Kisah Si Qarun
By
Unknown
Kisah Motivasi dan Pelajaran Hidup
0
komentar
Qarun adalah nama seorang dari
kaum Nabi Musa dan keluarganya yang dekat. Ia dikurniai Allah kedelapangan rezeki
dan kekayaan harta benda yang besar yang tidak ternilai bilangannya. Ia hidup
mewah, selalu mujur dalam usahanya mengumpulkan kekayaan, sehingga menjadi
padatlah khazanahnya dengan harta benda dan benda-benda yang sangat berharga.
Sampai-sampai para juru kuncinya tidak berdaya membawa atau memikul kunci-kunci
peti khazanahnya karena sangat banyak dan beratnya. Ia hidup secara mewah dan
menonjol di antara kaum dan penduduk kotanya. Segala-galanya adlah luar biasa
dan lain dari yang lain. Gedung-gedung tempat tinggalnya ,pakaiannya
sehari-hari ,pelayan-pelayannya dan hamba-hamba sahayanya yang bilangannya
melebihi keperluan. Dan walaupun ia tenggelam dalam lautan kenikmatan duniawi
yang tiada taranya pada masa itu, ia merasa masih belum puas dengan tingkat
kekayaan yang ia miliki dan terus berusaha mengisi khazanahnya yang sudah padat
itu, sifat mausia yang serakah yang tidak akan pernah puas dengan apa yang
sudah dicapai. Jika ia sudah memiliki segantang emas ia ingin memperolhi
segantang yang kedua dan demikian seterusnya.
Sebagaimana
halnya dengan kebanyakan orang-orang kaya yang telah dimabukkan oleh harta
bendanya maka Qarun tidak merasa sedikit pun bahwa dia mempunyai kewajiban
sosial dengan harta kekayaannya itu. Ia dalam hidupnya hanya memikirkan
kesenangan dan kesejahteraan peribadinya, memikirkan bagaimana ia dapat
menambahkan kekayaannya yang sudah melimpah-limpah itu. Ia telah dinasihati
oleh pemuka-pemuka kaumnya agar ia menyediakan sebagian daripada kekayaannya
bagi menolong para fakir miskin, menolong orang-orang yang telanjang yang tidak
berpakaian dan lapar tidak dapat makanan. Ia diperingatkan bahwa kekayaan yang
ia perolehi itu adalah kurniaan dari Tuhan yang harus disyukuri dengan beramal
kebajikan terhadap sesama manusia dan melakukan perbuatan yang dapat meringankan
penderitaan orang-orang yang ditimpa musibah atau menderita cacat.
Diperingatkan bahwa Allah yang telah memberinya rezeki yang luas itu dapat
sewaktu-waktu mencabutnya bila ia melalaikan kewajiban sosialnya.
Nasihat yang
baik dan peringatan yang jujur yang dikemukakan oleh pemuka-pemuka kaumnya itu
tidak diendahkan oleh Qarun dan tidak mendapat tempat didalam hatinya.Ia bahkan
merasa bahwa karena kekayaannya ialah yang harus memberi nasihat dan bukan
menerima nasihat. Orang harus tunduk kepadanya, mematuhi perintahnya, mengiakan
kata-katanya dan membenarkan segala tindak tanduknya. IA menyombongkan diri
dengan mengatakan kepada orang-orang yang memberikan nasihat itu bahwa kekayaan
yang ia miliki adalah semata-mata hasil jerih payahnya dan hasil kecekapan dan
kepandaiannya berusaha dan bukan merupakan kurnia atau pemberian dari sesiapa
pun. Karenanya ia bebas menggunakan harta kekayaannya menurut kehendak hatinya
sendiri dan tidak merasa terikat oleh kewajipan sosial berupa pertolongan dan
bantuan kepada para fakir miskin dan para penderita yang memerlukan bantuan dan
pertolongan.
Sebagai
tentangan bagi para orang yang menasihatinya, Qarun makin meningkatkan cara
hidup mewahnya dan secara menyolok mempamerkan kekayaannya dengan
berlebih-lebihan. Bila ia keluar, Ia mengenakan pakaian dan perhiasan yang
bergemerdelapan, membawa pengantar dan pembantu lebih banyak daripada biasanya
dan mengenderai kuda-kuda yang dihiasi dengan indah dan cantik. Kemewahan yang
ditonjolkan secara menyolok itu ,merasakan iri-hati dikalangan penduduk
terutama mereka yang masih lemah imannya. Mereka berbisik-bisik diantara sesama
mereka mengeluh dengan berkata: "Mengapa
kami tidak diberi rezeki dan kenikmatan separti yang telah diberikan kepada
Qarun? Alangkah mujurnya nasib Qarun dan alangkah bahagDia dia dalam hidupnya
di dunia ini! Dan mengapa Tuhan melimpahkan kekayaan yang besar itu kepada
Qarun yang tidak mempunyai rasa belas kasihan terhadap orang-orang yang melarat
dan sengsara, orang-orang yang fakir dan miskin yang memerlukan pertolongan
berupa pakaian maupun makanan.Dimanakah letak keadilan Allah yang Maha Pemurah
lagi Maha Pengasih itu?"
Qarun yang tidak
mengabaikan anjuran orang, agar ia secara sukarela menyediakan sebagian harta
kekayaannya untuk disedekahkan kepada orang-orang yang memerlukannya, melarat
dan miskin akhirinya didatangi oleh Nabi Musa menyampaikan kepadanya bahwa
Allah telah mewahyukan perintah berzakat bagi tiap-tiap orang yang kaya dan
berada. Diterangkan oleh Musa kepadanya bahwa dalam harta kekayaan tiap ada bagian
yang telah ditentukan oleh Allah sebagai hak orang-orang yang melarat dan fakir
miskin yang wajib diserahkan kepada mereka.
Qarun merasa
jengkel memerima perintah wajib berzakat itu dan menyatakan keraguan dan
kesangsian kepada Musa. Ia berkata: "Hai
Musa kami telah membantumu dan menyokongmu dalam dakwahmu kepada agama barumu.
Kami telah menuruti segala perintahmu dan mendengarkan segala kata-katamu.
Sikap kami yang lunak itu terhadap dirimu telah memberanikan engkau bartindak
lebih jauh dari apa yang sepatutnya dan mulailah engkau ingin meraih harta
benda kami. Engkau rupanya ingin juga menguasai harta kekayaan kami setelah
kami serahkan kepadamu hati dan fikiran kami sebulat-bulatnya. Dengan perintah
wajib zakatmu ini engkau telah membuka topengmu dan menunjukkan dustamu dan
bahwa engkau hanya seorang pendusta dan ahli sihir belaka."
Tuduhan Qarun
yang ingin melepaskan dirinya dari wajib berzakat itu ditolak oleh Nabi Musa
yang menegaskan kembali bahwa kewajiban berzakat iut tidak dapat ditawar-tawar
dan harus dilaksanakan karena ia adalah perintah Allah yang harus ditaati dan
dilaksanakan dengan semestinya. Quran tidak mendapat jalan untuk mengelakkan
diri dan kewajiban zakat itu setelah berbantah dan berdebat dengan Musa maka ia
menyerah dan ditentukan berapa besar yang harus ia keluarkan zakat harta
kekayaannya.
Setelah tiba di
rumah dan menghitung-hitung bagian yang harus dizakatkan dari harta miliknya
Qarun merasa terlampau besar yang harus dizakatkan dan merasa sayang bahwa ia harus
mengeluarkan dari khazanahnya sejumlah wang tanpa meperolehi imbalan sesuatu
keuntungan dan laba. Fikir punya fikir dan timbang punya timbang akhirnya Qarun
mengambil keputusan untuk tidak akan mengeluarkan zakat walau apapun yang akan
terjadi akibat tindakannya itu.
Untuk menguatkan aksi
pemboikotannya terhadap kewajiban mengeluarkan zakat, Qarun menyebarkan fitnah
kepada Nabi Musa dengan maksud menarik orang agar menjadikan penunjang aksinya
dan mengikutinya menolak menolak kewajiban mengeluarkan zakat sebagaimana
diperintahkan oleh Nabi Musa. Ia menyebarkan fitnah seolah-olah Nabi Musa
dengan dakwahnya dan penyiaran agama barunya bertujuan ingin memperkayakan diri
dan bahwa perintah zakatnya itu adalah merupakan cara perampasan yang halus
terhadap milik-milik para pengikutnya.
Lebih jahat lagi
untuk menjatuhkan Nabi Musa dan kewibawaannya, Qaru bersekongkol dengan seorang
wanita yang diajarinya agar mengaku didepan umum bahwa ia telah melakukan
perbuatan zina dengan Musa. Akan tetapi Allah tidak rela nama Rasul-Nya
tercemar oleh tuduhan palsu yang diaturkan oleh Qarun itu. Maka digerakkanlah
hati wanita sewaannya itu untuk mengatakan keadaan yang sebenarnya dan bahwa
apa yang ia tuduhkan kepada Nabi Musa adalah fitnahan dan ajaran Qarun
semata-mata dan bahawasannya Musa adalah bersih dari perbuatan yang dituduh
itu.
Setelah ternyata
bagi Nabi Musa bahwa Qarun tidak beriktikad baik dan bahwa ia tidak dapat
diharap menjadi pengikut yang soleh yang mematuhi perintah Allah terutama
perintah wajib zakat bahkan ia dapat merusakkan akhlak dan iman para pengikut
Musa dengan sikap dan cara hidupnya yang berlebih-lebihan mewahnya, ditambahkan
pula usahanya yang tidak henti merusakkan kewibawaan Nabi Musa dengan
melontarkan fitnahan dan berbagai hasutan maka habislah kesabaran Nabi Musa
,lalu berdoa ia kepada Allah agar menurunkan azab-Nya atas diri Qarun yang
sombong dan congkak itu, agar menjadi pengajaran dan ibrah bagi kaumnya yang
sudah mulai goyah imannya melihat kenikmatan yang berlimpah-limpah yang telah
Allah kurniakan kepada Qarun yang membangkang itu. Maka dengan izin Allah yang
telah memperkenankan doa Nabi Musa terjadilah tanah runtuh yang dahsyat di atas
mana terletak bangunan gedung-gedung yang mewah tempat tinggal Qarun dan tempat
penimbunan kekayaannya. Terbenamlah seketika itu Qarun hidup-hidup berserta
semua milik kekayaan yang menjadi kebaggaannya.
Peristiwa yang
menimpa Qarun dan harta kekayaannya itu menjadi pelajaran bagi pengikut Nabi
Musa serta obat jiwa bagi mereka yang beriri hati dan mendambakan kenikmatan
dan kemewahan hidup sebagaimana yang telah dialami oleh Qarun. Mereka berkata
seraya bersyukur kepada Allah: "Sekiranya
Allah telah melimpahkan rahmat dan kurnia-Nya, nescaya kami dibenamkan pula separti
Qarun yang selalu kami inginkan kedudukan duniawinya. Sesungguhnya kami telah
tersesat ketika kami beriri hati dan mendambakan kekayaannya yang membawa
binasa baginya. Aduhai benar-2 tidaklah beruntung orang-orang yang mengingkari
nikmat Allah."
Dari kisah diataslah asal-muasal istilah harta karu digunakan, untuk mengingatkan kita pada harta kekayaan Qarun yang sangat banyak, namun malah menjadi bumerang azab akibat dari sifatnya yang kikir dan mengingkari nikmat Allah.
Isi cerita tersebut di atas dapat
dibaca dalam surah "Qashash" ayat 76-82 dan surah
"Al-Ahzaab" ayat 69 sebagai berikut :~
"76~Sesungguhnya Qarun
adalah termasuk kaum Musa maka ia berlaku aniaya terhadap mereka dan Kami telah
menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-nya sungguh berat
dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-2. {Ingatlah{ ketika kaumnya berkata
kepadanya: "Janganlah kamu terlalu bangga sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri." 77~ Dan carilah pada
apa yang telah dianugerahkan kepada mu {kebahagiaan} negeri akhirat, dan
janganlah kamu melupakan bagianmu dari {kenikmatan} duniawi dan berbuat baiklah
{kepada orang lain} sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah
kamu berbuat kerusakkan di {muka} bumi ini. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakkan. 78~ Qarun berkata: "Sesungguhnya aku
diberi harta itu karena ilmu yang ada padaku." Dan apakah ia tidak
mengetahui bahwasannya Allah sungguh telah membinasakan umat-2 sebelumnya yang
lebih kuat daripadanya dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu
ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu tentang dosa-dosa mereka. 79~ Mak
keluarlah Qarun kepada kaumnya dengan kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang
menghendaki kehidupan dunia: " Moga-moga kiranya kita mempunyai separti
apa yang telah diberikan kepada Qarun , sesungguhnya ia benar-benar mempunyai
peruntungan yang besar." 80~ Berkatalah orang-orang yang telah dianugerahi
ilmu: "Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebihbaik bagi
orang-orang yang beriman dan beramal soleh dan tidak diperoleh pahala itu
kecuali oleh orang-orang yang sabar." 81~ Mak Kami benamkan Qarun berserta
rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golongan pun yang menolongnya
terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang {yang dapat} membela
{dirinya}. 82~ Dan jadilah orang-orang yang kelmarin mencita-citakan kedudukan
Qarun itu berkata: "aduhai, benarlah Allah medelapangkan rezeki bagi siapa
yang dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya. Kalau Allah tidak
melimpahkan kurnia-Nya atas kita benar-benar Dia {Allah} telah membenamkan kita
{pula}. Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari {nikmat}
Allah." { Al-Qashash : 76 ~ 82 }
"Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu menjadi separti orang-orang yang menyakiti Musa maka
Allah membersihkannya dari tuduhan-tuduhan yang mereka katakan. Dan adalah dia
seorang yang mempunyai kedudukan terhormat di sisi Allah." { Al-Ahzaab :
69 }
0 komentar:
NO SPAM, SPAMER'S AKAN SECARA OTOMATIS TERHAPUS DARI FORM KOMENTAR, TERIMAKASIH !