Budaya Copy-Paste
By
Unknown
Sosial
0
komentar
Fenomena copy-paste a.k.a plagiat-isme memang sudah menjamur dan mendarah daging dimasyarakat kita. Banyak dari kita
sudah terbiasa dengan hobi yang satu ini. Bidang yang paling umum dan popular adalah
tradisi copy-paste artikel, entah itu
untuk sekedar iseng, koleksi, sensasi, bikin skripsi, atau sekedar mencari
eksistensi dari artikel milik orang yang diklaim ulang. Pelaku copy-paste
pastinya punya alasan untuk mengcopy-paste karya orang lain, bisa karena suka
dan ingin berbagi, cari referensi, lagi gak ada inspirasi, atau malah Cuma ingin
numpang eksis dari artikel yang popular.
Tradisi copy-paste ini sudah sangat popular
di berbagai aspek sosial, bahkan sudah masuk dalam kurikulum pendidikan,
seperti kejadian pada saat Ujian Nasional kemarin yang dihiasi aksi copy-paste
jawaban yang seolah-olah dibiarkan. Atau seperti dibidang entertainment, dimana
banyak acara-acara dalam negeri yang mengadopsi dari luar, sampai-sampai
Boy-band korea pun ikut diadpsi jadi halfBoy-band ala indonesia. Bahkan dibidang
Politik, akhir-akhir ini banyak ParPol yang mengcopy-paste berkas CaLeg-nya
dibeberapa daerah pemilihan.
Sekarang mari kembali ke judul diatas, pengalaman yang satu ini saya alami sendiri...
Saya bukan seorang penulis, saya
hanya seorang pembaca yang sedikit berkeinginan untuk membaca tulisan saya sendiri.
Nah, demi mewujudkan keinginan saya tersebut, dan berhubung sedang kekurangan
inspirasi ditambah dengan sedikit dorongan untuk mencari eksistensi, saya pun
menikmati teknik copy-paste ini.
Jadi beberapa
waktu lalu saya menulis artikel yang beberapa materi didalamnya merupakan hasil
copy-paste. Masalah muncul ketika ada yang bertanya tentang keabsahan sumber
yang saya gunakan. Sebagai penulis yang bertanggungjawab (ciye..ciye..). Saya
pun kelabakan sampai keluar keringat dingin dan jantung berdebar (lebay) menanggapi pertanyaan tersebut.
Akhirnya, berkutatlah saya untuk mencari sumber yang valid dalam rangka mempertanggungjawabkan
artikel saya.
Dilain cerita,
suatu ketika ada orang yang meminta ijin untuk mengcopy-paste artikel karya
original saya (ciye..ciye..lagi). Menghadapi kondisi seperti itu, disatu sisi
saya merasa bangga bahwa artikel saya mendapat apresiasi yang positif. Namun
disisi lain, saya pun sedikit berberat hati, walaupun gak terlalu saya
permasalahkan.
Dari pengalaman
diatas saya pun memperoleh sebuah pelajaran kecil. Kebiasaan saya
mengcopy-paste artikel ternyata menjadi sebuah masalah ketika kita harus
mempertanggungjawabkannya. Dan ternyata saya pun turut merasakan apa yang dirasakan
para penulis artikel ketika karyanya dicopy-paste orang lain.
**********
Harus diakui jika kegiatan
copy-paste tidak selalu berkonotasi negative. Karena pada dasarnya, jika mengacu
pada esensinya, copy-paste itu dibutuhkan dan memang terkadang harus dilakukan
namun dalam sudut pandang dan istilah yang berbeda.
Sebagai contoh, saya mengambil
kasus klaim budaya Indonesia oleh Malaysia. Disatu sisi, mungkin masyarakat
kita merasa gusar karna budayanya dicopy-paste bahkan di klaim milik Malaysia.
Namun disisi lain, jika kita lihat secara jujur, ada baiknya pula Malaysia mengklaim
budaya kita. Toh budaya itu menjadi tetap terjaga dan ada, malah mendunia walau
jadi milik orang, dan itu saya rasa lebih baik daripada tetap jadi milik kita namun diabaikan. Saya
pribadi sangat membenci ulah Malaysia yang telah mengklaim budaya kita. Namun,
setidaknya itu menjadi cambuk bagi kita untuk lebih menghargai budaya sendiri,
sebelum diklaim oranglain.
Contoh kedua, Negara China yang katanya
hobi juga copy-paste teknologi dari Negara maju, dan membuat karya sendiri dari
teknologi tersebut (a.k.a BAJAKAN). Ternyata ada sisi baik dari aksi tersebut.
Bayangkan kalau tidak ada barang (gadget, perabotan, dll) bajakan produksi China, maka kita harus beli produk dari vendor terkenal yang harganya jauh lebih mahal.
Dari secuil pengalaman saya
diatas, terlepas dari baik-buruknya budaya copy-paste, point yang ingin saya
sampaikan disini adalah:
1. Bagaimanapun
juga, karya hasil copy-paste bukanlah hal yang pantas untuk dibanggakan.
Originalitas karya akan jauh lebih memuaskan bagi si pembuatnya.
2. Copy-paste
adalah hal yang lumrah dilakuan, namun harus mempertimbangkan adab yang baik.
Alangkah baiknya jika kita bersikap santun dengan meminta izin sebelum
mengcopy-paste, atau melampirkan sumbernya.
3. Cermatlah
sebelum mengcopy-paste karya orang, bajakan yang baik adalah bajakan yang dapat
dipertanggungjawabkan (hehe..). Jangan sampai kita mengcopy-paste dari hasil
copy-paste. Kebangetan Brow..
Demikianlah ocehan yang GAK MUTU dari saya..
0 komentar:
NO SPAM, SPAMER'S AKAN SECARA OTOMATIS TERHAPUS DARI FORM KOMENTAR, TERIMAKASIH !