You did great, Little Bro..
By
Unknown
Cerpen Keluarga
0
komentar
Pencapaian apa yang dapat kita
banggakan dalam hidup? Apakah itu popularitas? kekayaan? Jabatan? Karir? Atau Keluarga?
Pertanyaan-pertanyaan itu tiba-tiba saja
melintas dalam pikiranku.
Apa
yang pantas kubanggakan dalam hidup? Hmmn, pertanyaan mudah yang ternyata cukup
sulit untuk kujawab saat ini. Banyak kutelan kefanaan yang terasa begitu nyata,
tak sedikit kisah yang kujalani dengan luar biasa, tapi apa yang bisa
kubanggakan dari itu semua? Sebenarnya
secara spontan pertanyaan itu mudah untuk kujawab! Namun semakin ku renungkan, semakin
pudar pula jawaban yang mampu kuberikan…
Aku
punya pekerjaan yang mapan walau tak cemerlang, jabatan yang sanggup kupegang walau tak besar,
harta yang mampu kupergunakan walau tak banyak, keluarga yang kusayang, cinta
yang kuidamkan, petualangan yang menantang, atau kenangan yang menyenangkan.
Telah kunikmati semua jenis rasa kehidupan. Manis, asam, pahit atau getirnya
hari-hari tak luput kucicipi. Aku tak bermaksud menyombongkan kesempurnaan dari
miniatur dunia yang kujalani, atau membanggakan deretan derita yang sanggup
kuhadapi. Namun entah mengapa, tak mampu ku temukan jawaban yang jujur dari
pertanyaan ini, apa yang telah kudapatkan tak sedikitpun pantas tuk
kubanggakan, lalu apa yang bisa kubanggakan?
Pertanyaan
itu membawaku pikiranku melayang kembali ke masa lalu. Sebait catatan usang
dari kisah yang telah kujalani sewaktu dulu, hari-hari dimana aku baru memulai
semua itu, masa kecilku. Aku yang paling muda dari tiga bersaudara. Aku tumbuh
dalam keluarga sederhana, tak ada harta, tak banyak cinta, namun mampu untuk
sekedar kurasa. Kunikmati keceriaan masa kecilku bersama teman sebaya dilingkungan
tempat tinggalku, kuperoleh contoh panutan dalam bertindak dan bersikap dari
kakak-kakakku, kudapatkan nafkah dari ayah, dan cinta serta perhatian dari
bunda. Kujalani masa kecilku yang biasa, tak sempurna, namun cukup untuk
kurasakan sebagai miniatur dari kehangatan sebuah keluarga. Dan keluarga ini
semakin hangat dengan hadirnya anggota baru, adik kecilku.
Waktu berlalu
memberikan kisah yang berbeda, ketika ayah terkena PHK. Kesulitan dalam
keluarga yang semakin bertambah memberikan suasana berbeda dalam keluarga ini.
Adik kecilku tumbuh dalam keluarga yang sama dengan ku, tapi apa yang dia
dapati dari keluarga ini tak sama seperti apa yang kudapatkan. Ayah dan bunda yang semakin tua, penghasilan
mereka yang semakin sulit untuk memenuhi kebutuhan kami semua, menjadikan
keluarga ini semakin jauh dari kehangatan, semakin terperosok dalam lubang
kesulitan. Sementara kami kakak-kakaknya telah menjalani hidup ditempat berbeda
walau dengan kesulitan yang sama.
Kutinggalkan
keluarga setelah ku lepas seragam putih-biru, harus kutinggalkan keluarga agar
mampu ku jalani masa-masa putih-abu. Sementara kedua kakakku mencoba mandiri,
berhenti menjadi beban dengan mencari nafkah sendiri dan menopang kebutuhan
keluarga. Sedangkan Ayah dan bunda beserta adikku menjalani hari demi hari
dengan berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya hanya untuk mendapatkan
nafkah.
Lingkungan
tempat tinggal yang berpindah-pindah dan sulitnya hidup yang harus dijalani,
membuat adik kecilku tak cukup mampu tuk menikmati masa kecilnya. Tak ada cukup
waktu baginya tuk berbaur dengan teman sebaya dilingkungan yang selalu
berpindah. Tak ada kehangatan keluarga yang cukup baginya ketika ayah dan bunda
harus membanting tulang untuk tetap menjaga nafkah mereka. Kutinggalkan
keluarga yang sedang dalam kondisi seperti itu, membuatku tak pernah merasakan
kesulitan yang mereka hadapi, kesulitan yang tak mampu kuhadapi. Kujalani
hari-hariku terpisah dari mereka, kuhadapi kesulitanku sendiri, dan hanya mampu
memberi perhatian kepada mereka tanpa mampu memberi kontribusi yang berarti.
Bukan ku tak mau, tapi aku tak mampu.
Adik kecilku harus tumbuh dalam
keluarga yang seperti itu. Dia menghabiskan masa kecilnya dengan hanya
mendapatkan ampas dari apa yang pernah kudapat dari keluarga kami. Tak ada
keceriaan masa kecil bersama sebayanya, tak ada panutan untuk ia jadikan contoh
dalam bersikap, nafkah yang sangat terbatas, cinta dan perhatian yang seadanya,
hanya itu yang bisa ia dapatkan dari masa kecilnya. Hanya ampas yang ia mampu
cicipi, ampas dari kesejahteraan, ampas dari cinta dan kehangatan, ampas dari semua
keceriaan masa kecil yang pernah kudapatkan. Aku tak tumbuh bersama adik
kecilku, aku hanya sesekali pulang kerumah, tinggal bersama keluarga dalam
waktu yang singkat. Hanya mendengar semua kesulitan yang mereka hadapi, hanya
melihat beban yang mereka jalani. Aku hanya tahu bahwa adik kecilku secara
bertahap telah tumbuh remaja.
Perjalanan
waktu mengiringi jejakku, meniti hari tuk tetap maju menata hidup. Setahap demi
setahap kususun duniaku, menjadikanku sosok yang mampu meneruskan jejak
kakak-kakakku tuk menjadi tulang punggung keluarga. Kan kuberikan semua yang
mampu ku beri tuk keluarga, tuk memberikan raut bahagia di wajah mereka. Sudah waktunya
bagiku tuk berkontribusi, tuk sedikit
meringankan beban yang mereka hadapi, walau hanya sekedar nafkah materi.
Sementara adik
kecilku tumbuh remaja dengan berlatar kesulitan yang menemaninya dari kecil, kepribadiannya
terbentuk dari getir dan dinginnya
keluarga. Satu keinginan besar yang kusimpan dalam hati kecilku adalah ingin
mengganti semua pengalaman pahit yang ia rasakan dimasa kecilnya dengan jalan kecerahan
untuk masa depannya. Kuberi perhatian yang kupunya, kubagi materi yang mampu
kuperoleh, kutunjukkan jejak-jejak perjalananku sebagai contoh untuknya. Semua
itu kulakukan untuk mengganti ketidak-becusan peranku sebagai seorang kakak
dimasa kecilnya.
Aku ingin adik
kecilku menikmati cerahnya hari, luasnya dunia, mengisi lembar hidupnya dengan
jutaan pengalaman, petualangan, cinta dan kesuksesan sehingga ia mampu
menghapuskan semua getir dan gambaran buruk dari kenyataan hidup yang pernah ia
jalani. Aku ingin ia mendapatkan semua itu, kuarahkan ia jalan untuk mendapatkan
semua itu, tanpa kutahu apa yang sebenarnya ia inginkan, apa yang ia kehendaki,
apa yang ia ingin capai, dan jalan mana yang ia ingin lalui. Aku terlalu larut
dengan keinginanku terhadapnya, aku terlalu bangga dengan apa yang sudah
kujalani, terlalu naif tuk menilai kualitas diri yang ia punya.
Aku selalu
memberinya arahan, dorongan, seolah aku lebih mampu tuk mengarahkan dirinya
menuju kesuksesan. Aku melihatnya dalam wujud yang kecil, penilaian yang
rendah, harapan yang mentah, tanpa ku lihat apa yang pernah ia jalani, apa yang
telah ia lewati, apa yang sanggup ia lalui, apa yang mampu ia penuhi. Aku
terlalu menilai rendah kehidupannya, karakter pribadinya, sifat
kekanak-kanakannya, Hingga pada suatu hari aku tersadar, mataku terbuka tuk
melihat bahwa ia telah membuktikan ia mampu menjalani masa lalunya, menikmati
masa muda dengan caranya, menyusun rencana masa depan dengan jalannya, menghadapi
masalah-masalah dihadapannya, menanggung beban yang bahkan hanya sekedar masuk
dalam pikiranku pun tak mampu aku tanggung. Dan kini ia yang mengajarkan
padaku, menunjukkan padaku bahwa ia mampu menjalani apa yang tak mampu kujalani,
menghadapi apa yang takut kuhadapi, menyadarkanku bahwa ia mampu melakukan itu.
You did great, little Bro…!
Sedikit ku
tersadar, aku bangga dengan dirinya, dengan caranya mengatasi apa yang tak
mampu aku atasi, melewati apa yang tak mampu kulewati. Aku bangga karena bisa
melihatnya menjadi lebih baik dariku, dan mungkin pencapaian yang akan
diraihnya lebih besar dari yang ku raih.
Hmmn, Jadi apa
yang pantas kubanggakan? Mungkin tak satupun pencapaian yang telah ku peroleh
pantas tuk dibanggakan, dan aku pun tak merasa bangga dengan itu semua. Dan
tidaklah penting bagiku untuk menjawab pertanyaan itu. Yang penting bagiku
adalah apa yang kujalani, apa yang kulalui dan bukan apa yang kucapai dari
semua itu. Pencapaian hanyalah bonus dari apa yang kita jalani, proses
perjalanan itulah yang memberi arti dari apa yang berhasil kita capai. Aku
bangga dengan adik kecilku yang kini mencoba untuk meraih apa yang ia inginkan
dalam hidupnya. Mungkin saat ini ia belum meraih apapun dalam hidupnya, tapi
dari apa yang telah ia jalani, apa yang ia lewati, aku yakin bahwa ia pantas
tuk kubanggakan…
Tak peduli pencapaian
apa yang kita raih,
jika kita telah
melakukan yang terbaik untuk meraihnya,
sekecil apapun
pencapaiannya
maka hal itu pantas
untuk kita banggakan.
0 komentar:
NO SPAM, SPAMER'S AKAN SECARA OTOMATIS TERHAPUS DARI FORM KOMENTAR, TERIMAKASIH !