Kisah Nabi Zakaria a.s
By
Unknown
Kisah Para Nabi
0
komentar
Masa yang dialami oleh Nabi Zakaria
adalah masa yang aneh di mana banyak hal yang berlawanan yang berhadap-hadapan
dan saling bertentangan serta terlibat pertarungan yang tidak pernah padam.
Keimanan kepada Allah SWT bercahaya di mesjid yang besar di Baitul Maqdis, sedangkan
kebohongan memenuhi pasar-pasar Yahudi yang bersebelahan dengan mesjid itu.
Sudah menjadi tradisi dunia bahwa segala sesuatu yang bertentangan mesti saling
berhadapan pada: kebaikan dengan kejahatan, cahaya dengan kegelapan, kebenaran
dengan kebohongan, para nabi dengan para pembangkang. Alhasil, segala sesuatu
berhadapan untuk mempertahankan kehidupan. Di masa yang kuno ini terdapat
seorang nabi dan seorang alim yang besar. Nabi yang dimaksud adalah Zakaria
sedangkan seorang alim besar yang Allah SWT memilihnya untuk salat di
tengah-tengah manusia adalah Imran. Imran adalah seorang suami dan istrinya
sangat berharap untuk melahirkan anak. Waktu pagi menyelimuti kota, keluarlah
istri Imran untuk memberikan makan kepada burung dan ia melihat pamandangan
yang ada di sekitarnya dan mulai merenungkannya. Di sana terdapat seekor burung
yang memberi makan anaknya dengan cara menyuapinya dan memberinya minum. Burung
itu melindungi anaknya di bawah sayapnya karena khawatir dari kedinginan.
Ketika melihat pemandangan itu, istri Imran berharap agar Allah SWT memberinya
anak. Ia mengangkat tangannya dan mulai berdoa agar Allah SWT menganugerahinya
seorang anak lelaki. Allah SWT mengabulkan doanya dan pada suatu hari ia merasa
bahwa ia sedang hamil lalu kegembiraan menyelimutinya dan ia bersMikur kepada
Allah SWT:
"(Ingatlah) ketika istri Imran berkata: 'Ya Tuhanhu,
sesungguhnya aku telah menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku
menjadi anak yang saleh dan berkhidmat (di Baitil Maqdis). Karena itu terimalah
(nazar) itu dariku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.'" (QS. Ali 'Imran: 35)
Ia
bernazar agar anaknya menjadi seorang pembantu di mesjid sepanjang hidupnya
yang mengabdi kepada Allah SWT dan mengabdi kepada rumah-Nya, yaitu masjid.
Lalu tibalah hari kelahiran. Istri Imran melahirkan seorang anak perempuan.
Istri itu merasa terkejut karena ia menginginkan seorang anak lelaki yang dapat
mengabdi untuk mesjid dan beribadah di dalamnya. Ketika ia melihat bahwa
anaknya seorang perempuan, maka ia tetap menjalankan nazarnya, meskipun anak
lelaki bukan seperti anak perempuan:
"Maka tatkala istri Imran melahirkan anaknya, dia pun
berkata: 'Ya Tuhanku, sesungguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan;
dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu, dan anak laki-laki
tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya ahu telah menamai dia
Maryam." (QS. Ali Imran: 36)
Allah
SWT mendengar doa istri Imran; Allah SWT mendengar apa yang kita ucapkan dan
apa yang kita bisikkan dalam diri kita, bahkan apa yang kita inginkan untuk
kita ucapkan dan kita tidak melakukannya. Semua itu diketahui oleh Allah SWT.
Allah SWT mendengar bahwa istri Imran memberitahu-Nya bahwa ia melahirkan anak
perempuan dan Allah SWT lebih mengetahui tentang anak yang dilahirkannya. Allah
SWT-lah yang memilihkan jenis kelamin anak yang lahir di mana Dia menciptakan
anak laki-laki atau perempuan. Allah SWT mendengar bahwa istri Imran berdoa
kepada-Nya agar Dia menjaga anak perempuan ini yang dinamakan Maryam dan juga
menjaga keturunannya dari setan yang terkutuk:
"Dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak
keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau dari setan yang terkutuk. maka
Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya
dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakaria pemeliharanya." (QS. Ali 'Imran: 36- 37)
Allah
SWT mengkabulakn doa istri Imran dan ibu Maryam. Allah SWT menyambut Maryam
dengan penyambutan yang baik dan memberinya keturunan yang baik. Allah SWT
berkehendak melalui rahmat-Nya untuk menjadikan perempuan ini sebagai wanita
terbaik di muka bumi dan menjadikan ibu dari seorang nabi yang kelahirannya
merupakan mukjizat terbesar seperti kelahiran Nabi Adam. Nabi Adam lahir tanpa
seorang ayah atau ibu, sedangkan Nabi Isa lahir tanpa seorang ayah. Nabi Isa
berasal dari ibu yang suci yang belum menikah, yang belum disentuh oleh
manusia.
Mula-mula
kelahiran Maryam mendatangkan sedikit problem. Imran telah wafat sebelum
kelahiran Maryam dan para ulama di zaman itu dan para pembesar ingin mendidik
Maryam. Setiap orang berlomba-lomba untuk mendapatkan kemuliaan ini, yaitu
mendidik seorang perempuan dari seorang lelaki besar vang mereka hormati.
Zakaria berkata: "Biarkan aku yang mengasuhnya karena ia adalah kerabat
dekatku. Istriku adalah bibinya dan aku adalah seorang Nabi dari umat ini. Aku
lebih utama daripada kalian untuk mengasuhnya." Lalu para ulama dan para
guru berkata: "Mengapa tidak seorang di antara kami yang mengasuhnya. Kami
tidak akan membiarkan engkau mendapatkan keutamaan ini tanpa persetujuan dari
kami." Hampir saja mereka berselisih dan bertarung kalau seandainya mereka
tidak menyepakati diadakannya undian. Yakni, seseorang yang mendapatkan undian,
maka itulah yang akan mengasuh Maryam.
Diadakanlah
undian. Maryam diletakkan di atas tanah dan diletakkan di sebelahnya pena-pena
orang-orang yang ingin mengasuhnya. Kemudian mereka menghadirkan anak kecil
lalu anak kecil itu mengeluarkan pena Zakaria.
Zakaria berkata: "Allah SWT memutuskan
agar aku mengasuhnya."
Para ulama dan para Syekh berkata:
"Tidak, undian harus dilakukan tiga kali."
Mereka mulai berpikir tentang undian
yang kedua. Setiap orang mengukir namanya di atas pena kayu dan mereka berkata,
kita akan melemparkan pena-pena kita di sungai, maka siapa yang penanya
menantang arus, itulah yang menang:
"Padahal kamu tidak hadir beserta mereka, ketika
mereka melemparkan anak-anak panah mereka (untuk mengundi) siapa di antara
mereka yang akan memelihara Maryam. Dan kamu tidak hadir di sisi mereka ketika
mereka bersengketa." (QS. Ali 'Imran: 44)
Mereka
pun melemparkan pena-pena mereka di sungai sehingga pena-pena itu berjalan
bersama arus, kecuali pena Zakaria yang menantang arus. Zakaria merasa bahwa
mereka akan puas tetapi mereka bersikeras untuk mengadakan undian yang ketiga
kali. Mereka berkata: "Kita akan melemparkan pena-pena kita di sungai.
Pena yang berjalan bersama arus, maka itulah yang akan mengasuh Maryam."
Mereka pun melemparkan pena-pena mereka dan semua berjalan menantang arus,
kecuali pena Zakaria. Akhirnya, mereka menyerah kepada Zakaria dan mereka
menyerahkan anak itu kepadanya agar Zakaria mengasuhnya. Nabi Zakaria mulai
mengasuh Maryam dan mendidiknya serta menghormatinya sampai ia dewasa. Maryam
memiliki tempat khusus di dalam mesjid. Ia mempunyai suatu mihrab yang di situ
ia beribadah. Jarang sekali ia meninggalkan tempatnya. Ia selalu beribadah dan
salat di dalamnya serta berzikir dan bersyukur dan menuangkan cintanya kepada
Allah SWT. Terkadang Zakaria mengunjunginya di mihrab. Tiba-tiba, pada suatu
hari Zakaria menemuinya dan ia melihat sesuatu yang mencengangkan. Saat itu
musim panas tetapi Nabi Zakaria menemui di tempat Maryam buah-buahan musim
dingin, dan pada kesempatan yang lain ia menemui buah-buahan musim panas
sedangkan saat itu musim dingin. Zakaria bertanya kepada Maryam: "Darimana
datangnya rezeki ini?" Maryam menjawab: "Bahwa itu berasal dari Allah
SWT." Pemandangan seperti ini berulang lebih dari sekali:
"Setiap Zakaria masuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati
makanan di sisinya." (QS. Ali 'Imran: 37)
Nabi
Zakaria adalah seorang tua dan rambutnya sudah dikelilingi uban. Ia merasa
bahwa tidak lama lagi hidupnya akan berakhir dan istrinya, bibi Maryam, adalah
seseorang wanita tua sepertinya yang belum melahirkan seseorang pun dalam
hidupnya karena ia wanita yang mandul. Nabi Zakaria menginginkan agar ia
mendapatkan seorang anak laki-laki yang akan mewarisi ilmunya dan akan menjadi
nabi yang dapat membimbing kaumnya dan berdakwah kepada mereka untuk mengikuti Kitab
Allah SWT.
Zakaria
tidak menyampaikan keinginan ini kepada seseorang pun, bahkan kepada istrinya,
tetapi Allah SWT mengetahuinya sebelum pikiran itu disampaikan. Pada pagi itu
Zakaria menemui Maryam di mihrabnya, lalu ia mendapati buah-buahan yang sebenarnya
sudah tidak musim.
Zakaria bertanya kepada Maryam:
"Zakaria berkata: "Hai Maryam dari mana kamu
memperoleh (makanan) ini?" Maryam menjawab: "Makanan itu dari sisi
Allah." Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang
dikehendaki-Nya tanpa hisab. Di sanalah Zakaria berdoa kepada Tuhannya." (QS. Ali 'Imran: 37-38)
Zakaria berkata pada dirinya Maha Suci
Allah SWT dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Lalu kerinduan mulai
menyelimuti hatinya dan ia mulai menginginkan keturunan. Nabi Zakaria berdoa
kepada Tuhannya:
"(Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat
Tuhan kamu kepada hamba-Nya Zakaria, yaitu tatkala ia berdoa kepada Tuhannya
dengan suara yang lembut. Ia berkata: 'Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah
lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam
berdoa kepada Engka u, ya Tuhanku. Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap
mawaliku sepeningalku, sedang istriku adalah seseorang yang mandul, maka
anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putra, yang akmi mewarisi aku dan
mewarisi sebagian keluarga Yakub; dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorangyang
diridahi. " (QS. Maryam:
2-6)
Nabi
Zakaria meminta kepada Penciptanya tanpa mengangkat suara keras-keras agar Dia
memberinya seorang lelaki yang mewarisi kenabian dan hikmah serta keutamaan dan
ilmu. Nabi Zakaria khawatir kaumnya akan tersesat setelahnya di mana tidak ada
seorang nabi setelahnya. Allah SWT mengkabulkan doa Zakaria. Belum lama Nabi
Zakaria berdoa kepada Allah SWT hingga malaikat memanggilnya saat ia salat di
mihrab:
"Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira
kepadamu akan (memperoleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya
Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia." (QS. Maryam: 7)
Zakaria kaget dengan berita ini,
bagaimana ia dapat memiliki seorang anak. Karena saking gembiranya Zakaria
sangat terguncang dan dengan penuh keheranan ia bertanya:
"Ya Tuhanku, bagaimana akan ada anak bagiku, padahal
istriku adalah seorang yang mandul dan aku (sendiri) sesungguhnya sudah
mencapai umur yang sangat tua." (QS. Maryam: 8)
Ia heran bagaimana ia dapat melahirkan
sementara ia sudah tua dan istrinya pun wanita yang mandul:
"Tuhan berfirman: 'Demikianlah.' Tuhan berfirman: 'Hal
itu adalah mudah bagi-Ku; dan sesungguhnya telah Aku ciptakan kamu sebelum itu,
padahal kamu (di waktu itu) belum ada sama sekali." (QS. Maryam; 9)
Para
malaikat memberitahunya bahwa ini terjadi karena kehendak Allah SWT dan
kehendak-Nya pasti terlaksana. Tidak ada sesuatu pun yang sulit bagi Allah SWT.
Segala sesuatu yang diinginkan di alam wujud ini pasti terjadi. Allah SWT telah
menciptakan Zakaria sebelumnya dan beliau pun sebelumnya tidak pernah ada.
Segala sesuatu diciptakan Allah SWT hanya dengan kehendak-Nya:
"Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki
sesuatu hanyalah herkata kepadanya: 'Jadilah!', maka jadilah ia. " (QS. Yasin: 82)
Hati Nabi Zakaria dipenuhi rasa syukur
kepada Allah SWT dan ia pun memuji-Nya. Lalu ia meminta kepada Allah SWT agar
memberinya tanda-tanda:
"Zakaria berkata: Ya Tuhanku, berilah suatu tanda.'
Tuhan berfirman: 'Tanda bagimu adalah bahwa kamu tidak dapat bercakap-cakap
dengan manusia selama tiga malam, padahal kamu sehat.' Maka ia keluar dari
mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi isyarat kepada mereka; hendaklah kamu
bertasbih di waktu pagi dan petang." (QS. Maryam: 10-11)
Allah SWT memberitahunya bahwa akan
terjadi tiga hari di mana di dalamnya ia tidak mampu berbicara, padahal saat
itu ia sehat-sehat saja tidak sakit. Jika hal ini terjadi padanya, maka hendaklah
ia yakin bahwa istrinya hamil dan bahwa mukjizat Allah SWT benar-benar
terwujud. Kemudian hendaklah saat itu ia berbicara kepada manusia melalui
isyarat dan banyak bertasbih kepada Allah SWT di waktu pagi dan sore.
Zakaria
keluar pada suatu hari kepada manusia dan hatinya dipenuhi dengan syukur. Ia
ingin berbicara dengan mereka namun ia mengetahui bahwa ia tidak mampu
berbicara. Zakaria mengetahui bahwa mukjizat Allah SWT telah terwujud lalu ia
mengisyaratkan kepada kaumnya agar mereka bertasbih kepada Allah SWT di waktu
pagi dan sore. Ia pun selalu bertasbih kepada Allah SWT dalam hatinya. Zakaria
merasakan kegembiraan yang sangat dalam. Malaikat memberitahunya tentang
kelahiran seorang anak lelaki yang Allah SWT menamakannya Yahya. Untuk pertama
kalinya kita di hadapan seorang anak yang ayahnya tidak memberikan nama
kepadanya dan ibunya pun tidak memilihkan nama untuknya, tetapi Allah SWT-lah
yang memberinya nama. Dengan kemuliaan yang agung ini, Allah SWT menyampaikan
berita gembira kepada Zakaria bahwa anaknya Yahya akan membenarkan kalimat
Allah SWT dan akan menjadi seorang yang mulia dan seorang Nabi dari orang-orang
yang saleh.
Zakaria gemetar, karena saking
gembiranya. Air matanya mulai berlinangan dan jenggotnya yang putih mulai
basah. Ia salat kepada Allah SWT sebagai tanda syukur atas pengkabulan doanya
dan kelahiran Yahya.♦
0 komentar:
NO SPAM, SPAMER'S AKAN SECARA OTOMATIS TERHAPUS DARI FORM KOMENTAR, TERIMAKASIH !