Kisah Nabi Harun a.s
By
Unknown
Kisah Para Nabi
0
komentar
Nabi Harun adalah saudara Musa
dan teman dakwahnya dalam mengajak Firaun beriman kepada Allah, karena
kefasihan dan kepandaiannya berbicara. Musa mewakilkan urusan kaumnya kepada
Harun ketika ia pergi menemui Allah di bukit Thur. Namun Samiri menyebarkan
fitnah mengajak Bani Israel menyembah patung anak sapi yang terbuat dari emas.
Nabi Harun mengajak mereka kembali menyembah Allah, tetapi mereka semakin
menunjukkan kesombongan. Ketika Nabi Musa kembali dan menyaksikan apa yang
dilakukan kaumnya, dia memarahi saudaranya, Harun.
Nabi Musa
berjanji kepada Bani Isra'il yang ditinggalkan di bawah pimpinan Nabi Harun
bahwa ia tidak akan meninggalkan mereka lebih lama dari tiga puluh hari, dalam
perjalananya ke Thur Sina untuk berminajat Kepada Allah. Akan tetapi berhubung
dengan adanya perintah Allah kepada Musa untuk melengkapi jumlah hari puasanya
menjadi empat puluh hari, maka janjinya itu tidak dapat ditepati dan
kedatangannya kembali ke tengah-tengah mereka tertunda menjadi sepuluh hari
lebih lama dari yang telah dijanjikan.
Bani Isra'il
merasa kecewa dan menyesalkan kelambatan kedatangan Nabi Musa kembali ke
tengah-tengah mereka. Mereka menggerutu dan mengomel dengan melontarkan
kata-kata kepada Nabi Musa seolah-olah ia telah meninggalkan mereka dalam kegedelapan
dan dalam keadaan yang tidak menentu. Mereka merasa seakan-akan telah
kehilangan pimpinan yang biasanya memberi bimbingan dan petunjuk-petunjuk
kepada mereka. Keadaan yang tidak puas dan bingung yang sedang meliputi
kelompok Bani Isra'il itu, digunakan oleh munafiq, bernama Samiri yang telah
berhasil menyusup ke tengah-tengah mereka, sebagai kesempatan yang baik untuk
menyebarkan benih syiriknya dan merusakkan akidah para pengikut Nabi Musa yang
baru saja menerima ajaran tauhid dan iman kepada Allah. Samiri yang munafiq itu
menghasut mereka dengan kata-kata bahwa Musa telah tersesat dalam tugasnya
mencari Tuhan bagi mereka dan bahawa dia tidak dapat diharapkan kembali dan
karena itu dianjurkan oleh Samiri agar mereka mencari tuhan lain sebagai ganti
dari Tuhan Musa.
Samiri melihat
bahwa hasutan itu dapat menggoyahkan iman dan akidah pengikut-pengikut Musa
yang memang belum meresapi benar ajaran tauhidnya segera membuat patung bagi
mereka untuk disembah sebagai tuhan pengganti Tuhannya Nabi Musa. Patung itu
berbentuk anak lembu yang dibuatnya dari emas yang dikumpulkan dari
perhiasan-perhiasan para wanita. Dengan kepandaian tektiknya patung itu dibuat
begitu rupa sehingga dapat mengeluarkan suara menguap seakan-akan anak lembu
sejati yang hidup. Maka diterimalah anak patung lembu itu oleh Bani Isra'il
pengikut Nabi Musa yang masih lemah iman dan akidahnya itu sebagai tuhan persembahan
mereka.
Ditegurlah
mereka oleh Nabi Harun yang berkata: "Alangkah
bodohnya kamu ini! Tidakkah kamu melihat anak lembu yang kamu sembah ini tidak
dapat bercakap-cakap dengan kamu dan tidak pula dapat menuntun kamu ke jalan
yang benar. Kamu telah menganiaya diri kamu sendiri dengan menyembah pada
sesuatu selain Allah."
Teguran Nabi Harun itu dijawab
oleh mereka yang telah termakan hasutan Samiri itu dengan kata-kata: "Kami akan tetap berpegang pada anak
lembu ini sebagai tuhan persembahan kami sampai Musa kembali ke tengah-tengah
kami."
Nabi Harun tidak
dapat berbuat banyak menghadapi kaumnya yang telah berbalik menjadi murtad itu,
karena ia khawatir kalau mereka dihadapi dengan sikap yang keras, akan terjadi
perpecahan di antara mereka dan akan menjadi keadaan yang lebih rumit dan gawat
sehingga dapat menyulitkan baginya dan bagi Nabi Musa kelak bila ia datang
untuk mencarikan jalan keluar dari krisis iman yang melanda kaumnya itu. Ia
hanya memberi peringatan dan nasihat kepada mereka sambil menanti kedatangan
Musa kembali dari Thur Sina.
Pada saat itu,
Nabi Musa setelah selesai bermunajat dengan Tuhan dan dalam perjalanannya
kembali ke tempat di mana kaumnya sedang menunggu memperolehi isyarat tentang
apa yang telah terjadi dan dialami oleh Nabi Harun selama ketiadaannya. Nabi
Musa sangat marah dan sedih hati tatkala ia tiba di tempat dan melihat kaumnya
sedang berpesta mengelilingi anak patung lembu emas, menyembahnya dan
memuji-mujinya. Dan karena sangat marah dan sedihnya ia tidak dapat menguasai
dirinya, kepingan-kepingan Taurat dilemparkan berantakan. Harun saudaranya
dipegang rambut kepalanya ditarik kepadanya seraya berkata menegur: "Apa yang engkau buat tatkala engkau
melihat mereka tersesat dan terkena oleh hasutan dan fitnahan Samiri? Tidakkah
engkau mematuhi perintahku dan pesanku ketika aku menyerahkan mereka kepadamu
untuk engkau pimpin? Tidakkah engkau berdaya melawan hasutan Samiri dengan
memberi petunjuk dan penerangan kepada mereka dan mengapa engkau tidak cepat
memadamkan api kemurtadan ini sebelum menjadi besar begini?"
Harun berkata
menanggapi teguran Musa: "Hai anak
ibuku, janganlah engkau memegang jangut dan rambut kepalaku, menarik-narikku.
Aku telah berusaha memberi nasihat dan teguran kepada mereka, namun mereka
tidak mengindahkan kata-kataku. Mereka menganggapkan aku lemah dan mengancam
akan membunuhku. Aku khawatir jika aku menggunakan sikap dan tindakan yang
keras, akan terjadi perpecahan dan permusuhan di antara sesama kita, hal mana
akan menjadikan engkau lebih marah dan sedih. Lepaskanlah aku dan janganlah
membuatkan musuh-musuhku bergembira melihat perlakuanmu terhadap diriku.
Janganlah disamakan aku dengan orang-orang yang zalim."
Setelah mereda
rasa jengkel dan sedihnya dan memperoleh kembali ketenangannya, berkatalah Nabi
Musa kepada Samiri, orang munafiq yang menjadi biang keladi dari kekacauan dan
kesesatan itu: "Hai Samiri, apakah
yang mendorongmu menghasut dan menyesatkan kaumku, sehingga mereka kembali
menjadi murtad, menyembah patung yang engkau buatkan dari emas itu?"
Samiri menjawab: "Aku telah melihat sesuatu yang mereka
tidak melihatnya. Aku telah melihat kuda malaikat Jibril. aku mengambil
segenggam tanah bekas jejak telapak kakinya itu, lalu aku lemparkannya ke dalam
emas yang mencair di atas api dan terjadilah patung anak lembu yang dapat
menguak, mengeluarkan suara sebagaimana anak lembu biasa.Demikianlah hawa
nafsuku membujukku untuk berbuat itu."
Berkata Nabi Musa kepada Samiri: "Pergilah engkau dan jauhilah pergaulan
manusia sebab karena perbuatan kamu itu engkau harus dipencilkan dan menjadi
tabu {sesuatu yang terlarang} jika disentuh atau menyentuh seseorang ia akan
menderita sakit demam panas. Ini adalah ganjaranmu di dunia, sedang di akhirat
nerakalah akan menjadi tempatmu. Dan tuhanmu yang engkau buat dan sembah ini
kami akan bakar dan campakkannya ke dalam laut."
Kemudian
berpalinglah Nabi Musa kepada kaumnya berkata: "Hai kaumku, alangkah buruknya perbuatan yang kamu telah kerjakan
setelah kepergianku! Apakah engkau hendak mendahului janji Tuhanmu? Bukankah
Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu janji yang baik, berupa kitab suci? Ataukah
engkau menghendaki kemurkaan Tuhan menimpa atas dirimu, karena perbuatanmu yang
buruk itu dan perlanggaranmu terhadap perintah-perintah dan
ajaran-ajaranku."
Kaum Musa menjawab: "Kami tidak sesekali melanggar
perjanjianmu dengan kemauan kami sendiri, akan tetapi kami disuruh membawa
beban-beban perhiasan yang berat kepunyaan orang Mesir yang atas anjuran Samiri
kami lemparkan ke dalam api yang sedang menyala. Kemudian perhiasan-perhiasan
yang kami lemparkan itu menjelma menjadi patung anak lembu yang bersuara,
sehingga dapat menyilaukan mata kepala kami dan menggoyahkan iman yang sudah
tertanam di dalam dada kami."
Berkata Musa kepada mereka: "Sesungguhnya kamu telah berbuat dosa
besar dan menyia-nyiakan dirimu sendiri dengan menjadikan patung anak lembu itu
sebagai persembahanmu, maka bertaubatlah kamu kepada Tuhan, Penciptamu dan
Pencipta alam semesta dan mohonlah ampun darinya agar Dia menunjukkan kembali
kepada jalan yang benar."
Akhirnya kaum Musa itu sedar atas
kesalahannya dan mengakui bahwa mereka telah disesatkan oleh syaitan dan
memohon ampun dan rahmat Allah agar selanjutnya melindungi mereka dari godaan
syaitan dan iblis yang akan merugikan mereka di dunia dan akhirat. Demikian
pula Nabi Musa beristighfar memohon ampun baginya dan bagi Harun saudaranya
setalah ternyata bahwa ia tidak melalaikan tugasnya sebagai wakil Musa dalam
menghadapi krisis iman yang dialami oleh kaumnya. Berdoa Musa kepada Tuhannya: "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan
saudaraku dan masukkanlah kami berdua ke dalam lingkaran rahmat-Mu sesungguhnya
Engkaulah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Setelah suasana
yang meliputi hubungan Musa dengan Harun di satu pihak dan hubungan mereka
berdua dengan kaumnya di lain pihak menjadi tenang kembali, kepingan-kepingan
Taurat yang bertaburan sudah dihimpun dan disusun sebagaimana asalnya, maka
Allah memerintahkan kepada Musa agar membawa sekelompok dari kaumnya menghadap
untuk meminta ampun atas dosa mereka menyembah patung anak lembu.
0 komentar:
NO SPAM, SPAMER'S AKAN SECARA OTOMATIS TERHAPUS DARI FORM KOMENTAR, TERIMAKASIH !