Kisah Nabi Syu'aib a.s
By
Unknown
Kisah Para Nabi
0
komentar
Allah SWT mengutus Syu'aib pada
penduduk Madyan:
"Dan kepada (penduduk) Madyan (kami utus) saudara
mereka, Syu 'aib. Ia berkata: 'Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada
Tuhan bagimu selain Dia.'" (QS. Hud: 84)
Banyak orang di zaman kita beranggapan
bahwa agama hanya merupakan program-program yang kosong dan nilai-nilai akhlak
semata. Ini adalah keyakinan klasik dan salah. Pada hakikatnya, agama adalah
sistem dalam kehidupan dan pergaulan. Intinya ialah hubungan dengan Allah SWT.
Oleh karena itu, usaha meIblisahkan antara problem-problem tauhid dan perilaku
manusia dalam kehidupan mereka sehari-hari berarti meIblisahkan agama dari
kehidupan dan mengubahnya menjadi adat-istiadat, tradis-tradisi, dan
acara-acara ritual yang hampa. Kisah Nabi Syu'aib menampakkan hal yang demikian
secara jelas.
Ini
adalah dakwah yang sama yang diserukan oleh setiap nabi. Dalam hal ini tidak
ada perbedaan antara satu nabi dan nabi yang lain. Ia merupakan dasar akidah
dan tanpa dasar ini mustahil suatu bangunan akan berdiri. Setelah peletakan
bangunan tersebut, Syu'aib mulai menyuarakan dakwahnya:
"Dan janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan.
Sesungguhnya aku melihat kamu dalam keadaan yang baik (mampu) dan sesungguhnya
aku khawatir terhadapmu akan azab hari yang membinasakan (kiamat)." (QS. Hud: 84)
Setelah menjelaskan masalah tauhid
secara langsung, Nabi Syu'aib berpindah pada masalah muamalah sehari-hari yang
berkenaan dengan kejujuran dan keadilan. Adalah hal yang terkenal pada penduduk
Madyan bahwa mereka mengurangi timbangan dan mereka tidak memberikan hak-hak
manusia. Ini adalah suatu kehinaan yang menyentuh kesucian hati dan tangan
sebagaimana menyentuh kesempurnaan harga diri dan kemuliaan.
Para
penduduk Madyan beranggapan bahwa mengurangi timbangan adalah salah satu
bentuk kelihaian dan kepandaian dalam jual-beli serta bentuk kelicikan dalam
mengambil dan membeli. Kemudian nabi mereka datang dan mengingatkan bahwa hal
tersebut merupakan hal yang hina dan termasuk pencurian. Nabi Syu'aib
memberitahukan kepada mereka bahwa beliau khawatir jika mereka meneruskan
perbuatan keji itu niscaya akan turun kepada mereka azab di mana manusia tidak
akan dapat menghindar dari siksaan itu. Perhatikanlah bagaimana campur tangan
Islam melalui Nabi Syu'aib yang diutus kepada manusia di mana ia memperhatikan
persoalan jual-beli dan mengawasinya:
"Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan dengan
adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan
janganlah kamu membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan." (QS. Hud: 85)
Nabi
Syu'aib meneruskan misi dakwahnya. Beliau mengulang-ulangi nasihatnya kepada
mereka dengan cara yang baik dan mengajak ke jalan yang baik, tidak ke jalan
yang buruk; beliau menghimbau kepada mereka untuk menegakkan timbangan dengan
keadilan dan kebenaran dan mengingatkan mereka agar jangan merampas hak-hak
orang lain. Merampas hak-hak orang lain itu tidak terbatas pada jual-beli saja,
namun juga berhubungan dengan perbuatan-perbuatan lainnya; beliau memerintahkan
mereka untuk menegakkan timbangan keadilan dan kejujuran. Demikianlah seruan
dari agama tauhid dan akidah tauhid di mana ia selalu menyuarakan kejujuran dan
keadilan.
Agama
selalu memerintahkan manusia untuk menjalin kerjasama sesama mereka dalam
kehidupan sehari-hari dengan cara-cara yang bijaksana dan baik, baik menyangkut
hubungan kerja, hubungan pribadi maupun hubungan lainnya. Al-Qur'an al-Karim
mengatakan: "Dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka.
"Dan kata as-Syai' (sesuatu) dalam ayat tersebut diucapkan kepada hal-hal
yang bersifat materi dan yang bersifat non-materi (rohani) di mana masuk dalam
katagori itu perbuatan-perbuatan dan hubungan-hubungan yang menghasilkan.
Al-Qur'an melarang segala bentuk kelaliman, baik kelaliman berkenaan dengan
menimbang buah-buahan atau sayur-sayuran maupun kelaliman dalam bentuk tidak
memberikan penghargaan terhadap usaha manusia dan pekerjaan mereka. Sebab,
kelaliman terhadap manusia akan menciptakan suasana ketidakharmonisan yang berakibat
pada timbulnya penderitaan, sikap putus asa, dan sikap tidak peduli, sehingga
pada akhirnya hubungan sesama manusia berjalan tidak harmonis dan menimbulkan
kegoncangan dalam kehidupan. Oleh katrena itu, Al-Qur'an mengingatkan agar
jangan sampai ada manusia yang berbuat kerusakan di muka bumi:
"Dan janganlah kamu membuat kejahatan di muka bumi
dengan membuat kerusakan. Sisa (keuntungan) dart Allah adalah lebih baik bagimu
jika kamu orang-orang yang beriman. Dan aku bukanlah seorangpenjaga atas dirimu."
(QS. Hud: 85-86)
Yang
dimaksud al-'Atsu ialah sengaja membuat kerusakan dan bertujuan untuk membuat
kerusakan. Janganlah kalian membuat kerusakan di muka bumi; janganlah kalian
sengaja untuk menciptakan keonaran di muka bumi. Apa yang ada di sisi Allah SWT
adalah hal yang terbaik buat kalian jika kalian benar-benar beriman. Kemudian
Nabi Syu'aib memberitahu kepada mereka bahwa ia tidak memiki sesuatu kepada
mereka; ia tidak dapat menguasai mereka tidak juga ia selalu mengawasi mereka.
Beliau hanya sekadar seorang rasul atau utusan untuk menyampaikan ajaran
Tuhannya: "Dan aku bukanlah seorang
penjaga atas dirimu. " (QS. Hud: 86)
Dengan
cara yang demikian, Nabi Syu'aib menjelaskan kaumnya bahwa masalah yang mereka
hadapi saat ini sangat penting dan sangat serius, bahkan sangat berat. Beliau
memberitahu mereka akibat yang bakal mereka terima jika mereka membuat
kerusakan. Selesailah bagian pertama dari dialog Nabi Syu'aib bersama kaumnya.
Nabi Syu'aib telah mengawali pembicaraan dan kaumnya mendengarkan. Kemudian
beliau berhenti dari pembicaraannya dan sekarang kaum membuka pembicaraan:
"Mereka berkata: 'Hai Syu'aib, apakah agamamu yang
menyuruh agar kami meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami atau
melarang hand berbuat apa yang kami kehendaki tentang harta kami. Sesungguhnya
kamu adalah orang yang sangat penyantun lagi berakal " (QS. Hud: 87)
Para
penduduk Madyan yang kafir mereka biasa merampok dan menyembah al-Aikah, yaitu
pohon dari al-Aik yang dikelilingi oleh dahan-dahan yang berputar di sekelilingnya.
Mereka termasuk orang-orang yang menjalin hubungan sesama manusia dengan
cara-cara yang sangat keji. Mereka suka mengurangi timbangan; mereka mengambil
yang lebih darinya dan tidak menghiraukan kekurangannya. Perhatikanlah semua
itu dalam dialog mereka bersama Syu'aib. Mereka berkata, "wahai Syu'aib
apakah agamamu yang memerintahkanmu...?" Seakan-akan agama ini mendorong
Syu'aib dan membisikinya serta memerintahnya sehingga ia menaati tanpa
pertimbangan dan pemikiran. Sungguh Syu'aib telah berubah dengan agamanya itu
menjadi alat yang bergerak dan alat yang tidak sadar. Demikianlah celaaan dan
tuduhan keji yang dialamatkan oleh kaum Nabi Syu'aib kepadanya. Agama Syu'aib
telah membuatnya gila dan membuatnya nekat untuk memerintahkan mereka meninggalkan
apa yang selama ini mereka sembah dan disembah oleh kakek-kakek mereka.
Kakek-kakek mereka telah menyembah tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan sementara
agama Syu'aib memerintahkan mereka untuk hanya menyembah Allah SWT. Kenekatan
model apa dari Syu'aib ini?
Dengan
ejekan dan penghinaan ini, Nabi Syu'aib menghadapi dialog yang terjadi dengan
mereka. Kemudian mereka kembali bertanya-tanya dengan penuh keheranan dan
dengan nada mengejek: "Apakah agamamu yang menyuruh agar kami meninggalkan
apa yang disembah oleh bapak-bapak kami." Tidakkah engkau sadar wahai
Syu'aib bahwa agamamu ingin mencampuri keinginan kita dan cara kita menggunakan
harta kita? Apakah hubungan keimanan dan salat dengan muamalah materi?
Dengan
pertanyaan ini, kaum Nabi Syu'aib mengira bahwa mereka mencapai suatu tingkat
kecerdasan. Mereka mengemukakan di hadapannya problem keimanan, dan mereka
mengingkari adanya keterkaitan antara perilaku manusia dan muamalah mereka
serta perekonomian mereka. Ini adalah masalah yang klasik; ini adalah usaha
untuk meIblisahkan antara ekonomi dan Islam di mana setiap nabi justru di utus
untuknya meskipun nama-nama mereka berbeda-beda; ini adalah masalah kuno yang
diungkap oleh kaum Nabi Syu'aib di mana mereka mengingkari bahwa agama turut
campur dalam kehidupan sehari-hari mereka, perekonomian mereka dan cara mereka
menggunakan harta mereka. Mereka menganggap bahwa menginfakkan harta atau
menggunakannya atau menghambur-hamburkannya adalah suatu yang tidak berhubungan
dengan agama. Hal itu menyangkut kebebasan pribadi manusia. Bukankah itu
hartanya yang khusus lalu mengapa agama turut campur di dalamnya?
Demikianlah
pemahaman kaum Nabi Syu'aib kepada Islam yang dibawa oleh Nabi Syu'aib. Kami
kira pemahaman demikian sedikit atau banyak tidak berbeda dengan pemahaman
banyak masyarakat di zaman kita sekarang mereka menganggap bahwasannya Islam
tidak memiliki kaitan dengan kehidupan pribadi manusia dan kehidupan
perekonomian mereka. Oleh karena itu, manusia dapat menggunakan harta mereka
sesuai dengan kemauan mereka: "Sesungguhnya kamu adalah orang yang sangat
penyantun lagi berakal."
Mereka
ingin mengatakan kepada Nabi Syu'aib, seandainya engkau seorang yang bijaksana
dan memiliki pemikiran yang matang niscaya engkau tidak akan mengatakan apa
yang telah engkau katakan. Mereka kembali mengejek Nabi Syu'aib dan merendahkan
dakwahnya. Seandainya Anda bertanya kepada kaum Nabi Syu'aib tentang pemahaman
agama mereka maka mereka pasti mengingkari bahwa agama adalah sebagai sistem
dalam kehidupan yang menjadikan hidup lebih mulia, lebih suci, lebih adil dan
lebih pantas manusia untuk menjabat sebagai khalifatullah di muka bumi;
seandainya Anda bertanya kepada mereka tentang agama niscaya mereka
memberitahumu bahwa ia hanya berupa kumpulan nilai-nilai rohani yang baik yang
tidak mewarnai kehidupan sehari-hari.
Dengan
pemahaman seperti ini, agama hanya sekadar hiasan. Ini adalah pemahaman yang
menggelikan karena Allah SWT mengutus para nabi dan ajaran-ajaran yang mereka
bawa bukan untuk perhiasan dan main-mainan. Maha Suci Allah SWT dari semua itu.
Allah SWT mengutus para nabi-Nya dengan membawa sistem baru dalam kehidupan,
yaitu sistem yang mencakup nilai-nilai dan pemikiran-pemikiran yang itu semua
tidak akan bermakna jika tidak berubah menjadi suatu sistem dalam kehidupan
secara umum dan mengatur kehidupan secara khusus. Dengan pemahaman seperti
inilah agama menjadi mulai dan agama menjadi benar adanya. Dan dengan asumsi
seperti ini, kita memahami seberapa jauh campur tangan agama dalam
persoalan-persoalan kehidupan sehari-hari: dimulai dari hubungan-hubungan cinta
sampai undang-undang perkawinan, bahkan cara mengambil keputusan hidup sampai
sistem dalam menginfakkan uang dan menggunakannya, juga sistem dalam cara
menggunakan dan mendistribusikan kekayaan dan sebagainya. Jika manusia memahami
agama seperti ini makajadilah agama sesuatu kebenaran. Dan kalau tidak, agama
laksana puing-puing saja.
Nabi
Syu'aib mengetahui bahwa kaumnya mengejeknya karena mereka menganggap agama
tidak turut campur dalam kehidupan sehari-hari. Namun, beliau menghadapi semua
itu dengan penuh kelembutan dan kasih sayang karena beliau yakin apa yang
beliau bawa adalah kebenaran. Beliau tidak peduli dengan ejekan mereka dan
tidak tersinggung dengannya dan tidak mempersoalkan hal itu; beliau memberi pengertian
kepada mereka bahwa beliau berada di atas kebenaran dari Tuhannya; beliau
adalah seorang nabi yang mengetahui kebenaran; beliau tidak melarang mereka
untuk meninggalkan sesuatu yang di balik larangan itu mendatangkan keuntungan
pribadi buatnya; beliau tidak ingin menasihati mereka dalam kejujuran agar
pasar menjadi sepi dan karenanya beliau mengambil manfaat; beliau hanya sekadar
seorang nabi di mana dakwah setiap nabi tergambar dalam ungkapan yang singkat:
"Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan
selama aku masih berkesanggupan. " (QS. Hud: 88)
Yang
beliau inginkan hanya al-Islah (usaha membuat perbaikan). Demikanlah kandungan
dan inti dakwah para nabi yang sebenarnya. Mereka adalah al-Muslihun, yaitu
orang-orang yang membuat perbaikan; mereka memperbaiki akal, memperbaiki hati
dan memperbaiki kehidupan yang umum dan kehidupan yang khusus:
"Syu'aib berkata: 'Hai kaumku, bagaimana pikiranku
jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan dianugerahi-Nya aku
dari-Nya rezeki yang baik (patutkah aku menyalahi perintah-Nya)? Dan aku tidak
berkehendak menyalahi kamu (dengan mengerjakan) apa yang aku larang. Aku tidak
bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan
tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada
Allah bertawakal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali.'" (QS. Hud: 88)
Setelah
Nabi Syu'aib menjelaskan tujuan-tujuannya kepada mereka dan menyingkapkan
kebenaran dakwahnya, beliau mulai mengotak-atik akal-akal rnereka; beliau
mengungkapkan kepada mereka bagaimana pergulatan orang-orang sebelum mereka
dengan para nabi sebelumnya, yaitu kaum Nabi Nuh, kaum Nabi Hud, kaum Nabi
Saleh, dan kaum Nabi Luth yang masa mereka ddak jauh dengan masa Nabi Syu'aib.
Beliau mulai berdialog dengan mereka dan mengingatkan mereka bahwa sikap
penentangan mereka justru akan mendatangkan siksaan bagi mereka. Nabi Syu'aib
mengingatkan mereka bagaimana nasib orang-orang yang mendustakan kebenaran:
"Hai kaumku, janganlah hendaknya pertentangan antara
aku (dengan kamu) menyebabkan kamu menjadi jahat hingga kamu ditimpa azab
seperti yang menimpah kaum Nuh atau kaum Hud atau kaum Saleh, sedang kaum Luth
tidak (pula) jauh (tempatnya) dari kamu. Dan mohonlah ampun dari Tuhanmu
kemudian bertaubatlah kepada-Nya, sesungguhnya Tuhanku Maha Penyayang lagi Maha
Pengasih. " (QS. Hud: 89-90)
Usai
Nabi Syu'aib berdakwah kepada Allah SWT dan menjelaskan al-ishlah (usaha
memperbaiki masyarakat) dan mengingatkan mereka bahaya penentangan serta
menakut-nakuti mereka dengan menceritakan kembali siksaan yang diterima
orang-orang yang berbohong sebelum mereka. Meskipun demikian, Nabi Syu'aib
tetap membukakan pintu pengampunan dan pintu taubat bagi mereka. Beliau
menunjukkan kepada mereka kasih sayang Tuhannya Yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Namun kaum Nabi Syu'aib memilih azab. Kekerasan hati mereka dan
keinginan mereka untuk mendapatkan harta yang haram serta rasa puas dengan
sistem yang mengatur mereka, semua itu menyebabkan mereka menolak kebenaran:
"Mereka berkata: 'Hai Syu'aib, kami tidak banyak
mengerti tentang apa yang kamu katakan itu.'" (QS. Hud: 91)
Kami tidak memahamimu. Engkau adalah
seorang yang mengacau; engkau mengatakan sesuatu yang tidak dimengerti:
"Dan sesungguhnya kami benar-benar melihat kamu
seorang yang lemah di antara kami." (QS. Hud: 91)
Beliau
dikatakan sebagai orang yang lemah karena orang-orang fakir dan orang-orang
yang rrienderita adalah orang-orang yang beriman padanya, sedangkan orang-orang
kaya dan para pembesar telah menentang mereka. Demikianlah pertimbangan umumnya
manusia yang tidak memiliki kekuatan cukup untuk menghadapi kebenaran dakwah
Nabi Syu'aib di mana beliau dianggap sebagai orang yang lemah:
"Kalau tidaklah karena keluargamu tentulah kami akan
merajammu." (QS. Hud: 91)
Seandainya kalau bukan karena
keluargamu dan kaummu dan orang-orang yang mengikutimu niscaya kami akan
menggali suatu lubang dan kami akan bunuh kamu dilubang itu dengan cara
melempari kamu dengan batu:
"Sedang kamu pun bukanlah seorangyang berwibawa di
sisi kami." (QS. Hud: 92)
Kaum
Nabi Syu'aib berpindah dari cara mengejek pada cara menyerang. Nabi Syu'aib
telah menyampaikan bukti kepada mereka setelah mereka mengejeknya, lalu mereka
mengubah cara mereka berdialog. Mereka memberitahunya bahwa mereka tidak
memahami apa yang beliau katakan dan mereka melihat bahwa Nabi Syu'aib sebagai
orang yang lemah dan hina. Dan seandainya kalau bukan karena mereka takut
(kasihan) kepada keluarganya niscaya mereka akan membunuhnya. Mereka
menampakkan kebencian kepada Nabi Syu'aib dan ingin sekali untuk membunuhnya
kalau bukan karena alasan-alasan yang berhubungan dengan keluarganya.
Menghadapi ancaman itu, Nabi Syu'aib tetap menunjukkan sikap lembutnya lalu
beliau bertanya kepada mereka dengan maksud untuk menggugah kesekian kalinya
akal mereka:
"Syu 'aib menjawab: 'Hai kaumku, apakah keluargaku
lebih terhormat menurut pandanganmu daripada Allah. "
(QS. Hud: 92)
Apakah
cukup rasional jika mereka membayangkan hal tersebut? Mereka melupakan hakikat
kekuatan yang mengatur alam. Sesungguhnya hanya Allah SWT Yang Maha Mulia dan
Maha Kuat. Seharusnya mereka mengingat hal itu; seharusnya seseorang tidak
takut kepada apapun selain Allah SWT dan tidak membandingkan kekuatan di alam
wujud ini dengan kekuatan Allah SWT. Hanya Allah SWT Yang Kuat dan hanya Dia
yang mengatur hamba-hamba-Nya.
Tampak bahwa kaum Nabi Syu'aib mulai
kesal dan semakin kesal dengannya, lalu berkumpullah para pembesar kaumnya:
"Pemuka-pemuka dari kaum Syu 'aib yang menyombongkan
diri berkata: 'Sesungguhnya kami akan mengusir kamu hai Syu'aib dan dengan
orang-orang yang beriman bersamamu dari kota kami, kecuali kamu kembali kepada
agama kami.'" (QS. al-A'raf: 88)
Mereka
menggunakan tahap baru dengan cara mengancam Nabi Syu'aib; mereka mengancamnya
untuk membunuh dan mengusir dari desa mereka; mereka memberi pilihan kepada
Nabi Syu'aib antara terusir dan kembali kepada agama mereka yang menyembah
pohon-pohon dan benda-benda mati. Nabi Syu'aib memberitahu kepada mereka bahwa
masalah kembalinya ia ke agama mereka adalah masalah yang tidak berhubungan
dengan masalah-masalah yang disebutkan dalam perjanjian. Sungguh Allah SWT telah
menyelamatkan beliau dari agama mereka lalu bagaimana beliau kembali lagi
padanya? Beliau yang mengajak mereka pada agama tauhid lalu bagaimana beliau
mengajak mereka untuk kembali pada kesyirikan dan kekufuran? Beliau mengajak
mereka dengan cara yang lembut dan kasih sayang sementara mereka mengancamnya
dengan kekuatan.
Demikianlah
pertentangan antara Nabi Syu'aib dan kaumnya semakin berlanjut. Nabi Syu'aib
memegang amanat dakwah untuk menghadapi para pembesar, para pendusta, dan para
penguasa kaumnya. Akhirnya, Nabi Syu'aib mulai mengetahui bahwa mereka tidak
lagi memiliki harapan karena mereka telah berpaling dari Allah SWT:
"Sedang Allah
kamu jadikan sesuatu yang terbuang di belakangmu? Sesungguhnya pengetahuan
Tuhanku meliputi apa yang kamu kerjakan. Dan (dia berkata): 'Hai kaumku,
berbuatlah menurut kemampuanmu, sesungguhnya aku pun berbuat (pula). Kelak kamu
akan mengetahui siapa yang akan ditimpa azab yang menghinakannya dan siapa yang
berdusta. Dan tunggulah azab (Tuhan). Sesungguhnya aku pun menunggu bersama
kamu." (QS. Hud: 92-93)
Nabi
Syu'aib berlepas diri dari mereka. Mereka telah berpaling dari agama Allah SWT
bahkan telah mendustakan nabi-Nya dan menuduhnya bahwa ia tersihir dan seorang
pembohong. Maka, setiap orang hendaklah melakukan apa saja yang diinginkannya
dan hendaklah mereka menunggu azab Allah SWT. Kemudian pergulatan antara Nabi
Syu'aib dan kaumnya berakhir adanya fase baru. Mereka meminta kepada Nabi
Syu'aib untuk mendatangkan azab dari langit jika beliau termasuk orang-orang yang
benar. Dengan nada mencibir dan menantang, mereka berkata: "di mana azab
itu, di mana siksaan yang dijanjikan itu? Mengapa terlambat datang?"
Mereka
mengejek Nabi Syu'aib dan beliau dengan tenang menunggu datangnya azab Allah
SWT. Allah SWT mewahyukan kepada beliau agar keluar bersama orang-orang mukmin
dari desa tersebut. Akhirnya, Nabi Syu'aib keluar bersama para pengikutnya dan
datanglah azab Allah SWT:
"Dan takkala datang azab Kami. Kami selamatkan Syu'aib
dan orang-orang yang beriman bersama-sama dengan dia dengan rahmat dari kami,
dan orang-orang lalim dibinasakan oleh satu suara yang mengguntur, lalu jadilah
mereka mati bergelimpangan di rumahnya. Seolah-olah mereka belum pernah berdiam
di tempat itu. Ingatlah, kebinasaan bagi penduduk Madyan sebagaimana kaum
Tsamud telah binasa." (QS. Hud: 94-95)
Ia
adalah teriakan sekali saja satu suara yang datang kepada mereka dari
celah-celah awan yang menyelimuti. Mula-mula mereka barangkali bergembira
karena membayangkan itu akan membawa hujan tetapi mereka dikagetkan ketika
datang kepada mereka siksaan yang besar pada hari yang besar.
Selesailah
masalah ini. Mereka menyadari bahwa teriakan itu membawa bencana buat mereka;
teriakan itu menghanguskan setiap makhluk yang ada di dalam negeri itu. Mereka
tidak mampu bergerak dan tidak mampu menyembunyikan diri dan tidak pula mereka
dapat menyelamatkan diri mereka.
0 komentar:
NO SPAM, SPAMER'S AKAN SECARA OTOMATIS TERHAPUS DARI FORM KOMENTAR, TERIMAKASIH !