pergi ke istri Ayub dan memenuhi hatinya dengan rasa putus asa sehingga ia
pergi ke Ayub dan berkata padanya: "Sampai kapan Allah SWT menyiksamu? Di
mana harta, keluarga, teman dan kaum kerabat? Di mana masa jayamu dan
kemuliaanmu dahulu?"
Mendengar perkataan isterinya itu, Nabi
Ayub menjawab: "Sungguh engkau telah dikuasai oleh setan. Mengapa engkau
menangisi kemuliaan yang telah berlalu dan anak yang telah mati?"
Perempuan itu berkata: "Mengapa
engkau tidak berdoa kepada Allah agar Dia menghilangkan cobaan darimu dan
menyembuhkanmu serta menghilangkan kesedihannmu?"
Nabi Ayub berkata: "Berapa lama
kita merasakan kebahagiaan?"
Istrinya menjawab: "Delapan
tahun."
Ayub berkata: "Berapa lama kita
mendapat penderitaan?"
Istrinya menjawab: "Tujuh
tahun."
Ayub berkata: "Aku malu jika aku
meminta agar Allah SWT melepaskan penderitaanku ketika aku melihat masa
kebahagiaanku. Sungguh imanmu tampak melemah dan keputusan Allah SWT membuat
hatimu menjadi sempit. Seandainya aku sembuh dan kembali kepada kekuatanku,
niscaya aku akan memukulmu dengan seratus kali pukulan dari tongkat. Sejak hari
ini, aku tidak memakan dari makananmu dan dari minumanmu atau memerintahkanmu
untuk melakukan suatu urusan. Maka pergilah kau dariku."
Akhirnya,
isteri Nabi Ayub pergi sehingga Nabi Ayub tinggal sendirian dalam keadaan sabar
menanggung penderitaanya. Penderitaan yang seandainya ditimpakan kepada gunung
niscaya gunung tidak akan mampu menahannya. Kemudian Nabi Ayub berdoa kepada
Allah SWT dalam keadaan penuh kasih sayang dan meminta belas kasih kepada-Nya.
Beliau berdoa agar Allah SWT menyembuhkannya. Dan akhirnya, doanya dikabulkan
oleh Allah SWT. Demikianlah riwayat yang populer berkenaan dengan penderitaan
Nabi Ayub dan kesabarannya.
Menurut hemat kami, riwayat ini palsu
karena ia sesuai dengan teks Taurat yang menjelaskan sakitnya Nabi Ayub. Begitu
juga kami tidak menerima jika dikatakan bahwa penyakitnya sangat buruk sekali
yang menyebabkan masyarakat lari darinya sebagaimana dikatakan oleh
dongeng-dongeng kuno. Bagi kami, riwayat semacam itu bertentangan dengan
kedudukan kenabian. Yang perlu kita perhatikan dan perlu kita pastikan adalah
apa-apa yang telah disampaikan oleh Al-Qur'an berkenaan dengan cerita Nabi
Ayub. Al-Qur'an adalah kitab satu-satunya yang pasti benar yang tiada kebatilan
di depan dan di belakangnya.
Allah SWT berfirman:
"Dan (ingatlah kisah) Ayub ketika ia menyeru Tuhannya:
('Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan
Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.' Maka Kami pun memperkenankan
seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyahit yang ada padanya dan Kami
kembalihan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka,
sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua
yang menyembah Allah." (QS. al-Anbiya': 83-84)
Kita
telah memahami bahwa Nabi Ayub adalah hamba yang saleh dari hamba-hamba Allah
SWT. Allah SWT menginginkan untuk mengujinya dalam hartanya, keluarganya, dan
badannya. Hartanya hilang sehingga ia menjadi orang fakir setelah sebelumnya ia
termasuk orang yang paling kaya. Kemudian ia ditinggalkan oleh istrinya dan
keluarganya sehingga ia merasakan arti kesunyian dan kesendirian lalu ia
ditimpa penyakit dalam tubuhnya dan ia merasa menderita karenanya, tetapi
beliau tetap sabar menghadapi semua itu dan tetap bersyukur kepada Allah SWT.
Sakit
yang dideritanya cukup lama sehingga beliau menghabiskan waktu-waktu dan
hari-harinya dalam keadaan sendirian bersama penyakitnya, rasa sedihnya, dan
kesendiriannya. Demikianlah Nabi Ayub merasakan segi tiga penderitaan. Segi
tiga penderitaan dalam hidupnya, yaitu sakit, kesedihan, dan kesendirian. Di
saat beliau mendapat cobaan seperti itu, pada suatu hari datang pada beliau
salah satu pemikiran setan. Pikiran itu berputar-putar di relung hatinya;
pikiran itu mengatakan padanya, wahai Ayub penyakit ini dan penderitaan yang
engkau rasakan oleh karena godaaan dariku. Seandainya engkau berhenti sabar
dalam satu hari saja niscaya penyakitmu akan hilang darimu. Kemudian
manusia-manusia berbisik-bisik dan berkata: Seandainya Allah SWT mencintainya
niscaya ia tidak akan merasakan penderitaan yang begitu hebat. Demikianlah
pemikiran yang jahat itu. Setan tidak mampu untuk mengganggu seseorang kecuali
dengan izin Allah SWT sebagaimana Allah SWT tidak menjadikan cinta-Nya kepada
manusia identik dengan kesehatan mereka. Sesungguhnya Allah SWT menguji mereka
sebagaimana yang dikehendaki-Nya.
Pikiran
setan itu berputar di sekitar hati Nabi Ayub seperti berputarnya lalat di musim
panas di sekitar kepala manusia, namun beliau mampu menghilangkan pikiran ini
dan sambil tersenyum kepada dirinya beliau berkata: "Keluarlah hai setan!
Sungguh aku tidak akan berhenti bersabar, bersyukur, dan beribadah."
Akhirnya, pikiran jahat itu dengan rasa putus asa keluar dari akal Nabi Ayub.
Nabi Ayub duduk dalam keadaaan marah karena setan berani untuk mengganggunya.
Beliau membayangkan bahwa boleh jadi setan berani menggodanya dengan
memanfaatkan kesendiriannya, penderitaannya, dan penyakitnya.
Istri
Nabi Ayub datang dalam keadaan terlambat dan mendapati Nabi Ayub dalam keadaan
marah. Istrinya itu menutupi kepalanya dengan suatu kain tertutup. Istri Nabi
Ayub menghadirkan atau menghidangkan makanan yang baik untuknya.
Nabi Ayub bertanya padanya: "Dari
mana engkau mendapati uang?"
Nabi Ayub telah bersumpah akan
memukulnya seratus kali pukulan dengan tongkat ketika beliau sembuh, tetapi
kesabarannya sungguh sangat luas seperti sungai yang besar. Dan di waktu sore,
setelah mengetahui kehalalan makanan yang dihidangkan, beliau pun memakannya.
Kemudian Nabi Ayub keluar menuju ke gunung dan berdoa kepada Tuhannya.
Allah SWT berfirman:
"Dan ingatlah akan hamba Kami Ayub ketika ia menyeru
Tuhannya: 'Sesungguhnya aku diganggu setan dengan kepayahan dan siksaan.'
(Allah berfirman): 'Hantamkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan
untuk minum. Dan Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya
dan (Kami tambahkan) kepada mereka sebanyak mereka pula sebagai rahmat dari
Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai pikiran. Dan ambillah dengan
tanganmu seikat (rumput), maka pukullah dengan itu dan janganlah kamu melanggar
sumpah. Sesugguhnya Kami mendapati dia (Ayuh) seorang yang sabar. Dialah
sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia sangat taat (hepada Tuhannya)." (QS. Shad: 41-44)
Bagaimana
kita memahami perkataan Nabi Ayub, "Sesungguhnya aku diganggu setan dengan
kepayahan dan siksaan."? Nabi Ayub ingin mengadukan kepada Allah perihal
keberanian setan padanya di mana setan membayangkan bahwa ia dapat
mengganggunya. Nabi Ayub tidak percaya bahwa sakit yang dideritanya adalah datang
karena pengaruh setan.
Demikianlah
pemahaman yang sesuai dengan kemaksuman para nabi dan kesempumaan mereka. Allah
SWT memerintahkan beliau untuk mandi di salah satu mata air di gunung. Allah
SWT memerintahkannya agar beliau minum dari mata air ini. Kemudian Nabi Ayub
melaksanakan perintah ini dan mandi serta minum. Belum lama beliau minum pada
tegukan yang terakhir sehingga beliau merasakan sehat dan sembuh total dari
penyakitnya. Kemudian suhu panas dalam tubuhnya pun kembali normal seperti
biasanya. Allah SWT memberikan kepada Ayub dan keluarganya dan orang-orang yang
seperti mereka suatu rahmat dari sisi-Nya sehingga Nabi Ayub tidak kembali
sendirian. Allah SWT memberinya berlipat-lipat kekayaan dan kemuliaan dari
sisi-Nya sehingga Ayub tidak menjadi fakir.
Nabi
Ayub kembali mendapatkan kesehatannya setelah lama merasakan penderitaan dan
sakit; Nabi Ayub bersyukur kepada Allah SWT. Beliau telah bersumpah untuk
memukul istrinya sebanyak seratus pukulan dengan tongkat ketika beliau sembuh.
Sekarang beliau sembuh maka Allah SWT mengetahui bahwa beliau tidak bermaksud
untuk memukul istrinya. Namun agar beliau tidak sampai melanggar janjinya dan
sumpahnya, Allah SWT memerintahkannya agar segera mengumpulkan seikat ranting
dari bunga Raihan yang berjumlah seratus dan hendaklah beliau memukulkan itu
kepada istrinya dengan sekali pukulan. Dengan demikian, beliau telah memenuhi
sumpahnya dan tidak berbohong. Allah SWT membalas kesabaran Ayub dan memujinya
dalam Al-Qur'an sebagaimana firman-Nya:
"Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayub) seorang yang
sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada
Tuhannya)." (QS. Shad: 44)
0 komentar:
NO SPAM, SPAMER'S AKAN SECARA OTOMATIS TERHAPUS DARI FORM KOMENTAR, TERIMAKASIH !