Save Our Life By Save Theirs Habitat
By
Unknown
Go Green
2
komentar
Jika anda
memiliki hobi jalan-jalan ke tempat wisata alam, mungkin anda juga pernah
berkunjung ke beberapa tempat yang sempat saya datangi seperti Sangeh di Bali,
atau Taman Wisata Tawangmangu di Solo, atau di samping halaman rumah saya, Dago Pakar Bandung.
Satu hal unik
yang saya soroti dari keberadaan para monyet ini ditempat-tempat wisata adalah
ulah mereka yang selain sebagai daya tarik wisata untuk para pengunjung, namun
mereka juga cukup menyebalkan dan terkadang jadi biang kerok bagi para
pengunjung. Para monyet yang hobinya merebut jajanan atau barang bawaan
pengunjung, memang asik dijadikan sebagai tontonan bagi pengunjung lainnya. Tapi tidak demikian ceritanya bagi pengunjung yang secara langsung berurusan
dengan para monyet ini. Seperti kawan saya yang rebutan botol minuman dengan
para monyet ini, saya sih hanya tertawa senang melihat kejadiian lucu itu,
walau kawan saya merasa sangat kesal. Atau kasus wisatawan yang kameranya di
rebut oleh monyet, mungkin wisatawan tersebut disangka sebagai paparazi yang
sudah mengganggu privasi para monyet itu.
Baca juga : Ketika Penyu Hijau Hanya Menjadi Objek Konsumsi
Description: Save Our Life By Save Theirs Habitat
Rating: 4.5
Reviewer: Unknown -
ItemReviewed: Save Our Life By Save Theirs Habitat
Gambar : antaranews.com |
Beberapa
persamaan yang saya jumpai ditempat-tempat tersebut adalah banyaknya monyet
yang sedang berekreasi ditempat itu. Dan tak hanya ditempat-tempat diatas,
hampir di semua tempat wisata alam yang ada di indonesia, kita dapat bertemu
pula dengan monyet-monyet yang juga ikut berwisata. Lho, kok monyetnya yang
sedang berwisata? Tak hanya berwisata, bahkan merekapun ikut ngantor, seperti
dilokasi kantor tempat kawan saya bekerja, dia dapat berjumpa juga dengan monyet-monyet
ini. Padahal monyet-monyet itu tidak terdaftar didalam jajaran staf pegawai
dikantor tersebut. Saya bukan ahli kebinatangan, jadi saya tidak tahu apakah
itu monyet, kera atau kerabat mereka lainnya yang ada disana, saya hanya tahu
kalau itu adalah monyet. Salah satu alasan pasti tentang keberadaan monyet di
tempat-tempat diatas tak lain karena memang dulunya tempat-tempat itu adalah
habitat asli mereka.
Gambar: langitberita.com |
Perkembangan
populasi manusia yang pesat mendorong manusia itu sendiri untuk meng-ekspansi
lingkungan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dalam beraktivitas. Bisa untuk
alasan pemukiman, ladang garapan, atau sekedar tempat wisata. Dan pada umumnya
hal itu dilakukan dengan cara pembukaan hutan alias pengambil-alihan habitat
makhluk lain, termasuk habitat kepunyaan para monyet ini.
Jadi pada awal
masuknya manusia kedalam habitat monyet ini, kita selaku manusia sebenarnya
berada dalam posisi ‘tamu’, dan monyet itu sebagai ‘tuan rumah’. Namun, karena
kita adalah “tamu istimewa”, yang suka berbuat seenaknya, akhirnya si tuan rumah pun terusir dari habitatnya
sendiri. Dan jadinya seperti sekarang ini, habitat yang dulunya kepunyaan para
monyet sudah beralih kepemilikan kepada manusia. Dalam kasus taman wisata,
keberadaan para monyet ditempat itu sekarang hanya berstatus sebagai ‘tamu’ alias
wisatawan.
gambar: tripadvisor.co.id |
Namun saya
memiliki tuduhan tersendiri kepada para monyet ini, sepertinya mereka sedang
melancarkan aksi zionisme alias merebut kembali lahan sendiri. Politik yang
mereka pakai ini, menggunakan strategi yang sama persis seperti ketika mereka
diusir oleh manusia pada waktu sebelumnya, yaitu dengan menjadi “tamu istimewa”
yang suka berulah seenaknya. Malangnya bagi si monyet, sepertinya strategi
mereka tak berjalan sesuai harapan. Dengan alih-alih ingin merebut kembali
habitat, ulah mereka justru menjadi daya tarik tersendiri bagi manusia, dan
semakin menegaskan bahwa habitat mereka kini telah resmi berada dibawah
kepemilikan manusia. Untung saja para monyet ini belum melancarkan gerakan
politik untuk mengambil kursi pemerintahan atau malah menjadi kelompok saparatis bersenjata.
Gambar: allposters.com, xnews |
Yuups,
keberadaan para monyet ditempat wisata atau lingkungan sekitar kita, mau tidak
mau harus diakui sebagai sebuah akibat dari tindak penggusuran habitat yang sebelumnya
menjadi rumah bagi para monyet itu. Tapi saya tak ingin berbicara panjang
mengenai hal ini, karena pada dasarnya manusia melakukan hal itu pun untuk
kepentingan manusia itu sendiri, walau harus mengesampingkan kepentingan para
monyet.
Namun terlepas
dari hal itu, satu poin yang ingin saya garis bawahi disini adalah bahwa kita
itu hidup berdampingan dengan alam. Alam itulah yang menjadi sumber penghidupan
kita. Mau tidak mau, kita harus menjaga alam itu sebaik mungkin jika kita masih
ingin mendapatkan penghidupan yang layak darinya.
Gambar: catatanpudar |
Go Green.. Save
Our Life By Save Theirs Habitat..
jangan sampai anak cucu kita nanti hanya bisa melihat monyet
dalam
bentuk gambar atau video
Semoga para monyet itu tidak
membaca artikel ini,
Sehingga mereka tetap tidak menyadari bahwa strategi yang
mereka gunakan dalam rangka pengambil-alihan kembali habitatnya itu, sebenarnya
telah gagal total.. J
Gambar: pemustaka.com |
Baca juga : Ketika Penyu Hijau Hanya Menjadi Objek Konsumsi
kelihatan editanya
BalasHapusYa iyalah, kalo nggak keliatan mah gak ada efek lucunya.. hehe
BalasHapus