Belajar dari kearifan segenggam garam
By
Unknown
Kisah Motivasi dan Pelajaran Hidup
0
komentar
Dahulu kala, hiduplah seorang lelaki
tua yang terkenal sholeh dan bijak. Disuatu pagi yang dingin, datanglah seorang lelaki muda yang sedang
dilanda masalah. Dengan langkah gontai
dan rambut kusut, ia tampak seperti orang yang tak pernah mengenal bahagia. Tanpa menunda waktu, ia mengungkapkan segala keresahannya.
Impiannya yang gagal, karir, cinta, dan hidupnya yang tidak pernah berakhir bahagia. Bapak tua yang bijak itu hanya mendengarannya dengan teliti
dan seksama. Tanpa berkata apa-apa, ia hanya
mengambil segenggam garam dan memasukkannya ke segelas air, lalu mengaduknya dan berkata:
“Coba minum ini, dan katakana bagaimana rasanya??”.
Dan pemuda itu pun meminum segelas
air yang telah diberikan oleh pak tua.
“Ahh.., asin sekali! Pahit pak!!” jawab pemuda tersebut.
Pak tua itu
hanya tersenyum lalu mengajak anak muda tersebut berjalan ketepi telaga yang ada dalam hutan dekat tempat tinggalnya.
Setelah menempuh perjalanan yang tidak terlalu jauh, akhirnya sampailah mereka di tepi
telaga yang tenang. Masih dengan mata yang tenang dan penuh dengan cinta, orangtua yang bijak itu menaburkan segenggam garam ke dalam
telaga. Dengan sepotong kayu, diaduknya air telaga yang membuat gelombang dan riak kecil. Setelah air telaga tenang, ia pun
berkata,
“Anak muda, coba kamu cicipi air telaga tersebut, dan minumlah”.
Setelah anak muda tersebut meneguk air telaga, pak tua bertanya lagi,
“Bagaimana rasanya??”.
“Mm.., ini baru segar sekali rasa airnya Pak tua”, jawab anak muda tersebut.
“Apakah kamu masih merasakan garam
di dalam air tersebut?” Tanya pak tua.
“Tidak, sepertinya tidak, sedikit
pun aku tidak merasakan asin!”.
Mendengar hal itu, dengan bijak
Pak tua menepuk-nepuk punggung si anak muda. Lalu mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh
ditepi telaga dan berkata:
“Anak muda, pahitnya kehidupan seumpama
segenggam garam. Tidak lebih dan tidak kurang! Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama, dan memang
akan tetap sama. Tapi, kepahitan yang kita rasakan akan sangat tergantung dari wadah
atau tempat yang kita miliki”.
Kepahitan itu selalu berasal dari
bagaimana kita meletakkan segalanya. Dan
itu tergantung pada hati kita. Jadi saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan
dalam hidup, hanya satu hal yang boleh kita lakukan..
Lapangkanlah dada untuk menerima
semuanya..!
Luaskan hati untuk menampung sebuah kepahitan tersebut..!
Luaskan wadah
pergaulan supaya kita mempunyai pandangan hidup yang luas..!
Maka, kita akan banyak
belajar dari keleluasaan tersebut...
Hati adalah wadah itu, perasaan adalah tempat
itu, kamu adalah tempat menampung segalanya. Jadi jangan jadikan hati seperti gelas,
buatlah laksana telaga yang mampu meredam semua kepahitan itu, dan mengubahnya menjadi
kesegaran dan kebahagiaan.
Begitu mendengar ucapan Pak tua, pikiran si anak muda pun menjadi terbuka, hatinya menjadi lebih tenang, raut wajahnya pun terisi oleh guratan senyum.
Pada akhirnya mereka berdua lalu beranjak pulang, mereka sama-sama belajar
dari hati. Dan Pak tua si orang bijak tersebut,
kembali menyimpan segenggam garam, untuk anak muda yang lain yang sering datang
padanya dengan membawa keresahan jiwa...
"Bukan masalah-masalahmu yang mengganggumu,
tetapi cara Anda memandang masalah-masalah itu.
Semuanya bergantung pada cara Anda memandang sesuatu "
- ( Arthur Schopenhauer ) -
0 komentar:
NO SPAM, SPAMER'S AKAN SECARA OTOMATIS TERHAPUS DARI FORM KOMENTAR, TERIMAKASIH !