• Cerita 25 Nabi
  • Aku dan Kamu
  • You did great, Little Bro..
  • Satu Hari Di Pulau Pribadi
  • Pak Ustad & Jembatan Ajaib
  • Ketika Hati Menjadi Rapuh
  • Dua Malaikat Maut Datang Untuk Menagih Janji
  • Menapaki Jejak Sang Maut
  • Save Our Life By Save Theirs Habitat
  • Budaya Copy-Paste

Translate This Page

Warisan dari Jaman Batu


Gak pernah terbayang sedikitpun sebelumnya bahwa disebuah pulau kecil yang gw tapaki ini, gw menemukan sebuah souvenir yang berasal dari waktu yang sangat lalu. Souvenir yang diwariskan manusia batu pada Waktu yang pernah terlewat jutaan tahun lalu…. Ini bukanlah sebuah tembikar kuno, harta karun atau benda berwujud lainnya. Souvenir yang satu ini sangatlah unik, dan tidak seharusnya masih ada di zaman yang gw jalani sekarang..

” Warisan dari zaman batu, pola hidup prasejarah yang hanya mengutamakan naluri dan kepuasan tanpa melibatkan akal dan etika”

Tual, 9 April 2010
Nyawa gw belum 100% terkumpul dari tidur ketika gw dengar kabar bahwa kompleks tinggal gw akan diserang oleh kampung lain siang nanti. Sejenak gw menengok tetangga yang rumahnya ramai didatangi wanita dan anak-anak yang mencari tempat berlindung dari kemungkinan serangan yang akan segera terjadi…

Sore hari pun tiba ketika gw dengar suara teriakan didepan rumah sebagai isyarat bahwa serangan sudah dimulai, tiang listrik pun dipukul bertalu-talu untuk mengumpulkan manusia-manusia yang siap menumpahkan darah mereka dijalan…
Seorang teman spontan menghalangi gw ketika gw berniat untuk mengambil gambar dengan alasan terlalu berbahaya. Tapi, adrenalin gw terpacu, darah ini mendorong gw untuk terlibat dalam serangan itu. Ketika itu, parang tajam seolah bagai pena yang harus dibawa seorang siswa ketika hendak ikut ujian. Batu, tombak dan mata panah melayang ringan saling berbalas diselingi suara teriakan “ Maju..maju .. ” .
Beberapa polisi dengan senapan lengkap turut meramaikan sore itu dengan peluru karet ke udara. Dan gw pun langsung bergabung dijalan dengan kamera standby mengambil gambar...

Dan ketika itulah gw menemukan sebuah souvenir yang berasal dari zaman lampau. Souvenir yang dititipkan oleh manusia batu kepada mereka. Souvenir yang seharusnya sudah musnah namun tetap melekat dan terjaga dari dulu hingga sekarang ditanah ini, tanah yang gw tapaki saat ini...
Manusia-manusia batu telah memberi mereka sebuah warisan. Warisan yang disimpan dan dipertahankan dalam akal dan pikiran mereka. Warisan yang berupa prikehidupan kelam atas sikap dan perilaku prasejarah mereka yang tak berakal. Bagaimana tidak??
Mereka dengan mudahnya saling serang, saling merugikan satu-sama lain hanya karena dorongan ambisi dan kesenangan belaka.

Namun ditanah yang gw tapaki ini, hal itu seolah menjadi cermin yang menunjukkan secara gamblang bahwa sebenarnya bukan hanya pada mereka warisan dari zaman batu ini diberikan. Karena, kita semua pun turut mendapatkan warisan ini...



Jika sejenak kita berpikir dan jujur terhadap diri kita, maka kita kita akan sadar bahwa manusia batu benar-benar telah mewariskan sikap, prilaku dan pola pikir mereka kedalam otak kita. Tak jarang kita sering menjadi budak dari ambisi, budak dari keegoan kita, budak dari sikap seenaknya dan tak acuh yang sering kita lakukan. Dan warisan itu tetap tersimpan dalam diri kita. Hingga pada akhirnya semua itu tergantung kepada kita, apakah kita akan menggunakan warisan itu dalam tiap-tiap pola prilaku kita atau membuangnya, atau bahkan kita wariskan kembali kepada anak cucu kita..??
Dan keputusan itu ada di tangan kita sepenuhnya..


Baca Selengkapnya

Budaya Copy-Paste


Fenomena copy-paste a.k.a plagiat-isme memang sudah menjamur dan mendarah daging dimasyarakat kita. Banyak dari kita sudah terbiasa dengan hobi yang satu ini. Bidang yang paling umum dan popular adalah tradisi copy-paste artikel,  entah itu untuk sekedar iseng, koleksi, sensasi, bikin skripsi, atau sekedar mencari eksistensi dari artikel milik orang yang diklaim ulang. Pelaku copy-paste pastinya punya alasan untuk mengcopy-paste karya orang lain, bisa karena suka dan ingin berbagi, cari referensi, lagi gak ada inspirasi, atau malah Cuma ingin numpang eksis dari artikel yang popular. 
      Tradisi copy-paste ini sudah sangat popular di berbagai aspek sosial, bahkan sudah masuk dalam kurikulum pendidikan, seperti kejadian pada saat Ujian Nasional kemarin yang dihiasi aksi copy-paste jawaban yang seolah-olah dibiarkan. Atau seperti dibidang entertainment, dimana banyak acara-acara dalam negeri yang mengadopsi dari luar, sampai-sampai Boy-band korea pun ikut diadpsi jadi halfBoy-band ala indonesia. Bahkan dibidang Politik, akhir-akhir ini banyak ParPol yang mengcopy-paste berkas CaLeg-nya dibeberapa daerah pemilihan.

Sekarang mari kembali ke judul diatas, pengalaman yang satu  ini saya alami sendiri...
        Saya bukan seorang penulis, saya hanya seorang pembaca yang sedikit berkeinginan untuk membaca tulisan saya sendiri. Nah, demi mewujudkan keinginan saya tersebut, dan berhubung sedang kekurangan inspirasi ditambah dengan sedikit dorongan untuk mencari eksistensi, saya pun menikmati teknik copy-paste ini.
        Jadi beberapa waktu lalu saya menulis artikel yang beberapa materi didalamnya merupakan hasil copy-paste. Masalah muncul ketika ada yang bertanya tentang keabsahan sumber yang saya gunakan. Sebagai penulis yang bertanggungjawab (ciye..ciye..). Saya pun kelabakan sampai keluar keringat dingin dan jantung berdebar (lebay) menanggapi pertanyaan tersebut. Akhirnya, berkutatlah saya untuk mencari sumber yang valid dalam rangka mempertanggungjawabkan artikel saya.
      Dilain cerita, suatu ketika ada orang yang meminta ijin untuk mengcopy-paste artikel karya original saya (ciye..ciye..lagi). Menghadapi kondisi seperti itu, disatu sisi saya merasa bangga bahwa artikel saya mendapat apresiasi yang positif. Namun disisi lain, saya pun sedikit berberat hati, walaupun gak terlalu saya permasalahkan.
      Dari pengalaman diatas saya pun memperoleh sebuah pelajaran kecil. Kebiasaan saya mengcopy-paste artikel ternyata menjadi sebuah masalah ketika kita harus mempertanggungjawabkannya. Dan ternyata saya pun turut merasakan apa yang dirasakan para penulis artikel ketika karyanya dicopy-paste orang lain.
**********

        Harus diakui jika kegiatan copy-paste tidak selalu berkonotasi negative. Karena pada dasarnya, jika mengacu pada esensinya, copy-paste itu dibutuhkan dan memang terkadang harus dilakukan namun dalam sudut pandang dan istilah yang berbeda.

Sebagai contoh, saya mengambil kasus klaim budaya Indonesia oleh Malaysia. Disatu sisi, mungkin masyarakat kita merasa gusar karna budayanya dicopy-paste bahkan di klaim milik Malaysia. Namun disisi lain, jika kita lihat secara jujur, ada baiknya pula Malaysia mengklaim budaya kita. Toh budaya itu menjadi tetap terjaga dan ada, malah mendunia walau jadi milik orang, dan itu saya rasa lebih baik daripada  tetap jadi milik kita namun diabaikan. Saya pribadi sangat membenci ulah Malaysia yang telah mengklaim budaya kita. Namun, setidaknya itu menjadi cambuk bagi kita untuk lebih menghargai budaya sendiri, sebelum diklaim oranglain.

Contoh kedua, Negara China yang katanya hobi juga copy-paste teknologi dari Negara maju, dan membuat karya sendiri dari teknologi tersebut (a.k.a BAJAKAN). Ternyata ada sisi baik dari aksi tersebut. Bayangkan kalau tidak ada barang (gadget, perabotan, dll) bajakan produksi China,  maka kita harus beli produk dari vendor terkenal yang harganya jauh lebih mahal.

Dari secuil pengalaman saya diatas, terlepas dari baik-buruknya budaya copy-paste, point yang ingin saya sampaikan disini adalah:
1. Bagaimanapun juga, karya hasil copy-paste bukanlah hal yang pantas untuk dibanggakan. Originalitas karya akan jauh lebih memuaskan bagi si pembuatnya.
2.  Copy-paste adalah hal yang lumrah dilakuan, namun harus mempertimbangkan adab yang baik. Alangkah baiknya jika kita bersikap santun dengan meminta izin sebelum mengcopy-paste, atau melampirkan sumbernya.
3. Cermatlah sebelum mengcopy-paste karya orang, bajakan yang baik adalah bajakan yang dapat dipertanggungjawabkan (hehe..). Jangan sampai kita mengcopy-paste dari hasil copy-paste. Kebangetan Brow..

Demikianlah ocehan yang GAK MUTU dari saya..


Baca Selengkapnya

WOW, Pengemis sodomi 4 Pelajar SMA


Pagi-pagi sebelum ngantor,enaknya nonton berita dulu biar wawasan tetap Up To Date. Ada berita cukup menarik yang bertajuk “beberapa pelajar jadi korban sodomi seorang pengemis”. Berita ini ditayangkan REDAKSI PAGI TRANS7 barusan.
      Saya juga tidak memperhatikan tayangan beritanya, maklum denger berita sambil mandi biar gak telat masuk kantor. Namun berikut  kutipan berita yang saya dengar :
      “Seorang pengemis di Riau ditangkap aparat kepolisian karena menyodomi empat orang pelajar SMA. Menurut penuturan polisi, pengemis tersebut memberi iming-iming uang sebesar 10 Ribu rupiah agar pelajar-pelajar itu mau diajak ke hotel yang disewanya dari uang hasil mengemis, kemudian menyodomi mereka. Pengemis itu pun mengakui bahwa alasan ia melakukan sodomi karena dirinya tidak memiliki ketertarikan seksual pada lawan jenis” (didengar dari: REDAKSI PAGI TRANS7, 10/5/13). 

***--------------***

            Entah saya yang salah dengar, atau pemberitaannya memang demikian. Berita unik yang membuat saya berkata “WOW” itu menambah deretan fenomena unik  yang terjadi dinegeri ini, selain diketemukannya uang puluhan juta rupiah yang dimiliki seorang pengemis ketika terjaring razia Pol PP beberapa waktu lalu (lihat disini).
Serba-salah memang jika berbicara tentang pengemis. Undang-Undang Dasar 45 secara jelas menyatakan bahwa fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara. Namun disisi lain, banyak pula modus neko-neko yang dilakukan oleh oknum pengemis. Seperti pengemis musiman yang bertaburan dikota-kota besar ketika menjelang Hari Raya, atau para pemalas yang lebih memilih untuk mengemis karena penghasilan yang menjanjikan. Maka wajar jika beberapa aturan daerah sempat menghimbau masyarakat untuk tidak memberi uang pada pengemis, walaupun Perda tersebut tidak berjalan efektif (Baca: disini).  Tentu yang dirugikan disini pastinya mereka yang benar-benar tidak mampu mengupayakan diri untuk memenuhi kebutuhan hidup hingga akhirnya harus mengemis.


Kembali ke berita yang saya dengar tadi padi. Beberapa hal mengherankan yang saya ambil dari pemberitaan diatas, yang membuat saya bertanya-tanya:
1.   Apa yang dipikirkan si pengemis itu sehingga uang hasil mengemis ia gunakan untuk menyewa penginapan? Kenapa gak di semak-semak atau dipinggir sungai biar gak perlu bayar sewa.
2.    Apa pula yang ada dipikiran para pelajar SMA itu sehingga mau diajak main ke penginapan hanya dengan iming-iming duit 10 Ribu rupiah??
3.     Tidak tertarik pada lawan jenis ??? Mungkin anda berminat untuk membaca Preman-isme atau Gay-isme.


Yaah entahlah, namun berita tadi pagi yang saya dengar merupakan sebuah bukti bahwa Indonesia tak hanya memiliki kekayaan alam, namun kaya juga akan fenomena social yang cukup unik. Dan inilah waktunya saya untuk berkata WOOW..


Baca Selengkapnya

Ketika Harus berkata ‘WOW’ dibidang Pendidikan



Teringat oleh salah satu iklan provider seluler yang hobinya KOPROL sambil bilang WOW, ternyata dalam hidup ini dapat kita temukan banyak fenomena sosial yang merangsang reflex kita untuk berkata “Woow..” walau tanpa gerakan koprol.
Dibawah ini hanyalah kisah fiksi tentang fenomena sosial yang mendorong  saya untuk berkata “WOW..”

                                                                           ************

Alkisah seorang rakyat bertanya kepada presidennya, :”Pak, bagaimana cara bapak untuk dapat mencerdaskan bangsa, sementara kami untuk menyekolahkan anak saja tidak punya biaya??

Mendengar pertanyaan itu, Pak Presiden pun menjawab dengan bijak :”Kami akan anggarkan 20% APBN untuk Pendidikan..!"


Dibelahan dunia lain, disebuah daerah antah-berantah, dalam sebuah rapat, perwakilan wali murid mengeluh kepada Pak Kepala Sekolah,

Wali Murid :” Bapak, kami keluarga miskin, makan saja susah, tapi kok kami gak kebagian dana BOS untuk anak kami ?”
Mendengar pertanyaan itu, Pak Kepala Sekolah pun menjawab dengan santai,:”Haduh, maaf bu.. kami memahami kesulitan ibu, namun ibu juga harus memahami bahwa anggaran yang dimiliki Negara ini untuk pendidikan sangatlah terbatas..!”
Wali Murid:” Lho, bukannya anggaran Negara untuk pendidikan itu sangat besar pak?, Apakah masih kurang?”
Pak Kepala Sekolah yang kelabakan menanggapi pertanyaan wali murid akhirnya meminta tanggapan dari Pak Mentri
Pak Mentri :”Memang betul ibu, anggaran untuk pendidikan itu sebesar 20% APBN atau sekitar 200 Trilyun,  namun anggaran itu kan digunakan  untuk banyak hal, Sertifikasi Guru saja menyerap anggaran sampai 110 Trilyun, jadi ibu mohon maklum..!”
Wali Murid:”maklum Pak..?? Hanya itu saja jawaban yang bisa bapak berikan?"
Pak Mentri:”Terus, apa yang anda mau?  Gua harus koprol sambil bilang WOW gituh??”
Wali Murid : “Bapak Mentri cukup bilang WOW saja, biar saya yang KOPROL..!”

Tak jauh disekitar ruang rapat, beberapa guru sedang beristirahat dan berdiskusi:
Guru honorer A:”Gaji kita bulan ini bakal keluar gak yaa?”
Guru honorer B:”haduh, bingung juga nieh.. biarpun gaji keluar  tetep aja gak bisa nutupin utang bekas bulan kemarin..! “
Lalu datanglah beberapa guru lainnya yang ikut dalam diskusi,
Guru PNS A :”Jeng, rapelan Sertifikasi ntar mo beli apa enaknya yak?”
Guru PNS B:”Haduh, bingung juga cyiint.. udah beli HP, Motor, ma Perhiasan, tapi belom abis-abis juga duitnya..!”
Mendengar obrolan guru PNS itu, kedua guru honorer pun sadar diri.
Guru honorer A berkata ke honorer B : “Sudah, mendingan situ sekarang “KOPROL”, biar saya yang bilang  “WOW”
Guru honorer B :”Lebih baik kita berdua koprol sambil bilang “WOW...

                                                                              ************



Anda tidak perlu bilang WOW apalagi sambil KOPROL karena cuplikan diatas hanyalah fiksi semata dengan tujuan murni BERCANDA, namun catatan dibawah ini adalah kumpulan beberapa fakta tentang Pendidikan di Indonesia:




1. Di tahun 2010. APBN kita besarnya Rp 1.000 triliun, sedangkan 20 persennya untuk anggaran pendidikan yang jumlahnya Rp 200 triliun. Tapi Rp 110 triliunnya untuk sertifikasi guru, dan Rp 30 triliun untuk pendidikan di bawah Kementerian Agama, dan sisa anggaran untuk pendidikan nasional hanya Rp 45 triliun.


2. Dalam APBN, Anggaran negara yang diperuntukan bagi dunia pendidikan tahun 2013 adalah Rp.310,8 Trilyun.

3. Berdasarkan laporan Education for All Global Monitoring Report yang dirilis UNESCO 2011, tingginya angka putus sekolah menyebabkan peringkat indeks pembangunan rendah. Indonesia berada di peringkat 69 dari 127 negara dalam Education Development Index. Sementara, menurut laporan Departeman Pendidikan dan Kebudayaan, setiap menit ada empat anak yang putus sekolah.

4. Lebih dari 1,5 juta anak tiap tahun tidak dapat melanjutkan sekolah. Sementara dari sisi kualitas guru dan komitmen mengajar terdapat lebih dari 54% guru memiliki standar kualifikasi yang masih rendah dan 13,19% bangunan sekolah dalam kondisi perlu diperbaiki.

5. Distribusi Guru tidak merata. 21% sekolah di perkotaan kekurangan Guru. 37% sekolah di pedesaan kekurangan Guru. 66% sekolah di daerah terpencil kekurangan Guru dan 34% sekolah di Indonesia yang kekurangan Guru. Sementara di banyak daerah terjadi kelebihan Guru. (Sumber: Teacher Employment & Deployment, World Bank 2007 )

6. Sebaran indeks kualitas Guru di Indonesia setengah nilai maksimal indeks dimana nilai maksimal adalah 11. (Sumber: Analisis Data Guru 2009, Ditjen PMPTK 2009)

7. Ditahun 2013, Pemerintah berencana melakukan rehabilitasi sekitar 23.000 ruang kelas SMA/SMK yang rusak berat, dan sebanyak 30.350 ruang kelas SD/SMP yang rusak sedang. Dengan anggaran pendidikan itu, Pemerintah juga akan melanjutkan penyediaan Bantuan Siswa Miskin (BSM) bagi sekitar 14,3 juta siswa/mahasiswa, dan memberikan beasiswa prestasi bagi sekitar 220 ribu siswa/mahasiswa. Semoga saja. (sumber: Pikiran Rakyat)
Baca Selengkapnya

Ketika Harus berkata ‘WOW’ dibidang Pekerjaan




Terinspirasi  oleh salah satu iklan provider seluler yang hobinya KOPROL sambil bilang WOW, ternyata dalam hidup ini dapat kita temukan banyak fenomena sosial yang merangsang reflex kita untuk berkata “Woow..” walau tanpa gerakan koprol.
Dibawah ini hanyalah kisah fiksi tentang fenomena sosial yang mendorong  saya untuk berkata “WOW..

************** 
Alkisah, ada seorang pemuda yang sedang galau menjalani hidupnya, tiap hari dia hanya bengong saja, paling maksimal, aktivitas kesehariannya hanya nonton tv. Pemuda itupun menggerutu dalam hatinya,
Pemuda:”Haduh, jelek amat nasib gw, Dah boros duit buat kuliah S1, masih saja susah dapet kerja. Lamaran gw ditolak melulu, gak laku nie ijasah..!”
Dalam siaran Tv yang sedang ia tonton, ternyata ada sebuah motivasi dari seorang Pengusaha Songong yang sedang berkampanye:
(Kutipan TV): ” Beliau, yang hanya lulusan Sekolah Rakyat saja mampu membangun perusahaan yang memiliki 10ribu karyawan, apalagi kalian yang sekolahnya di SMK??
Mendengar motivasi tersebut, hati si Pemuda pun terbakar,
Pemuda: ” Set..daah. Lulusan SR aja bisa jadi Pengusaha , brarti gw yang Lulusan S1 harus bisa apa?? Apa gw harus bisa koprol sambil bilang WOW gituh??”

Pada saat yang sama disebuah sudut kota, beberapa pemuda sedang nongkrong diportal sambil berdiskusi:
Pemuda A:  ”Brow, lu punya kerjaan bwt gw gak? Apa aja deh, yang penting dapet kerja..
Pemuda B:  ”Brow, kalo gw punya kerjaan, gak mungkin skarang gw nongkrong bareng lu diportal ini..!”
Pemuda C:  ”Brow, kalo loe mo kerjaan, gw ada, gabung aja bareng  gw bikin wajan di Tangerang, tempat tinggal gratis, tapi gak  dapet gaji, mau??
Disudut kota lainnya, dalam sebuah demo para Demonstran sedang berorasi:
Demonstran: ” Kami menuntut kesejahteraan hidup, gaji kami cuman 2.3 juta/bulan,, kami ingin gaji yang  tinggi..!”
Tak jauh dari lokasi demo, seorang pemulung sedang meratapi diri,
Pemulung: ”haduuh, nasib, nasib, kerja  seharian jadi pemulung, cuman dapet 10ribu perak,, coba ada pekerjaan lain. Biar jadi kuli, yang penting dapet gaji..!”
Dan, diperempatan jalan tak jauh dari si Pemulung, saya dan beberapa pengendara motor lainnya sedang terhambat di lampu merah, kemudian serta merta ada Pengemis menghampiri saya,
Pengemis: ” Om, kasian Om, lapar.. saya sudah 3 hari gak makan Om..!”
Saya menjawab: ”Sama dek, kasiaan, laper dek,,, saya juga sudah 3 hari gak makan, nyari kerja gak dapet-dapet..!”
Beberapa sentimeter dari situ, sekelompok Pol PP yang sedang melakukan penertiban mendapati seorang pengemis yang memiliki uang cash 65 Jt  beserta emas 75 gram.
Melihat hal itu serta-merta sayapun koprol sambil bilang WOW..
************** 



Anda tidak perlu berkata 'WOW' apalagi sampai KOPROL, karena cuplikan diatas hanyalah fiksi semata dengan tujuan murni BERCANDA, namun catatan dibawah ini adalah kumpulan beberapa fakta tentang Statistik Pekerja Indonesia:


1.    Dari seluruh tenaga kerja yang ada di Indonesia, sekitar 44,2 juta tenaga kerja (39,86%) bekerja pada kegiatan formal dan 60,6 juta (60,14%) bekerja pada kegiatan informal.
2.   Dari sisi pendidikan penyerapan tenaga kerja masih didominasi pekerja berpendidikan rendah (SD ke bawah) sebesar 53,9 juta (48,63%), SMP 20,2 juta (18,25%), Perguruan Tinggi hanya 10 juta mencakup 3 juta (2,68%) Diploma, dan 7 juta (6,3%) Universitas
3.    Untuk kawasan Asia Tenggara, Indonesia berada di peringkat 3 negara dengan tingkat pengangguran tertinggi, sedangkan di dunia Indonesia duduk di peringkat 75 dari 200 negara yang didaftarkan.
4.    Data terbaru dari Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) yang berada di bawah koordinasi Wakil Presiden telah menghitung peningkatan angka jumlah orang miskin di Indonesia pada tahun 2012 hingga 2013 yang mencapai angka 96 juta jiwa
5.    Pada tahun 2013, Kemenakertrans menyediakan  dana untuk bantuan  uang muka (down payment/DP) kredit rumah subsidi, sebesar Rp9 juta/keluarga yang dialokasilkan khusus kepada 10.000 buruh penerima bantuan uang muka rumah murah bagi para pekerja.




Baca Selengkapnya

Bahaya mana: Preman-isme atau Gay-isme ??


Sebelum masuk ke judul yang agak saya paksakan ini, saya ingin bercerita sedikit tentang pengalaman saya..

==================================
Beberapa tahun lalu ketika masih kuliah, saya berprofesi sampingan sebagai seorang pengelana malam di IbuKota (kuli waitress di agen W.O, brow). Yaah, bekerja dimalam hari dari gedung ke gedung untuk mempersiapkan acara pernikahan esoh paginya. Kejadian unik terjadi pada suatu malam, ketika saya telah selesai “dinas” disebuah gedung di daerah salemba, dan hendak pergi ke gedung lainnya dikawasan senen.
Malam itu sekitar pukul 22.30, naik angkot ke arah senen yang sudah sepi penumpang. Hanya ada saya, Om supir, dan seorang penumpang lain yang berbadan besar dan cukup atletis. Saya duduk didepan pintu penumpang, tepat dibelakang Om supir, dan dia duduk dipojokkan angkot. Awalnya saya tidak mencurigai apapun sampai saya melirik spion penumpang milik Om supir, dan ternyata penumpang berbadan atletis itu sedang memperhatikan saya.
“Waduuh modus nie, jangan-jangan gw mo jadi calon korban perampokan diangkot” pikir saya. Sebenarnya saya gak terlalu mengkhawatirkan hal itu, body saya juga gak jelek-jelek amat. Dengan stelan ‘Cepak’ dan didikan semi militer (bukan mo sombong nie), walau kondisi kelelahan usai bekerja, sedikitnya saya masih punya sedikit modal lah buat bikin perlawanan, ato minimal lompat lewat pintu yang menganga dihadapan saya.
Saya perhatikan Om supir, sepertinya dia tidak ada kaitan dengan penumpang dibelakang saya. Tapi saya tahu lewat kaca spion, kalau si penumpang dipojokan itu terus memperhatikan saya. Biar gak penasaran, saya balikkan pandangan saya langsung ke arah dia, tapi dia langsung membalikkan arah pandangannya. Dan ketika pandangan saya kembali ke arah depan, ia kembali memperhatikan saya. Saya pun bergumam dalam hati, “Brengs*k juga ni orang, kalo mo cari ribut jangan sekarang, gw lagi capek!”.
Ketika angkot mulai naik jembatan layang, saya berpikir ulang : “ waduuuh, repot jg kalo gw disikat disini, lompat dari angkot sama aja bunuh diri”. Saya memperhatikan si penumpang ‘rese’ itu, kalau-kalau dia bikin gerakan, saya dah siap pasang badan. Namun ternyata setelah angkot melewati jalan layang, si penumpang itu memberi kode kepada Om supir bahwa ia mo turun. Daaan.. Eng..ing..eeng.. ketika si penumpang berbadan tegap itu turun, ternyata ia membawa sebuah tas jinjing yang ia selempangkan dibahunya sambil membengkokkan tangannya dengan gemulai. ( “Wat de pak.., Fak..Fak..Fak.!!” )
Alhamdulillahnya saya beruntung. Dan bila terjadi sesuatu diangkot itu,, saya lebih memilih "dia" sebagai seorang Preman, dari pada "dia" sebagai seorang Gay..!
“Kalo gw ditampol Preman, palingan muka gw lecet dikit! Tapi kalo gw ampe ‘ditusuk’ ama Gay, penderitaan dan rasa hina ini akan selalu mendera batin gw hingga akhir hayat..!” Pikir saya.
==================================

Jika kita bicara soal preman-isme atau “preman”, permasalahan itu biarkanlah Om Polisi atau Pakdhe TNI yang mengurusnya. Yang saya ingin bicarakan disini adalah persoalan tentang “boyband korea ala indonesia”. Wadhuh, kok ampe jauh bener pembahasan ama judul yang ditempel diatas? (ah, biarin). Tapi gak sejauh itu, hal ini justru perlu untuk kita pertimbangkan lebih seksama lagi.
Ada sebuah fenomena budaya baru yang belakangan “booming” di Indonesia. Dan buruknya lagi, fenomena itu berakhir pada semaraknya paham Gay-isme di negara ini.
Pertama
adalah menjamurnya paham Alay-isme di Indonesia. Hal ini tak terlepas dari pengaruh acara-acara di televisi yang mengusung konsep ‘alay’ sebagai materinya (contoh: dahsyat@rcti / inbox@sctv). Disini bukan pelakunya yang saya soroti (artis/acara/dll). Tapi pengaruhnya yang diberikan pada generasi muda kita. Jika anda melihat dari sudut pandang saya, generasi muda kita mengalami sedikit perubahan dalam hal gaya dan prilaku ( baik/buruk tergantung kita yang menilai). Dan saya menilai hal itu buruk! Remaja kita (SD - SMP), mereka cenderung menganut paham ‘alay’ dalam pola sosialnya, Kenapa? Karena mereka disuguhi tontonan yang bermaterikan ‘alay’.
Kedua
adalah menjamurnya ‘Boyband ala korea’ di Indonesia. Sekali lagi saya tekankan bahwa bukan pelakunya yang saya soroti, tetapi efek yang mereka timbulkan. Saya tidak membahas masalah girlband karena saya rasa tidak ada yang salah dengan mereka, lumra jika seorang wanita bersolek dan berprilaku kemayu. Tapi bagaimana jika pria yang seperti itu? Jika kita mengitip ke negara tempat kelahiran saya (Korea, hehe..), disana boyband memang menjadi trend, namun tidak terlalu memberi efek pada karakter generasi mudanya, Kenapa? Karna semua pemuda di korea berkewajiban untuk mengikuti pelatihan militer. Jadi walaupun mereka bersolek dan bergaya kemayu di media, namun karakter mereka tetap terimbangi (mungkin anda sudah paham arah pembicaraan saya).
Lalu bagaimana dengan Indonesia?
Generasi remaja kita cenderung memiliki insting untuk mengikuti trend yang sedang popular. Berawal dari merebaknya paham ‘alay’, datangnya ‘boyband ala korea’ ini seolah menjadi pembenaran atas konsep ‘alay-isme’ yang mereka usung. Sialnya, hal ini tidak berhenti sampai disini, dan akan terus berlanjut…
Tayangan boyband-boyband yang ikut popular di Indonesia (mau tidak mau harus diakui) memberikan efek psikologis pada konsumennya, dalam hal ini kebanyakan remaja-remaja yang masih labil. Remaja disini saya golongkan sebagai remaja laki-laki saja. Disadari atau tidak, mereka akan meniru karakter yang mereka idolakan. Dan jika boyband-boyband yang sedang menjamur ini menjadi idola mereka, hal yang akan terjadi sudah dapat kita bayangkan. Sebuah generasi muda yang bersifat pesolek dan kemayu (Additional bonus : ALAY included). Dan hal ini bisa jadi berujung pada aliran Gay-isme jika mereka tidak berhati-hati dan mawas diri.
Saya bicara bukan hanya omong-kosong. Silahkan anda telusuri jejaring social seperti Facebook atau Twitter, anda bisa mendapati banyak sekali komunitas Gay yang menjamur. Mungkin mereka sudah ada sejak dulu. Namun, munculnya wabah ‘boyband ala korea’ mendorong mereka untuk berani mempublikasikan diri. Dan bayangkan jika komunitas mereka terus berkembang!
Saat ini di kota-kota besar, jika mata anda jeli untuk memperhatikan, kita dapat menemui para "manusia setengah dewa pria"  ini. Badan tegap dan berotot bukan lagi jaminan kejantanan seorang pria pada saat ini, seperti contoh kisah yang saya alami sendiri diatas (justru yang kurus kering kayak saya ini yang dijamin tulen, hehe..). Bahkan menurut mitos, mereka senang berkumpul di Gym atau Tempat kebugaran untuk berkamuflase.
Sekarang mari kita sejenak membayangkan, apa jadinya bangsa ini jika para pemudanya berubah menjadi seperti itu???
Bayangkanlah apa jadinya  jika karakter remaja kita berubah menjadi seperti gambar dibawah ini !
1367255101848796487
Point yang ingin saya berikan disini adalah bukan tentang buruknya genre ‘Boyband ala Korea’, tetapi kewaspadaan kita untuk tetap mempertahankan karakter kita sesuai dengan kodrat yang telah Tuhan berikan...
Waspadalah.. Waspadalah..!!!
( Hukum dinegara ini menjamin hak warganegara untuk menyampaikan pendapat, pergunakanlah hak itu dijalan yang baik & benar dengan berkomentar.. Piss..!! )

Baca Selengkapnya