Kisah Nabi Isa a.s
Matahari tampak akan tenggelam, angin
pun bertiup sepoi-sepoi di sekitar pepohonan. Harum semerbak mulai memenuhi
mihrab Maryam. Bau itu menembus jendela mihrab dan mengepakkan sayapnya di
sekeliling gadis perawan yang khusuk dalam salat tanpa seorang pun mendengar
suaranya. Maryam merasa bahwa udara dipenuhi dengan bau harum yang mengagumkan.
Ia kembali melakukan salatnya dengan khusuk dan mengungkapkan syukur kepada
Allah SWT. Seekor burung hinggap di jendela mihrab. Ia mengangkat paruhnya ke
atas dan mengarahkan ke matahari serta mengepakkan kedua sayapnya lalu Ia
terjun ke air dan mandi di dalamnya. KemudIan Ia terbang ringan di sekitamya.
Maryam ingat bahwa belIau lupa untuk menyirami pohon mawar yang tumbuh secara
tiba-tiba di tengah dua batu yang tumbuh di luar mesjid. Maryam menyelesaikan
salatnya lalu Ia keluar dari mihrab dan menuju pohon. Belum selesai belIau
sIap-sIap untuk keluar sehingga para malaikat memanggilnya:
"Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih
kamu, menyucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunIa (yang
semasa dengan kamu)." (QS. Ali 'Imran: 42)
Maryam berhenti dan
tampak wajahnya yang pucat dan semakin bertambah. Mihrab itu dipenuhi dengan
kalimat-kalimat para malaikat yang memancarkan cahaya. Maryam merasa bahwa pada
hari-hari terakhir terdapat perubahan pada suasana ruhaninya dan fisiknya. Di
tempat itu tidak terdapat cermin sehingga Ia tidak dapat melihat perubahan itu.
Tetapi Ia merasa bahwa darah, kekuatan dan masa mudanya mulai meninggalkan
tempatnya dan digantikan dengan kesucIan dan kekuatan yang lebih banyak. BelIau
menyadari bahwa Ia sedang gugup. BelIau merasakan kelemahan manusIawi dan
adanya kekuatan yang luar bIasa. SetIap kali tubuhnya merasakan kelemahan, maka
bertambahlah kekuatan dalam ruhnya. Perasaan yang demikIan ini justru
membangkitkan kerendahan hatinya. Maryam mengetahui bahwa Ia akan memikul
tanggung jawab besar.
"Dan (ingatlah) ketika malaikat (Jibril)
berkata: 'Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu
dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunIa (yong semasa dengan
kamu)." (QS. Ali
'Imran: 42)
Dengan kalimat-kalimat
yang sederhana ini Maryam memahami bahwa Allah SWT telah memilihnya dan
menyucikannya dan menjadikannya penghulu para wanita dunIa. BelIau adalah
wanita terbesar di dunIa. Para malaikat kembali berkata kepada Maryam:
"Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan
rukuklah bersama orang-orangyang ruku." (QS. Ali 'Imran: 43)
Perintah tersebut
ditetapkan setelah adanya berita gembira agar belIau meningkatkan
kekhusukannya, sujudnya, dan rukuknya kepada Allah SWT. Maryam lupa terhadap
pohon mawar dan belIau kembali salat. Maryam merasakan bahwa sesuatu yang besar
akan akan terjadi padanya. BelIau merasakan hal itu sejak beberapa hari, tetapi
perasaan itu semakin menguat saat ini.
Matahari meninggalkan
tempat tidurnya sementara malam telah bangkit sedangkan bulan duduk di atas
singgasananya di langit dan di sekelilingnya terdapat awan-awan yang indah dan
putih. KemudIan datanglah pertengahan malam dan Maryam masih sibuk dalam
salatnya. BelIau menyelesaikan salatnya dan teringat pohon mawar itu lalu
belIau membawa air di suatu bejana dan pergi untuk menyiramnya.
Pohon mawar itu tumbuh di
antara dua batu di tempat yang tidak jauh dari mesjid yang hanya ditempuh
beberapa langkah darinya. Tempat itu jauh dari jangkauan manusIa sehingga tak
seorang pun mendekatinya. Tempat itu sudah dijadikan tempat yang khusus bagi
Maryam untuk melakukan salat di dalamnya atau beribadah. Maryam mendekati pohon
mawar itu dan menyiramnya. lalu belIau meletakkan bejana, kemudIan Ia
memikirkan pohon mawar itu di mana tangkainya semakin panjang pada dua malam
yang dilaluinya.
Tiba-tiba, Maryam
mendengar suara derap kaki yang mengguncang bumi. BelIau tidak mendengar suara
kaki yang berjalan, tetapi belIau mendengar suara kaki yang menetap di atas
batu serta pasir. Maryam merasakan ketakutan. Ia merasakan bahwa Ia tidak
sendirIan. Ia menoleh ke sebelahnya namun Ia tidak mendapati sesuatu pun.
KemudIan kedua matanya mulai berputar-putar dan memperhatikan suatu cahaya yang
berdiri di sana. Maryam gemetar ketakutan dan menundukkan kepalanya. Maryam
berkata dalam dirinya, sIapa gerangan orang yang berdiri di sana. Maryam
memandang kepada wajah orang asing itu, dan menyebabkan Ia gelisah. Wajah orang
itu sangat aneh, di mana dahinya bercahaya lebih daripada cahaya bulan.
Meskipun kedua matanya memancarkan kemulIaan dan kebesaran tetapi wajah orang
itu justru menggambarkan kerendahan hati yang mengagumkan.
Pandangan pertama yang
dilihat oleh Maryam kepada orang itu mengisyaratkan, bahwa orang itu memiliki
kemulIaan yang diperoleh orang yang menyembah Allah SWT selama julaan tahun.
Maryam bertanya kepada dirinya, sIapa gerangan orang ini? KemudIan seakan-akan
orang asing itu membaca pikiran Maryam dan berkata: "Salam kepadamu wahai Maryam." Maryam dibuat terkejut
mendengar adanya suara manusIa di depannya. Maryam berkata sebelum menjawab
salamnya:
"Sesungguhnya aku berlindung daripadamu kepada
Tuhan Yang Maha Pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa." (QS. Maryam: 18)
Maryam berlindung di bawah lindungan Allah
SWT dan Ia bertanya kepadanya, "Apakah
engkau manusIa yang mengenal Allah SWT dan bertakwa kepadanya?"
KemudIan orang itu tersenyum dan berkata:
"Sesungguhnya
aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki
yang suci." (QS.
Maryam: 19)
Orang asing itu belum
selesai menyampaikan kalimatnya sehingga tempat itu dipenuhi cahaya yang
menakjubkan yang tidak menyerupai cahaya matahari, cahaya bulan, cahaya lampu,
cahaya lilin bahkan cahaya api. Di sana terdapat cahaya yang sangat jernih.
KemudIan terngIanglah di kepala Maryam kalimat: "Aku adalah seorang utusan Tuhanmu." Kalau begitu, dIa
adalah penghulu para malaikat, Ruhul Amin (Jibril) yang telah berubah wujud
menjadi manusIa.
Maryam mengangkat
kepalanya dengan gemetar menahan luapan cinta. Jibril berdiri di depannya dalam
bentuk manusIa. Maryam memperhatikan kejernihan dahinya dan kesucIan wajahnya.
Benar apa yang diduganya bahwa Jibril memiliki kemulIaan yang diperoleh orang
yang menyembah Allah SWT selama jutaan tahun. KemudIan Maryam mengingat kembali
kalimat-kalimat yang diucapkan Jibril. Malaikat itu telah mengatakan bahwa Ia
adalah utusan Tuhannya, dan Ia telah datang untuk memberi Maryam seorang anak
laki-laki yang suci. Maryam ingat bahwa dirinya adalah seorang perawan yang
belum tersentuh oleh seorang pun. Ia belum menikah dan belum dilamar oleh
seseorang pun, maka bagaimana Ia melahirkan anak tanpa melalui pernikahan.
Pikiran-pikiran ini berputar-berputar di kepala Maryam lalu Ia berkata kepada
Jibril:
"Maryam
berkata: Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah
seorang manusIa pun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorangpezina!"
(QS. Maryam: 20)
Jibril berkata:
"DemikIanlah
Tuhanmu berfirman: 'Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan agar dapat Kami
menjadikannya suatu tanda bagi manusIa sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu
adalah suatu perkara yang sudah diputushan." (QS. Maryam: 21)
Maryam menerima
kalimat-kalimat Jibril. Tidakkah Jibril berkata kepadanya bahwa ini adalah
perintah Allah SWT dan segala sesuatu yang diperintahkan-Nya pasti akan
terlaksana. KemudIan, mengapa Ia harus (ketika) melahirkan tanpa disentuh oleh
seorang manusIa pun. Bukankah Allah SWT mendapatakan Nabi Adam tanpa seorang
ayah dan seorang ibu? Sebelum diciptakannya Nabi Adam tidak ada prIa dan
wanita. Hawa diciptakan dari Nabi Adam dan Ia pun diciptakan dari laki-laki,
tanpa perempuan.
BIasanya manusIa
diciptakan melalui pasangan laki-laki dan perempuan; bIasanya Ia memiliki ayah
dan ibu, tetapi mukjizat terjadi ketika Allah SWT menginginkannya untuk
terjadi. KemudIan Jibril meneruskan pembicaraannya:
"Sesungguhnya
Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran searangputra yang didapatakan)
dengan kalimat (yang datang) dari-Nya, namanya al-Masih Isa putra Maryam,
seorang yang terkemuka di dunIa dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang
didekatkan (kepada Allah), dan dIa berbicara dengan manusIa dalam buaIan dan
ketika sudah dewasa, dan dIa termasuk di antara orang-orang yang saleh." (QS. Ali 'Imran: 45-46)
Keheranan Maryam semakIan
bertambah. Betapa tidak, sebelum mengandung anak itu di perutnya Ia
telahmengetahui namanya. Bahkan Ia menhetahui bahwa anaknya itu akan berbicara
dengan manusIa saat Ia masih kecil. Sebelum Maryam menggerakan lisannya untuk
melontarkan pertanyaan lain, Jibril mengangkat tangannya dan mengerahkan udara
ke arah Maryam. KemudIan datanglah hembusan udara yang bercahaya yang belum
pernah dilihat sebelumnya oleh Maryam. Lalu cahaya tersebut ke jasad Maryam dan
memenuhinya. Tak sempat Maryam melontarkan pertanyaan yang lain, Jibril yang
suci telah pergi tanpa meninggalkan suara.
Udara yang dingin telah
bergerak dan Maryam pun tampak menggigil. Maryam segera kembali ke mihrabnya.
Ia menutup pintu mihrab dan Ia tenggelam dalam salat yang khusuk dan Ia pun
menangis. Maryam merasakan kegembiraan, kebingungan dan kegoncangan serta
kedamaIan yang dalam. Kini, Maryam tidak lagi sendirIan. Sejak Jibril
meninggalkannya, Ia merasakan bahwa Ia tidak lagi sendirIan. Ia menggerakkan
tangannya yang dipenuhi dengan cahaya, kemudIan cahaya ini berubah di dalam
perutnya menjadi anak, seorang anak yang akan menjadi kalimat Allah SWT dan
ruh-Nya yang diletakkan pada Maryam. Ketika anak itu besar, Ia akan menjadi
seorang rasul dan nabi yang ajarannya dipenuhi dengan cinta dan kasih sayang.
Maryam di malam itu tidur
dengan nyenyak dan Ia bangun di waktu Subuh. Belum lama Ia membuka kedua
matanya sehingga Ia dibuat terkejut ketika melihat mihrab dipenuhi dengan
buah-buahan yang sebenarnya tidak lagi musim. Maryam heran melihat hal itu. Ia
mulai mengingat apa yang telah terjadi padanya kemarin, yaitu bagaimana
kejadIan saat menyiram pohon mawar, bagaimana pertemuannya dengan malaikat
Jibril, bagaimana Allah SWT meniupkan kalimat-Nya padanya, bagaimana Ia kembali
ke mihrab, dan bagaimana tidurnya yang nyenyak. Maryam berkata kepada dirinya
sambil melihat buah-buahan yang banyak: Apakah aku akan memakan sendirIan
buah-buahan ini. KemudIan ada suara dalam dirinya yang berkata: "Engkau tidak lagi sendirIan wahai
Maryam. Kini, engkau bersama Isa. Engkau harus makan dengan baik.” Dan
Maryam mulai makan.
Lalu berlalulah hari demi
hari. Kandungan Maryam berbeda dengan kandungan umumnya wanita. Ia tidak
merasakan sakit dan tidak merasa berat; Ia tidak merasakan sesuatu telah
bertambah padanya dan perutnya tidak membuncit seperti umumnya wanita. Alhasil,
kehamilan yang dIalaminya dipenuhi dengan nikmat yang baik. Datanglah bulan
yang kesembilan. Ada sebagIan ulama yang mengatakan bahwa Maryam tidak
mengandung Isa selama sembilan bulan, tetapi Ia melahirkannya secara langsung
sebagai mukjizat.
Pada suatu hari, Maryam
keluar ke suatu tempat yang jauh. Ia merasa bahwa sesuatu akan terjadi hari
itu. Tetapi Ia tidak mengetahui hakikat sesuatu itu. Kakinya membimbingnya
untuk menuju tempat yang dipenuhi dengan pohon kurma. Tempat itu tidak bIasa
dikunjungi oleh seseorang pun karena saking jauhnya; tempat yang tidak
diketahui oleh seseorang pun kecuali Maryam.
Tak seorang pun yang
mengetahui Maryam bahwa sedang hamil dan Ia akan melahirkan. Mihrab yang
menjadi tempat ibadahnya selalu tertutup. Orang-orang mengetahui bahwa Maryam
sedang sibuk beribadah dan tidak ada seorang pun yang mendekatinya. Maryam
duduk beristirahat di bawah pohon kurma yang besar dan tinggi. Maryam mulai
merasakan sakit pada dirinya, dan rasa sakit tersebut semakin terasa. Akhirnya,
Maryam melahirkan:
"Maka
rasa sakit akan melahirkan anak memaksa Ia (bersandar) pada pangkal pohon
kurma, Ia berkata: 'Aduhai alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku
menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi dilupakan." (QS. Maryam: 23)
Rasa sakit saat
melahirkan anak yang dIalami wanita suci ini menimbulkan
penderitaan-penderitaan lain yang segera menantinya. Bagaimana manusIa akan
menyambut anaknya ini? Apa yang mereka katakan tentangnya? Bukankah mereka
mengetahui bahwa Ia adalah wanita yang masih perawan? Bagaimana seorang gadis
perawan bisa melahirkan? Apakah manusIa akan membenarkan Maryam yang melahirkan
anak itu tanpa ada seseorang pun yang menyentuhnya? KemudIan
pandangan-pandangan keraguan mulai menyelimutinya. Maryam berpikir bagaimana
reaksi manusIa kepadanya dan bagaimana perkataan mereka terhadapnya sehingga
hatinya dipenuhi dengan kesedihan. Belum lama Maryam membayangkan dan meminta
agar Ia dimatikan dan dilupakan, tiba-tiba anak yang baru lahir itu
memanggilnya:
"Janganlah
kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di
bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu
ahan mengugurkan buah kurma yang masak kepadamu makan, minum dan bersenang
hatilah kamu. Jika kamu rnelihat seorang manusIa, maka katakantah:
'Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka
aku tidak akan berbicara dengan seorang manusIa pun pada hari ini.'" (QS. Maryam: 24 6)
Maryam melihat al-Masih
yang tampan wajahnya. Wajahnya tidak kemerah-merahan dan rambutnya tidak
keriting seperti anak-anak yang lahir di saat itu, tetapi Ia berkulit lembut
dan putih. Anak itu diselimuti dengan kesucIan dan kasih sayang; anak itu
berbicara kepada Maryam agar Ia menghilangkan kesedihannya dan meminta padanya
agar menggoyangkan batang-batang pohon kurma supaya jatuh darinya sebagIan
buahnya yang lezat dan Maryam dapat memakan dan meminum darinya sehingga
hatinya pun penuh dengan kedamaIan serta kegembiraan dan tidak berpikir tentang
sesuatu pun. Jika Maryam melihat atau menemui manusIa, maka hendaklah Ia
berkata kepada mereka bahwa Ia bernazar kepada Allah SWT untuk berpuasa dan
tidak berbicara kepada seseorang pun.
Maryam melihat al-Masih
dengan penuh kecintaan. Anak itu baru dilahirkan beberapa saat tetapi Ia
langsung memikul tanggung jawab ibunya di atas pundaknya. Selanjutnya, Ia akan
memikul penderitaan orang-orang fakir. Maryam melihat bahwa wajah anak itu
menyiratkan tanda yang sangat aneh. Yaitu tanda yang mengisyaratkan bahwa Ia
datang ke dunIa bukan untuk mengambil darinya sesuatu, tetapi untuk memberinya
segala sesuatu. Maryam mengulurkan tangannya ke pohon kurma yang besar. Belum
lama Ia menyentuh batangnya hingga jatuhlah darinya buah kurma yang masih muda
dan lezat. Maryam makan dan minum dan kemudIan Ia memangku anaknya dengan penuh
kasih sayang.
Saat itu, Maryam
merasakan kegoncangan yang hebat. Silih-berganti ketenangan dan kegelisahan
menghampirinya. Segala pikirannya tertuju pada satu hal, yaitu Isa. Ia
bertanya-tanya dalam dirinya: Bagaimana orang-orang Yahudi akan menyambutnya,
apa yang akan mereka katakan tentangnya, apa yang akan mereka katakan terhadap
Maryam, apakah para pendeta dan para pembesar Yahudi percaya bahwa Maryam
melahirkan seorang anak tanpa disentuh oleh seseorang pun? Bukankah mereka
terbIasa hidup dengan suasana pencurIan dan penipuan? Apakah seseorang di
antara mereka akan percaya—padahal Ia jauh dari langit—bahwa langit telah
memberinya seseorang anak.
Akhirnya, masa
pengasingan Maryam telah berakhir dan Maryam harus kembali ke kaumnya. Maryam
kembali dan waktu menunjukkan Ashar. Pasar besar yang terletak di jalan yang
dilalui Maryam menuju mesjid dipenuhi dengan manusIa. Mereka sibuk dengan
jual-beli. Mereka duduk berbincang-bincang sambil minum anggur. Belum lama
Maryam melewati pasar itu sehingga manusIa melihatnya membawa seorang anak
kecil yang didekapnya. Salah seorang bertanya: "Bukankah ini Maryam yang masih perawan? Lalu, anak sIapa yang
dibawanya itu?" Seorang yang mabuk berkata: "Itu adalah anaknya. Mari kita dengar cerita apa yang akan
disampaikannya.” Akhirnya, orang-orang Yahudi mulai "mengepung"
dengan berbagai macam pertanyaan: "Anak
sIapa ini wahai Maryam, mengapa engkau tidak mengembalikannya, apakah itu
memang anakmu, bagaimana engkau datang dengan membawa seorang anak sedangkan
engkau adalah gadis yang masih perawan?"
"Hai
saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan
ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina." (QS. Maryam: 28)
Maryam dituduh melakukan
pelacuran. Mereka menyerang Maryam tanpa terlebih dahulu mendengarkan
sanggahannya atau mengadakan penelitIan atau membuktikan bahwa perkataan mereka
memang benar. Maryam dicerca sana-sini dan Ia diingatkan, bahwa bukankah Ia
seseorang yang tumbuh dari rumah yang baik dan bukanlah ibunya seorang pelacur?
Lalu mengapa semua ini terjadi padanya? Menghadapi semua tuduhan itu, Maryam
tampak tenang dan tetap menunjukkan kebaikannya. Wajahnya dipenuhi dengan
cahaya keyakinan. Ketika pertanyaan semakin menjadi-jadi dan keadaan semakin
sulit, maka Maryam menyerahkan segalanya kepada Allah SWT. Ia menunjuk ke arah
anaknya dengan tangannya. Maryam menunjuk Isa.
Orang-orang yang ada di
situ tampak kebingungan. Mereka memahami bahwa Maryam berpuasa dari berbicara
dan meminta kepada mereka agar bertanya kepada anak itu. Para pembesar Yahudi
bertanya: "Bagaimana mereka akan
melontarkan pertanyaan kepada seorang anak kecil yang baru lahir beberapa hari?
Apakah anak itu akan berbicara di buaIannya" Mereka berkata kepada
Maryam:
"Bagaimana
kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?" (QS. Maryam: 29)
Berkata Isa:
"Sesungguhnya
aku ini hamba Allah, DIa memberiku al-Kitab (injil) dan DIa menjadikan aku
seorang nabi. Dan DIa menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku
berada, dan DIa memerintahkan kepadaku (mendirikan) salat dan (menunaikan)
zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan DIa tidak menjadikanku
seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan
kepadahu, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku
dibangkitkan hidup kembali. " (QS. Maryam: 30-33)
Belum sampai Isa
menuntaskan pembicaraannya sehingga wajah-wajah para pendeta dari kalangan
Yahudi dan para uskup tampak pucat. Mereka menyaksikan mukjizat terjadi di
depan mereka secara langsung. Anak kecil itu berbicara di buaIannya; anak kecil
yang datang tanpa seorang ayah; anak kecil yang mengatakan bahwa Allah SWT
telah memberinya al-Kitab dan menjadikannya seorang Nabi. Ini berarti bahwa
kekuasaan mereka sebentar lagi akan hancur. SetIap orang dari mereka akan
menjadi tidak berarti ketika anak kecil itu dewasa. Tak seorang pun di antara
mereka yang dapat "menjual pengampunan" kepada manusIa atau
menghakimi mereka melalui pemyataan bahwa Ia adalah wakil dari langit yang turun
di bumi. Atau pernyataan, bahwa hanya dIa yang mengetahui syarIat.
Para pendeta Yahudi
merasa akan terjadi suatu tragedi kepribadIan yang akan datang kepada mereka
dengan kelahiran anak kecil ini. Kedatangan al-Masih berarti mengembalikan
manusIa kepada penyembahan semata-mata kepada Allah SWT. Ini berarti menghapus
agama Yahudi yang sekarang mereka yakini. Perbedaan antara ajaran-ajaran Musa
dan tindakan-tindakan orang-orang Yahudi menyerupai perbedaan antara
bintang-bintang di langit dan lumpur-lumpur di jalan. Para pendeta Yahudi
menyembunyikan kisah kelahiran Isa dan bagaimana Ia berbicara di masa buaIan.
Mereka justru menuduh Maryam yang masih perawan dengan kebohongan yang besar.
Mereka menuduh Maryam melakukan pelacuran, padahal mereka menyaksikan sendiri
mukjizat pembicaraan anaknya di masa buaIan.
Mula-mula cerita tentang
itu mereka sembunyikan untuk beberapa saat. Meskipun demikIan, berita tentang
kelahiran Isa sampai ke Hakim Romawi, yaitu Heradus. Ia memimpin orang-orang
Palestinaa dan orang-orang Yahudi dengan kekuatan pedang. Ia menakut-nakuti
mereka dengan menumpahkan darah serta banyaknya mata-mata yang dimilikinya.
Pada suatu hari, Ia duduk di istananya dan meminum anggur. Lalu Ia mendengar
berita yang samar tentang kelahiran seseorang anak tanpa ayah; seorang anak
yang dikatakan Ia mampu berbicara saat masih di buaIan, lalu Ia menyampaikan
pembicaraan yang menjurus pada ancaman terhadap kekuasaan Romawi. KemudIan
bergetarlah kursi yang ada di bawah tubuh Heradus. Ia memerintahkan untuk dIadakan
suatu pertemuan mendadak yang dihadiri oleh para pengawalnya dan para
mata-matanya. Pertemuan itu pun terlaksana. Heradus duduk dengan wajahnya yang
hitam mengkilat, lalu Ia memutarkan pandangannya ke arah mata-matanya dan
bertanya: "Bagaimana berita anak
kecil yang berbicara di buaIannya?"
Salah seorang kepala mata-mata berkata: "Tampak bahwa masalahnya tidak benar.
Kami telah mendengar isu-isu sekitar anak kecil yang mereka katakan bahwa Ia
membuat mukjizat dengan berbicara saat Ia masih belIa. Lalu saya mengutus anak
buahku untuk mencari kebenaran berita itu, tetapi mereka tidak menemukannya.
Jelas bagi kami, bahwa berita itu dilebih-lebihkan."
KemudIan salah satu anggota mata-mata raja
berkata: "Aku telah mendapatkan
bukti yang terpercaya bahwa tiga orang dari orang-orang Majusi datang di balik
suatu bintang yang mereka lihat menyala di suatu langit dan bintang tersebut
mengisyaratkan kelahiran anak kecil yang membawa mukjizat, yaitu anak kecil
yang akan menyelamatkan kaumnya."
Hakim berkata: "Bagaimana Ia dapat menyelamatkan kaumnya dan kaum sIapa yang
diselamatkannya?"
Salah seorang mata-mata berkata: "Anak buahku tidak mengetahuinya karena
orang-orang pandai dari Majusi itu pergi dan tak seorang pun menemukan
mereka."
Hakim berkata: "Bagaimana mereka dapat pergi dan bersembunyi lalu bagaimana
cerita anak kecil ini? Apakah di sana ada persekongkolan untuk menentang
Romawi?"
Hakim melompat dari tempat duduknya ketika
Ia menyebut Romawi, dan Ia mulai berbicara dengan keadaan emosi: "Aku menginginkan kepala tiga orang
yang cerdik itu dan aku juga menginginkan kepala anak kecil itu. Dan aku
menginginkan informasi yang lengkap. Sungguh masalah ini semakin samar hai
orang-orang yang bodoh." Lalu kepala mata-mata berkata: "Barangkali
ini hanya mimpi yang dibayangkan orang-orang Yahudi bahwa mereka
melihatnya." Hakim berkata: "Sungguh kepala-kepala kalIan semua akan
terbang lebih cepat dari merpati jika kalIan tidak mendatangkan cerita secara
lengkap tentang anak ini. Kebingungan dan kekacauan apa yang aku rasakan!
Pergilah kalIan dari sini."
Anak buah Heradus dan
para mata-mata pergi, sedangkan Ia masih duduk memikirkan masalah tersebut.
Tampaknya masalah itu sangat menggelisahkannya. Ia tidak peduli dengan
kedatangan agama baru kepada manusIa tetapi yang dipikirkannya adalah kekuasaan
Romawi yang Ia menjadi simbolnya. KemudIan Heradus menetapkan untuk memanggil
pemuka orang Yahudi dan bertanya kepadanya tentang masalah ini. Para
pengawalnya yang khusus memanggil orang Yahudi itu. Tidak beberapa lama orang Yahudi
itu ada di depan hakim. Heradus berkata: "Aku
ingin berbicara kepadamu tentang suatu masalah yang sangat
menggelisahkanku."
Pendeta Yahudi
itu berkata: "Aku ingin mengabdi
kepadamu."
Heradus berkata:
"Aku mendengar berita-berita yang
saling berlawanan tentang anak kecil yang bisa berbicara di masa buaIannya dan
Ia mengatakan bahwa Ia akan menyelamatkan kaumnya. Maka bagaimana berita yang
sebenarnya tentang itu?"
Pendeta itu
berkata—dan Ia merasa bahwa pertanyaan itu sepertinya berupa jebakan yang tidak
diketahuinya secara pasti: "Apakah
tuan yang mulIa peduli dengan agama Yahudi?" Heradus berkata dalam keadaan
emosi: "Aku tidak peduli sedikit pun selain kekuasaan Romawi. Jawablah
pertanyaanku wahai pendeta." Pendeta Yahudi itu telah melihat Isa
berbicara di buaIannya. Ia memahami bahwa seandainya Ia mengatakan itu, maka Ia
akan mendapatkan penderitaan pada dirinya, maka Ia lebih memilih sedikit
berbohong. Ia berkata kepada Heradus bahwa Ia mendengar cerita itu tetapi Ia
meragukannya.
Heradus berkata: "Apakah benar agama kalIan berbicara tentang kedatangan seorang
penyelamat bagi rakyat kalIan?" Pendeta berkata: "Ini benar wahai
tuan yang mulai." Heradus berkata: "Apakah kalIan mengetahui ini
adalah persekongkolan menentang keamanan kerajaan Romawi? Apakah kalIan
menyadari ini adalah bentuk pengkhIanatan?" Pendeta berkata: "Aku
harap tuan membIarkan aku meluruskan suatu pemikiran yang sederhana. Berita
tentang hal itu adalah berita yang kuno. Berita ini diyakini ketika rakyat
menjadi tawanan di Bebel sejak ratusan tahun."
Heradus berkata: "Apakah memang di sana ada yang membenarkan berita ini? Sekarang,
apakah kamu secara pribadi membenarkannya? Apakah engkau melihat anak kecil itu
yang mereka katakan bahwa Ia dilahirkan tanpa seorang ayah?" Pendeta itu berkata:
"Apakah ada seorang yang percaya wahai tuan yang mulIa jika dikatakan ada
seorang anak yang lahir tanpa seorang ayah. Ini adalah mimpi rakyat
bIasa."
Heradus berkata: "Tidak ada sesuatu yang mengusir tidur dari mata seorang penguasa
selain mimpi-mimpi rakyat. Pergilah wahai pendeta dan jika engkau mendengar
berita-berita, maka sampaikanlah kepadaku sebelum engkau sampaikan kepada
istrimu."
Belum lama pendeta itu pergi sehingga
Heradus berpikir, bagaimana seandainya pendeta itu berbohong. Ia menangkap
benang kebohongan pada kedua matanya. Ia mengetahui kebohongan ini karena Ia
sendiri sangat pandai berbohong. KemudIan bagaimana cerita tiga orang cerdik
yang mereka mengikuti bintang? Apakah di sana terdapat persekongkolan menentang
Romawi yang tidak diketahuinya?
Heradus berterIak di
tengah-tengah pengawalnya dan memerintahkan mereka untuk menangkap semua orang
yang mendengar cerita ini atau Ia akan melihat akibatnya. Mula-mula dIa
memerintahkan untuk mencari gadis perawan yang melahirkan anak itu dan membunuh
setIap anak yang lahir di saat itu. Sementara itu, Maryam keluar dari Palestina
menuju ke Mesir. Sebelumnya, pada suatu malam, datanglah kepadanya seseorang
yang belum pernah dilihatnya dan orang itu menyampaikan salam kepadanya serta
menyerukannya dan sambil berkata: "Bawalah
anakmu wahai Maryam dan keluarlah menuju Mesir." Dengan nada ketakutan
Maryam bertanya, "Mengapa? Bagaimana
aku keluar menuju ke Mesir; dan bagaimana aku bisa mengenali jalan?"
Orang asing itu menjawab, "Keluarlah engkau niscaya Allah SWT
akan melindungimu. Sesungguhnya Hakim Romawi mencari anakmu dan ingin
membunuhmu."
Maryam bertanya: "Kapan aku keluar?"
Orang asing itu menjawab: "Sekarang juga. Janganlah engkau
khawatir sedikit pun karena engkau keluar bersama seorang Nabi yang mulIa.
Semua nabi diusir oleh kaumnya dari negeri mereka dan rumah mereka. DemikIanlah
hukum kehidupan. Kejahatan selalu berusaha untuk menyingkirkan kebaikan tetapi
pada akhirnya, kebaikan akan kembali menduduki singgasananya. Keluarlah wahai
Maryam."
Akhirnya, Maryam pun pergi menuju ke
Mesir. Maryam melalui gurun Saina' bersama suatu kafilah yang menuju Mesir.
Maryam berjalan membawa Isa di jalan yang sama yang pernah dilalui Nabi Musa di
mana ditampakkan kepada Nabi Musa api yang suci dan belIau dipanggil dari sisi
thur al-Aiman. Setelah melalui perjalanan yang jauh dan melelahkan, Maryam
sampai di Mesir. Mesir yang dipenuhi dengan kebaikan, kemulIaan, kebudavaan
klasik serta cuacanya yang stabil mempakan tempat yang terbaik untuk
pertumbuhan Isa as.
Al-Masih tumbuh dan
berkembang serta menjalani masa kecilnya di Mesir. KemudIan datanglah kepada
Maryam orang asing yang telah memerintahkannya untuk meninggalkan Palestinaa.
Kali ini, Ia memerintahkannya untuk kembali ke Palestinaa. Orang asing itu berkata
kepadanya: "Raja yang lalim telah
mati, maka kembalilah bersama anakmu wahai Maryam. Telah datang kesempatan emas
bagi Isa untuk menduduki singgasananya. Isa akan menjadi penyayang orang-orang
fakir dan orang-orang yang benar. Kembalilah wahai Maryam." Maryam pun
kembali. Dalam perjalanan Maryam melalui banyak mata air di sungai JordanIa.
Isa pun tumbuh menjadi
dewasa dan mencapai masa mudanya. Isa keluar dari rumahnya dan menuju tempat
penyembahan kaum Yahudi. Saat itu bertepatan dengan hari Sabtu. Di sana tidak
ada satu rumah pun dari rumah kaum Yahudi yang dapat menyalakan api atau
memadamkannya pada hari Sabtu, atau mengambil buah di hari itu. Dilarang bagi
seorang wanita untuk membikin adonan roti atau seseorang anak kecil mencuci
anjingnya. Nabi Musa telah memerintahkan untuk menghormati hari Sabtu dan hanya
mengkhususkanya untuk beribadah kepada Allah SWT.
Terdapat hikmah di balik
penghormatan hari Sabtu sehingga hari Sabtu menjadi hari yang sangat disucikan
di kalangan orang-orang Yahudi. Mereka melaksanakannya dengan berbagai macam
tradisi dan mereka mencurahkan segala konsentrasi mereka untuk menjaga hari
Sabtu dan tidak meremehkannya. Sebab, mereka meyakini bahwa hari Sabtu adalah
hari yang dijaga dari langit sebelum Allah menciptakan manusIa sebagaimana
mereka percaya bahwa Bani Israil telah diberikan pilihan kepada satu jalur
saja, yaitu menjaga hari Sabtu. Mereka bangga karena mereka dapat menjaganya
meskipun hal itu menyebabkan mereka kalah di kancah peperangan atau mereka
tertawan di tangan musuh. Bahkan saking ketatnya mereka mempertahankan
kehormatan hari Sabtu sampai-sampai mereka menambah-nambahi berbagai macam
larangan di hari Sabtu. Majelis kaum Yahudi menetapkan ratusan larangan yang
tidak boleh dilakukan di hari Sabtu, seseorang dilarang untuk memakai gigi
palsu di hari Sabtu. Seorang yang sakit dilarang untuk memakai perban atau
memakai minyak di tempat yang sakit pada hari Sabtu atau memanggil dokter.
Dilarang pula di hari Sabtu untuk menulis dua huruf abjad; dilarang juga untuk
mempertahankan diri pada hari Sabtu; dilarang untuk panen dan belajar di hari
Sabtu. KemudIan, bepergIan di hari Sabtu diharuskan untuk tidak lebih dari dua
ribu yard. Dilarang juga dihari Sabtu untuk membawa sesuatu ke luar rumah.
Jadi, banyaknya syarIat, hukum
serta larangan-larangan bIasanya diikuti dengan banyaknya keburukan atau paling
tidak membantu terciptanya keburukan. SetIap timbul suatu larangan, maka timbul
bersamanya cara untuk menghindar darinya. DemikIanlah, kehidupan kaum Yahudi
dipenuhi dengan kemunafikan yang luar bIasa di mana secara lahirIah mereka
menampakkan penghormatan terhadap hari Sabtu, tetapi secara batinIah mereka
berusaha menodai kehormatan dengan berbagai macam cara.
Meskipun kelompok
Farisiun bertanggung jawab terhadap tugas pelaksanaan syarIat dan mengawasinya
dengan banyak mendapatkan jarninan-jaminan, maka kita akan melihat bahwa mereka
sIap untuk menciptakan berbagai rekayasa dan tipu daya yang memungkinkan mereka
untuk menghindar dari hukum-hukum syarIat di saat yang tepat. Saat yang tepat
adalah saat di mana syarIat-syarIat tersebut bertentangan dengan kepentingan
pribadi mereka atau dapat menjadi penghalang bagi mereka untuk mendapatkan mata
pencaharIan yang haram yang sudah sIap masuk pada kantong mereka. Misalnya,
terdapat kaidah syarIat yang menetapkan perjalanan pada hari Sabtu tidak boleh
melebihi dua ribu yard. Namun orang-orang Farisiun mengadakan walimah di mana
mereka mengundang orang-orang untuk menghadiri acara tersebut pada hari Sabtu,
padahal tempat dIadakannya acara itu berjarak lebih dari dua ribu yard dari
rumah mereka. Lalu, bagaimana mereka dapat melaksanakan hal tersebut? Sangat
mudah sekali. Mereka meletakkan pada sore hari Sabtu sebagIan makanan yang
berjarak dua ribu yard dari rumah mereka lalu setelah itu mereka mendirikan
suatu tempat tinggal di mana mereka dapat berjalan setelahnya dan menempuh dua
ribu yard yang lain. Dari sini mereka dapat menambah jarak yang mereka
inginkan. Begitu juga agar mereka menghindar dari larangan membawa sesuatu ke
luar rumah pada hari Sabtu, maka mereka membuat tipu daya yang lain. Yaitu
mereka mendirikan gerbang-gerbang pintu dan jendela di berbagai jalan sehingga
seluruh kota seperti rumah besar yang dimungkinkan bagi mereka untuk membawa
segala sesuatu dan bergerak di dalamnya.
Contoh lain yang
menunjukan bagaimana orang-orang Yahudi mempermainkan syarIat sedangkan mereka
mengklaim menjaganya adalah, bahwa syarIat Musa menetapkan agar seorang anak
menginfaki kedua orang tuanya saat mereka menginjak usIa tua dan membutuhkannya.
Tetapi kaum Farisiun memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk lari dan
menghindar dari tanggung jawab ini dengan suatu tipu daya yang sederhana.
Ketika seorang anak dituntut oleh kedua orang tuanya untuk memberi nafkah, maka
Ia pergi ke para pendeta dan bersepakat kepada mereka untuk mewakafkan semua
hartanya dan kekayaannya kepada haikal, yaitu tempat sembahan kaum Yahudi. Saat
itu kedua orang tuanya tidak mampu mengambil sesuatu pun darinya. Ketika mereka
berdua telah putus asa dan tidak lagi menuntut padanya untuk memberi nafkah,
maka semua harta kekayaannya akan dikembalikan kepadanya oleh para pendeta,
dengan catatan hendaklah Ia memberikan bagIan tertentu dari hartanya kepada
para pendeta itu. DemikIanlah yang terdapat dalam Injil Mata.
Di tengah-tengah suasana
kebodohan pemikiran yang luar bIasa ini, juga terdapat sikap keras kepala dan
kejumudan berpikir yang mengelilingi kaum Yahudi. Terdapat tujuh tingkat
kesucIan dan dua puluh enam salat yang harus mereka lakukan saat mereka
membasuh tangan sebelum memakan makanan, namun mereka menganggap bahwa
menIadakan pembacaan salat-salat sebagai bentuk pembunuhan terhadap jiwa dengan
cara bunuh diri dan tercegah dari kehidupan abadi. DemikIanlah kekerasan sikap
masyarakat Yahudi yang menunjukkan bahwa moral mereka telah rusak dan dipenuhi
dengan kemunafikan yang tIada taranya.
Sementara itu, Isa
berjalan menuju tempat beribadah. Orang-orang berjalan di sekelilingnya. Mereka
tampak membanggakan pakaIan-pakaIan yang berwarna dan berharga sedangkan Isa
berjalan dengan memakai baju putih dan menampakkan kezuhudannya. Rambut Isa
tampak lembut yang mencapai kedua bahunya dan tampak Ia basah terkena air awan
yang menurunkan gerimis. KemudIan kedua kakinya berjalan di atas tanah sehingga
tanah itu dipenuhi dengan bau harum yang tidak diketahui sumbernya. Baju yang
dipakai oleh Isa terbuat dari bulu domba yang sangat sederhana dan kasar.
Meskipun hari itu hari Sabtu, Isa memetik buah di suatu kebun dan mengambil dua
buah yang belIau berikan kepada anak kecil yang fakir dan lapar. Tindakan
semacam ini menurut kepercayaan Yahudi dIanggap sebagai tindakan yang menentang
agama Yahudi.
Isa mengetahui bahwa
menjalankan agama yang hakiki bukan terletak pada ketaatan eksternal sementara
hati jauh dari sikap rendah diri. Oleh karena itu, Isa mencabut buah dan
memberikan makan kepada manusIa pada hari Sabtu. BelIau menyalakan api untuk
wanita-wanita tua sehingga mereka tidak mati kedinginan. Isa sering mengunjungi
tempat sesembahan orang Yahudi. Isa berdiri di dalamnya dan mengamati para
pendeta dan manusIa yang hilir mudik di sekitarnya. Sesampainya Isa di tempat
sembahan, Ia berdiri di dalamnya. Isa mengamat-amati apa yang ada di dalamnya.
Dinding-dinding tempat beribadah itu terbuat dari kayu gahru yang memiliki bau
yang harum. Di samping itu, terdapat kelambu-kelambu yang terbuat dari
kain-kain yang mengagumkan yang dicampur dengan emas. Juga terdapat lampu-lampu
yang terulur dari atap dan juga ada lilin-lilin yang memenuhi ruangan dengan
cahaya. Meskipun demikIan, kegedelapan menyelimuti hati orang-orang yang ada di
situ.
Nabi Isa berdiri cukup
lama di tempat penyembahan itu. SetIap kali Ia memutarkan wajahnya, Ia
mendapati para pendeta di sana. Terdapat dua puluh ribu pendeta. Nama-nama
mereka tercatat dalam haikal. Mereka adalah kaum Waliyun yang memakai saku-saku
yang besar yang di dalamnya ada kitab-kitab syarIat. Sedangkan kaum Farisiun,
mereka memakai pakaIan yang lebar yang sisi-sisinya tertenun dengan emas.
Mereka adalah pembantu haikal yang resmi dengan memakai baju-baju mereka yang
putih. Adapun kaum Shaduqiyun adalah kelompok para pendeta aristokrat yang
bersekutu dengan penguasa di mana mereka memperoleh kekayaan melalui
persekutuan ini. Nabi Isa memperhatikan bahwa jumlah pengunjung haikalita lebih
sedikit daripada jumlah para pendeta dan para tokoh agama. Tempat penyembahan
itu dipenuhi dengan kambing dan merpati yang dibeli oleh para pengunjung tempat
penyembahan itu. Mereka menyerahkannya sebagai kurban kepada Allah. Yaitu
kurban yang disembelih di dalam tempat persembahan di atas tempat
penyembelihan. Alhasil setIap langkah yang dIayunkan oleh para pejalan di
tempat penyembahan itu akan menghasilkan uang.
Di tempat penyembahan
Yahudi itulah tersingkap hakikat kehidupan kaum Yahudi. Nilai satu-satunya yang
disembah oleh manusIa di zaman itu adalah uang. Jadi, kemewahan materi atau
kekayaan adalah nilai satu-satunya yang karenanya manusIa akan bergulat satu
sama lain. Dalam hal itu, tidak ada perbedaan antara tokoh-tokoh pembawa ajaran
syarIat dengan manusIa-manusIa bIasa. Kaum Shaduqiyun dan kaum Farisiun bekerja
sama di antara mereka di dalam haikal itu seakan-akan mereka di dalam suatu
pasar di mana mereka memanfaatkannya untuk diri mereka dengan terus mencari
kurban-kurban di dalamnya. Seringkali kaum Shaduqiyun dan Farisiun berseteru
dalam persoalan syarIat dan hukum. DemikIan juga, mereka berseteru dalam
menentukan kurban yang harus mereka raih di haikal itu. Kaum Farisiun
berpendapat bahwa hewan-hewan kurban itu harus dibeli dari harta haikal
sedangkan kaum Shaduqiyun menganggap bahwa harta dari haikal adalah hak mereka.
Oleh karena itu, mereka menganggap bahwa hewan kurban itu harus dibeli dengan
jumlah tersendiri. Begitu juga kaum Farisiun mewajibkan untuk membakar hewan
yang disembelih di atas tempat penyembahan, sedangkan kaum Shaduqiyun mereka
mengambil hewan sembelihan ini untuk diri mereka sendiri.
Di dalam Talmud
disebutkan bahwa kaum Shaduqiyun menjual merpati di toko-toko mereka yang
mereka miliki. Mereka sengaja memperbanyak kesempatan-kesempatan yang
diharuskan di dalamnya untuk mengorbankan burung-burung merpati sehingga harga
seekor burung merpati saja mencapai beberapa Dinar. Melihat hal itu, salah satu
tokoh Farisiun yaitu Sam'an bin Amlail mengeluarkan fatwa yang intinya
mengurangi kesempatan-kesempatan yang diharuskan di dalamnya seseorang
menyerahkan merpati sebagai kurban. Setelah itu, harga burung cuma mencapai
seperempat Dinar. Pergulatan antara kedua kelompok itu mendatangkan pukulan
berat bagi pemilik toko yang menyimpan burung merpati terutama anak-anak dari
kepala pendeta.
Nabi Isa memperhatikan
apa yang terjadi di sekelilingnya; Nabi Isa melihat kaum fakir yang tidak mampu
membeli hewan kurban sehingga mereka tidak mampu berkurban; Nabi Isa
melihatbagaimana para pendeta memperlakukan mereka dan memangsa mereka seperti
serigala yang buas. Nabi Isa berpikir di dalam dirinya, mengapa
binatang-binatang itu mereka bakar lalu dagingnya menjadi asap di udara,
padahal di sana terdapat ribuan kaum fakir yang mati kelaparan? Mengapa mereka
mengira bahwa Allah SWT ridha ketika tempat penyembelihan dilumuri dengan
darah, lalu hewan kurban itu dibawa ke rumah-rumah para pendeta dan toko-toko
mereka untuk dijual? Mengapa orang-orang fakir banyak berhutang dan
mengeluarkan banyak uang untuk membeli binatang-binatang kurban? Mengapa
binatang-binatang kurban itu harus dimiliki dan hanya dirawat oleh para pendeta
lalu apa yang mereka lakukan dengan uang-uang ini? Lalu, di manakah tempat
orang-orang fakir di haikal itu? Bukankah hal yang aneh ketika seseorang
memasuki rumah dengan keharusan membawa uang?
Nabi Isa pergi dari
tempat penyembahan itu dan Ia meninggalkan kota menuju gunung. Dada Nabi Isa
dipenuhi dengan kecemburuan yang suci terhadap Yang Maha Benar. Wajahnya tampak
semakin pucat ketika melihat berbagai macam kejahatan memenuhi dunIa. Nabi Isa
berdiri di atas sebuah bukit dan belIau mulai melakukan salat. Tetesan-tetesan
air mata mulai berlinang dari pipinya dan jatuh ke bumi. Nabi Isa mulai
merenung dan menangis. Di sana terdapat bunga yang nyaris mati karena kehausan
lalu ketika Ia mendapatkan tetesan air mata al-Masih, maka bunga itu mekar
kembali dan mendapatkan kehidupan. Tetesan air mata al-Masih menyelamatkannya,
sebagaimana belIau akan menyelamatkan manusIa dengan dakwahnya. Di malam yang
penuh berkah ini pula, dua orang Nabi yang mulIa meninggalkan bumi, yaitu Nabi
Yahya dan Nabi ZakarIa. Kedua Nabi itu dibunuh oleh penguasa. Sejak kepergIan
mereka berdua, bumi kehilangan banyak dari kebaikan. Pada malam itu juga,
turunlah wahyu kepada Isa bin Maryam. Allah SWT memutuskan perintah-Nya agar Ia
memulai dakwahnya.
Nabi Isa menutup lembaran
halus dari kehidupannya yaitu lembaran yang penuh dengan tafakur dan ibadah.
BelIau memulai perjalanannya yang berat dan penuh tantangan serta penderitaan:
belIau mulai berdakwah di jalan Allah SWT; belIau mulai membangun kerajaan yang
tegak berdasarkan kerendahan hati dan cinta. Kerajaan yang penguasanya
bertujuan untuk membebaskan dan menyucikan ruh. Kerajaan yang memancarkan sikap
rendah diri dan cinta. Nabi Isa ingin menyelamatkan ruhani. Ajaran Nabi Isa
berdasarkan keimanan terhadap hari kIamat dan kebangkitan. Nilai-nilai dan
pemikiran tersebut tidak ditemukan dalam kehi-dupan orang-orang Yahudi.
SyarIat Musa menetapkan
pemberlakuan hukum qisas: barangsIapa yang memukulmu di pipi sebelah kananmu,
maka pukullah pipi sebelah kanannya. Lalu bagaimanakah orang-orang Yahudi
menerapkan hukum qisas tersebut? Jika yang dipukul mampu untuk menghancurkan
rumah orang yang memukul, maka Ia tidak perlu merasa puas hanya sekadar memukul
pipi sebelah kanannya, namum jika Ia tidak mampu, maka hendaklah Ia memukul
pipi sebelah kanannya. Namun boleh jadi hatinya dipenuhi dengan dendam karena
Ia tidak dapat menghancurkan rumahnya.
Jadi, kebencIan adalah
pelabuhan tempat bersinggahnya syarIat Musa. Meskipun belIau adalah seorang
Nabi yang merupakan cermin cinta Ilahi yang besar namun syarIatnya kini berada
di bawah kekuasaan hati-hati yang mati, yaitu hati-hati yang penuh dengan
dendam dan kebencIan. Lalu, apa yang dilakukan Nabi Isa terhadap semua ini?
Allah SWT telah mengutusnya dan memperkuat Taurat yang dibawa oleh Musa
sebagaimana Allah SWT menurunkannya kepada Musa. Jadi, seorang nabi tidak
menghancurkan tugas nabi sebelumnya. Para nabi bagaikan satu mata rantai yang tujuannya
adalah satu, yaitu menciptakan kesucIan dan mempertahankan kebenaran serta
mengesakan Allah SWT.
KemudIan apa yang
dilakukan Nabi Isa terhadap syarIat qisas cersebut? Yang jelas, tindakan yang
dilakukkan oleh Nabi Isa murni dari ilham yang didapatnya dari Allah SWT. Nabi
Isa mengem-balikan kaum kepada tujuan asli dari syarIat. Nabi Isa mengembalikan
mereka kepada hikmah syarIat yang asli. Nabi Isa mengembalikan mereka kepada
cinta. Nabi Isa tidak mengatakan sesuatu pun kepada orang yang memukul pipi
sebelah kanannya. Nabi Isa tidak berusaha untuk memukul pipi sebelah kanannya.
Al-Masih justru akan membalikkan pipi sebelah kirinya. Inilah syarIat Nabi Isa
yang tidak berbeda sedikit pun dengan syarIat Nabi Musa. Ia merupakan kedalaman
yang mengagumkan dari kedalaman syarIat Nabi Musa. Nabi Isa ingin menetapkan
kepada kaum di sekelilinginya tentang sesuatu yang penting. Nabi Isa ingin
memberitahu mereka bahwa syarIat bukan mengajari kalIan untuk meletakkan dendam
pada diri kalIan lalu kalIan memukul lawan kalIan. SyarIat yang hakiki adalah,
hendaklah kalIan menebar kasih sayang, pemaaf, dan cinta.
Terdapat banyak
binatang-binatang buas di hutan. Binatang-binatang itu mencintai diri mereka
sendiri. Mereka bermusuhan dan saling membunuh demi makanan dan minuman. Mereka
memberikan makan kepada anak-anaknya. Perbedaan antara manu-sIa dan binatang
adalah perbedaan pada tingkat cinta. Hewan tidak akan mampu melampui derajat
cintanya kepada makhluk yang lain. Atau dengan kata lain, hewan tidak dapat
membagi cintanya kepada jenis yang lain. Sedangkan manusIa mampu melakukan hal
itu. Di situlah manusIa mampu dapat mencapai kemulIaannya dan kemanusIaannya.
Al-Masih memberitahu kaumnya bahwa manusIa tidak akan menjadi manusIa sempurna
kecuali setelah Ia mencintai orang lain sebagaimana Ia mendntai dirinya
sendiri.
"Aku mendengar bahwa
dikatakan, hendaklah engkau mencintai orang yang dekat denganmu dan membenci
musuhmu, sedangkan aku berkata kepada kalIan, cintailah musuh kalIan dan
doakanlah orang yang melaknati kalIan. Berbuat baiklah kepada pembenci kalIan
dan salatlah untuk orang-orang berbuat buruk kepada kalIan." (Injil Mata).
Dakwah Nabi Isa datang
dan menghapus syarIat Nabi Musa dalam bentuk eksternal. Jika kita berusaha
membandingkan dua syarIat tersebut dalam bentuk yang sederhana, maka pada
hakikat-nya dakwah Nabi Isa bertujuan untuk menghapus bid'ah yang dilakukan
oleh kaum Farisiun dan Shaduqiun terhadap syarIat Nabi Musa dan menunjukkan
hakikat syarIat ini dan tujuan-tujuannya yang tinggi. Di tengah-tengah masa
materIalisme yang sangat luar bIasa dan dunIa dipenuhi dengan penyembahan
terhadap emas dan tersebarnya berbagai macam kejahatan, munculah dakwah
al-Masih sebagai reaksi ideal yang menunjukkan ketinggIan dan kesucIan.
Al-Masih mengetahui bahwa Ia mengajak manusIa untuk menciptakan perilaku ideal
dalam kehidupan; Al-Masih menyadari bahwa dakwahnya penuh dengan idealisme
tetapi idealisme ini sendiri pada saat yang sama merupakan solusi satu-satunya
untuk mengobati kehidupan dari kesengsaraan dan penyakit-penyakit menular;
Al-Masih mengetahui bahwa tidak semua manusIa tidak mampu untuk mencapai puncak
yang diisyaratkannya. Tetapi paling tidak, hendaklah setIap orang berusaha
sedikit mendaki sehingga Ia selamat.
Dakwah Nabi Isa terdiri
dari kesudan yang mengagumkan; dakwah Nabi Isa bertujuan untuk menyelamatkan
ruh atau dakwah yang dapat dIanggap sebagai pedoman perilaku individu, bukan
suatu system perincIan-perincIan tersebut dan hanya memfokuskan kepada sumber
utama, yaitu ruh. Isa ingin raenghidupkan ruhani manusIa dan membimbingnya
untuk mencapai cahaya Sang Pencipta. Oleh karena itu, Isa datang dengan
didukung oleh ruhul kudus. Ruhul kudus
adalah Jibril. Kita tidak mengetahui bagaimana Allah SWT memperkuat Isa
dengan Ruh Kudus: apakah Jibril menemaninya dan menyertainya sepanjang
pengutusannya? Jibril turun kepada nabi untuk menyampaikan risalah atau membawa
mukjizat atau justru mendatangkan hukuman atas kaumnya, tetapi Ia tidak bersama
mereka sepanjang waktu. Oleh karena itu, apakah memang Jibril menemani Isa
sehingga belIau dIangkat ke langit?
Hampir saja hati menjadi
tenang dengan tafsiran ini karena dalam kehidupan Nabi Isa terdapat sisi-sisi
malaikat di mana belIau mempunyai kemampuan yang luar bIasa yang berupa
mukjizat-mukjizat. Bahkan kemampuan belIau sampai pada batas menghidupkan
orang-orang mati dengan izin Allah SWT. Begitu juga, belIau memiliki kemampuan
yang luar bIasa di mana belIau dengan hanya meniupkan pada suatu tanah, maka
tanah itu terbentuk menjadi burung dan Ia terbang dengan izin Allah SWT. Selain
itu, Nabi Isa sama sekali tidak mendekati wanita sepanjang hidupnya sehingga
belIau dIangkat oleh Allah SWT. BelIau tidak menikah. Ini juga sifat malaikat
di mana kita saksikan bahwa sebagIan para nabi yang diutus oleh Allah SWT dan
memiliki beberapa wanita bahkan kitab-kitab Yahudi menyebutkan bahwa jumlah
istri-istri nabi mereka Sulaiman misalnya, mencapai seribu wanita.
Isa hidup dalam keadaan
tenggelam dalam ibadah seperti anak dari bibinya, yaitu Yahya. Jika Yahya
khusuk beribadah dan tinggal di gunung dan gurun bahkan dIa menginap di gua,
maka hal itu adalah hal yang alami baginya, sedangkan Isa hidup justru di
tengah-tengah masyarakat kota. Persoalannya adalah, bukan hanya Isa tidak
terkait hubungan dengan seorang wanita dan bukan hanya mukjizat-mukjizat yang
diperolehnya yang luar bIasa yang berhubungan dengan ruh, tetapi yang lebih
dari itu adalah, bahwa belIau didukung oleh ruhul kudus sepanjang masa
dakwahnya. Tentu itu adalah nikmat yang tak seorang pun dari para nabi
sebelumnya diberi. Allah SWT berfirman:
"(Ingatlah),
ketika Allah mengatakan: 'Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan
kepada ibumu di waktu Aku menguatkan kamu dengan roh kudus. Kamu dapat
berbicara dengan manusIa di waktu masih dalam buaIan dan sesudah dewasa; dan
(ingatlah) di waktu Aku mengajar kamu menulis, hikmah, Taurat, dan Injil, dan
(ingatlah pula) di waktu kamu membentuk dari tanah (suatu bentuk) yang berupa
burung dengan izin-Ku, kemudIan kamu meniup padanya, lalu bentuk itu menjadi
burung (yang sebenarnya) dengan seizin-Ku. Dan (ingatlah), waktu kamu
menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan ibu dan orang yang
berpenyakit sopak dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu kamu mengeluarkan
orang mati dari kubur (menjadi hidup) dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu
Aku menghalangi Bani Israil (dari keinginan mereka membunuh kamu) di kala kamu
mengemukakan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, lalu orang-orang
kafir di antara mereka berkata: 'Ini tidak lain hanya sehir yang nyata.' Dan
(ingatlah), ketika Aku ilhamkan kepada pengikut Isa yang setIa: 'Berimanlah
kepada-Ku dan kepada rasul-Ku.' Mereka nienjawab: 'Kami telah beiiman dan
saksikanlah (wahai rasul) bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang patuh
(kepada seruanmu).'" (QS. al-Maidah: 110-111)
Ayat-ayat tersebut
menyebutkan lima mukjizat Nabi Isa. Pertama, bahwa belIau mampu berbicara
dengan manusIa saat belIau masih di buaIan. Kedua, belIau dIajari Taurat dan
Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa telah tersembunyi dan telah mengalami
perubahan yang dilakukan oleh orang-orang cerdik dari kaum Yahudi. Ketiga,
belIau membentuk tanah seperti burung kemudIan meniupkannya lalu tanah itu
menjadi burung. Keempat, belIau mampu menghidupkan orang-orang yang mati.
Kelima, belIau mampu menyembuhkan orang yang buta dan orang yang belang.
Terdapat mukjizat yang keenam yang disebutkan dalam Al-Qur'an al-Karim:
"(Ingatlah),
ketika pengikut-pengikut Isa berkata: 'Hai Isa putra Maryam, bersedIakah
Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?' Isa menjawab:
'Bertakwalah kepada Allah jika betul-betul kamu orangyang beriman.' Mereka
berkata: 'Kami ingin memakan hidangan itu dan supaya tentaram hati kami dan
supaya kami yakin bahwa kamu telah berkata benar kepada kami, dan kami menjadi
orang-orang yang menyaksikan hidangan itu.' Isa putra Maryam berdoa: 'Ya Tuhan
kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari
turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu bagi orang-orang yang bersama
kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan-Mu: beri
rezekilah kami dan Engkaulah Pemberi rezeki Yang Paling Utama.' Allah
berfirman: 'Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu, barangsIapa
yang kafir di antaramu sesudah (turun hidangan) itu, maka sesungguhnya Aku ahan
menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorang pun di
antara umat manusIa.'" (QS. al-Maidah: 112-115)
Mukjizat yang keenam itu
adalah turunnya makanan dari langit karena permintaan Hawariyin. Juga terdapat
mukjizat yang ketujuh yang terdapat surah Ali 'Imran yaitu belIau diberi
kemampuan melihat hal-hal yang gaib melalui panca inderanya meskipun belIau
tidak menyaksikannya secara langsung. Oleh karena itu, belIau memberitahu
kepada sahabat-sahabatnya dan murid-muridnya apa yang mereka makan dan apa yang
mereka simpan di rumah-rumah mereka:
("Dan
aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu.
Sesungguhnya pada yang demikIan itu adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku)
bagimu, jika kamu benar-benar beriman. " QS. Ali 'Imran:: 49)
Inilah mukjizat Nabi Isa
yang ketujuh yang didahului oleh mukjizat kelahirannya yang sangat mengagumkan.
BelIau lahir tanpa seorang ayah, lalu diikuti mukjizat berikutnya di mana
belIau dIangkat dari bumi ke langit ketika penguasa yang lalim berusaha
menyalibnya. Barangkali pembaca akan bertanya-tanya: mengapa mukjizat-mukjizat
seperti ini diperoleh oleh Nabi Isa? Kita mengetahui bahwa mukjizat adalah hal
yang luar bIasa yang Allah SWT berikan kepada nabi-Nya. Tetapi pemberIan itu
menjadi sempuma jika mukjizat itu disesuaikan dengan keadaan zaman diutusnya
nabi tersebut sehingga mukjizat itu sangat berpengaruh dalam jiwa kaum dan
mampu menggoncangkan hati mereka dan menjadikan mereka berimana kepada pemilik
mukjizat ini. Jadi, mukjizat menjadi suatu hal yang luar bIasa. Oleh karena
itu, Allah SWT berkehendak agar mukjizat ini sesuai dengan zaman diutusnya nabi
tersebut.
Jadi, setIap mukjizat
yang dibawa oleh rasul selalu berlain-lainan. Nabi Saleh diutus di
tengah-tengah kaum yang melihat bagaimana seekor unta yang melahirkan dari
gunung atau mampu membelah batu-batuan gunung. Sedangkan Nabi Musa diutus di
tengah-tengah kaum yang gemar memainkan sihir sehingga sihir mendapat tempat
istimewa. Oleh karena itu, mukjizat yang dibawa oleh Nabi Musa bentuk lahirnya
seakan-akan menyerupai sihir, tetapi pada hakikatnya Ia justru menjatuhkan
sihir. Mukjizat itu berupa tongkat yang menjadi ular dan kemudIan ular itu
memakan tongkat-tongkat para tukang sihir.
Lain halnya dengan Nabi
Isa, belIau diutus di tengah-tengah kaum materIalis yang mengingkari ruh dan
hari kebangkitan. Mereka menduga bahwa manusIa hanya sekadar tubuh tanpa ruh.
Mereka adalah kaum yang meyakini bahwa darah makhluk adalah ruhnya atau jiwanya.
Taurat yang ada di tangan Yahudi menyebutkan bahwa tafsir an-Nafst adalah
darah. Disebutkan di dalamnya: "Janganlah
engkau memakan darah dari tubuh manusIa karena jiwa setIap tubuh adalah
darahnya. "
Nabi Isa diutus di
tengah-tengah kaum yang mereka disesatkan oleh falsafah yang dasarnya
mengatakan bahwa penciptaan alam memiliki sumber pertama, seperti sebab dari
akibat. Jadi, alam memiliki wujud yang mendahuluinya. Di tengah-tengah masa
yang nIaterIalis ini, di mana ruh diingkari, maka secara logis mukjizat Nabi
Isa terkait dengan usaha menunjukkan alam ruhani. DemikIanlah Isa dilahirkan
tanpa seorang ayah. Mukjizat ini cukup untuk membungkam kaum yang mengatakan
bahwa alam memiliki sumber pertama. Jelas bahwa alam tidak memiliki wujud yang
mendahuluinya. Kita berada di hadapan Sang Pencipta yang mengadakan sistem bagi
segala sesuatu dan menjadikan sebab bagi segala sesuatu. DIa menjadikan proses
kelahiran anak berasal dari hubungan laki-laki dan wanita, tetapi Pencipta ini
sendiri menciptakan sebab-sebab dan sebab-sebab itu tunduk kepadanya sedangkan
DIa tidak tunduk kepada sebab-sebab itu. Dengan kehendak-Nya yang bebas, DIa
mampu memerintahkan kelahiran anak tanpa melalui ayah sehingga anak itu lahir.
Dan, kelahiran Isa pun terjadi tanpa seorang ayah. Cukup ditiupkan ruh
kepadanya:
"Lalu
Kami tiupkan ke dalamnya (tubuhnya) roh dari Kami dan Kami jadikan dIa dan
anaknya tanda (kekuasaan Allah) yang besar bagi semesta alam. " (QS. al-Anbiya': 91)
Kelahiran Isa membawa
mukjizat yang luar bIasa yang menegaskan dua hal: pertama, kebebasan kehendak
Ilahi dan ketidak terkaitannya dengan sebab karena DIa adalah Pencipta
sebab-sebab, kedua pentingnya ruh dan menjelaskan kedudukannya serta nilainya
di antara kaum yang hanya mementingkan fisik sehingga mereka mengingkari ruh.
Seandainya kita mengamati sebagIan besar mukjizat Nabi Isa, maka kita akan
melihatnya dan mendukung pandangan tersebut. Misalnya, mukjizat Nabi Isa yang
mampu membentuk tanah seperti burung lalu belIau meniupkannya sehingga tanah
itu menjadi burung. Mukjizat ini pun menguatkan adanya ruh. Semula Ia berupa
tanah yang bersifat fisik yang tidak dapat disifati dengan kehidupan tetapi
ketika Nabi Isa meniupnya, maka segenggam tanah itu menjadi burung yang
memiliki kehidupan, Sungguh sesuatu yang bukan fisik masuk ke dalamnya. Sesuatu
itu adalah ruh. Ruh itu masuk ke dalam tanah sehingga Ia menjadi burung. Jadi,
ruh adalah nilai yang hakiki, bukan jasad atau fisik. Di samping itu, juga ada
mukjizat menghidupkan orang-orang yang mati. Bukankah ini juga menunjukkan
adanya ruh dan adanya hari akhir atau hari kebangkitan. Orang yang mati telah
ditelan oleh bumi di mana anggota tubuhnya telah hancur berantakan sehingga Ia
hampir menjadi tulang-belulang yang hancur lalu al-Masih memanggilnya dan
tiba-tiba dIa hidup kembali dan bangkit dari kematIannya.
Seandainya orang yang
mati hanya berupa fisik sebagaimana dikatakan orang-orang Yahudi, maka Ia tidak
akan mampu bangkit dari kematIannya karena fisiknya telah hancur tetapi mayit
itu mampu bangkit dari kematIan. Jasadnya kembali hidup dan Ia bangkit dari
kuburannya serta berbicara. Jadi, ruh adalah nilai yang hakild. bukan fisik
atau jasad. Kalau begitu, di sana terdapat hari kebangkitan dan hari kIamat.
Hal ini bukanlah mustahil sebagaimana yang dikatakan orang-orang Yahudi, karena
setelah kematIan jasad menjadi tanah yang berterbangan di udara. Itu bukan
mustahil tetapi mungkin-mungkin saja. Dalil dari hal itu adalah, kebangkitan
orang-orang yang telah mati di hadapan mata kepala mereka sendiri. Nabi Isa telah
menghidupkan mereka agar kaumya vakin bahwa kIamat fisik akan terjadi dari
kematIan dan itu adalah benar dan bahwa hari akhir adalah benar.
Juga terdapat mukjizat
yang lain, yaitu belIau mampu memberi tahu kaumnya tentang apa yang mereka
simpan di rumah-rumah mereka, tanpa terlebih dahulu belIau masuk ke rumah
mereka atau dapat bocoran dari seseorang. Mukjizat ini menetapkan bahwa panca
indera bukanlah nilai yang hakiki. Nabi Isa tidak melihat apa yang ada di rumah
mereka tetapi ruhnya mampu untuk melihat dan berbicara atau memberitahu mereka.
Jadi, ruhani adalah nilai yang hakiki, bukan fisik. DemikIanlah
mukjizat-mukjizat Isa datang untuk memberitahukan pentingnya ruh dan kebebasan
kehendak Ilahi. Mukjizat-mukjizat Nabi Isa—sebagaimana dikatakan oleh guru kami
Muhammad Abu Zahra'—termasuk dari jenis propagandanya dan sesuai dengan tujuan
risalahnya, yaitu dakwah untuk mendidik ruhani dan keimanan kepada hari
kebangkitan dan hari kemudIan, dan di sana ada kehidupan lain di mana seseorang
yang berbuat baik akan dibalas kebaikannya dan orang yang berbuat buruk akan
dibalas keburukannya.
Lalu, apakah mukjizat
menghidupkan orang-orang yang mati masih memberikan celah kepada para
pengingkar akhirat untuk terus mengingkarinya atau memberikan ruangan kepada
penentang hari kebangkitan untuk meneruskan penentangannya? Kami telah
mengatakan bahwa orang-orang Yahudi telah diracuni dengan pikiran
ketidakpercayaan atau penentangan pada hari akhirat serta tidak beriman kepada
hari akhir, maka menghidupkan orang-orang yang mati yang dibawa atau dikuasai
oleh Isa menjadi suatu pukulan telak bagi mereka yang membuat mereka beriman,
tetapi mereka masih menentang tanda-tanda kebesaran Allah.
Nabi Isa menutup lembaran
kehidupannya yang lembut dan dan Ia mulai berdakwah di jalan Allah. BelIau
didukung oleh ruhul kudus dan mukjizat-mukjizat yang luar bIasa. Al-Qur'an
al-Karim menceritakan kepada kita bahwa esensi dakwah al-Masih tidak banyak
berubah dari esensi dakwah para nabi sebelumnya, yaitu menyuarakan Islam yang
intinya adalah menebarkan tauhid yang sempurna hanya serta menyerahkan diri
kepada Allah: "Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhan kalIan."
Al-Qur'an memberitahu
kita bahwa yang mengatakan kalimat tersebut adalah Isa. Kalimat tersebut adalah
kalimat yang sama yang pernah disampaikan seluruh nabi, meskipun nama mereka,
sifat mereka, mukjizat mereka, baju mereka, bahasa mereka, usIa mereka, bentuk
mereka, dan warna kulit mereka tidak sama. Mereka semua bersepakat untuk
menyuarakan Islam dan hanya menyerahkan diri kepada Allah SWT serta beriman
bahwa Allah SWT adalah Tuhan mereka dan Tuhan alam semesta. TIada sekutu
bagi-Nya dan tIada yang setara dengan-Nya. DIa Maha Esa yang tidak beranak dan
tidak diperanakkan dan tIada sesuatu pun yang menyerupai-Nya.
Isa tidak mengatakan persoalan
tauhid lebih banyak atau lebih sedikit dari apa yang pemah disampaikan oleh
para nabi. Al-Qur'an datang kira-kira setelah lima ratus tahun dari
pengangkatan Nabi Isa. Allah SWT, melalui ilmu-Nya yang azali mengetahui apa
yang terjadi di tengah-tengah kaum Masehi di mana mereka berselisih tentang
hakikat Isa. Oleh karena itu, Al-Qur'an al-Karim berusaha menyingkap dIalog
mereka yang belum terjadi. Allah SWT berfirman:
"Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: 'Hai Isa putra Maryam,
adakah kamu mengatakan kepada manusIa: 'Jadikanlah aku dan ibuku dua orang
tuhan selain Allah?' Isa menjawab: 'Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku
mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya,
maka tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada
diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya
Engkau Maha Mengetahui perkara yang gaib. Aku tidak pernah mengatakan kepada
mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakannya) yaitu:
'Sembahlah Allah, Tuhanku, dan Tuhanmu,' dan aku menjadi saksi terhadap mereka
selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkaulah
yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala
sesuatu.'" (QS.
al-Maidah: 116-117)
Al-Qur'an secara tegas
mengatakan bahwa dakwah al-Masih adalah dakwah tauhid. Al-Qur'an ingin
mengatakan bahwa al-Masih terlepas dari segala tuduhan yang dIalamatkan
kepadanya, yaitu tuduhan bahwa Ia anak Tuhan atau Ia justru tuhan itu sendiri.
"Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau
perintahkan kepadaku (mengatakannya) yaitu: “'Sembahlah Allah, Tuhanku, dan
Tuhanmu."
Nabi Isa pergi berdakwah
di jalan Allah SMT. Inti dakwahnya adalah, bahwa tidak ada perantara antara
Pencipta dan makhluk; tidak ada perantara antara seorang penyembah dan yang
disembah. Allah SWT menurunkan kitab Injil kepada Nabi Isa. Ia adalah kitab
suci yang datang untuk membenarkan Taurat dan berusaha menghidupkan syarIatnya
yang pertama. Injil adalah cahaya, petunjuk, dan peringatan bagi orang-orang
yang bertakwa. Nabi Isa ingin meluruskan tafsiran orang-orang Yahudi terhadap
syarIat di mana mereka menyampaikan tafsir dari syarIat itu secara harfIah dan
sesuai dengan kepentingan mereka. Nabi Isa menenangkan orang-orang yang yang
menjaga syarIat bahwa Ia tidak datang untuk menghilangkan syarIat, tetapi Ia
datang untuk menyempurnakannya dan menyelesaikan tugas para nabi. Namun Isa
lebih menekankan pada penafsiran esensinya, bukan kepada bentuk lahirIahnya.
Nabi Isa memberi
pengertIan kepada orang-orang Yahudi bahwa sepuluh wasIat yang dibawa oleh Isa
mengandung makna-makna yang lebih dalam dari apa yang mereka bayangkan. WasIat
yang keenam bukan hanya melarang pembunuhan materi, sebagaimana yang mereka
pahami tetapi juga menyangkut penindasan dan usaha rnencelakakan orang lain.
Sedangkan wasIat yang ketujuh bukan hanya melarang zina (dalam pengertIan
terjadinya hubungan antara laki-laki dengan perempuan melalui cara-cara yang
tidak sah), tetapi zina berarti segala bentuk perbuatan yang menjurus kepada
dosa. Misalnya, ketika mata dIarahkan kepada lawan jenis disertai syahwat dan
hasrat seksual, maka itu pun berarti zina. Nabi Isa berkata: "Sesungguhnya lebih baik bagi manusIa
untuk menghindarkan matanya dari sesuatu yang dapat menghancurkannya daripada
Ia harus hancur dengan mata itu sendiri. SyarIat yang dibawa oleh Isa melarang
untuk melanggar sumpah dan janji Nabi Isa memberi pengertIan kepada kaumnya
bahwa hendaklah mereka tidak melakukan sumpah palsu karena merupakan
"kesalahan besar jika nama Allah dibuat main-main di atas mulut-mulut
manusIa." (Injil Mata 21 sampai 48).
Dakwah Nabi Isa juga
berbenturan dengan arus materIalisme yang sangat mendominasi masyarakat saat
itu. Oleh karena itu, belIau mengingatkan manusIa dari perbuatan munaflk,
pamrih, tamak, dan gila pujIan. Begitu juga belIau mengingatkan mereka dari
sifat rakus terhadap kekayaan dunIa; belIau mengingatkan agar jangan sampai
mereka menimbun harta di dunIa. Yakni, hendak lah mereka tidak memfokuskan
perhatIan mereka pada urusan-urusan dunIawi semata yang sifatnya tidak abadi.
Tetapi hendaklah rnereka memfokuskan perhatIan mereka pada hal-hal yang
bersifat samawi (ukhrawi) karena itu bersifat abadi.
Nabi Isa memberitahu
kepada masyarakatnya agar mereka menjadi orang-orang yang teliti saat memilih
gaya hidup mereka karena pada gilirannya akal mereka akan menjadi cermin
darinya. Kecenderungan manusIa itu terkait kuat dengan hatinya. Jika hati
tertuju kepada cahaya langit, maka kehidupan manusIa akan tampak bersinar
tetapi jika hati tertuju pada kegedelapan dunIa, maka kehidupannya pun tampak
gelap. Nabi Isa mengingatkan kaumnya dari sikap pamrih dan cinta dunIa. BelIau
mengajak mereka untuk teliti dalam memilih majikan yang mereka mengabdi kepadanya
karena manusIa tidak dapat mengabdi kepada dua majikan dalam satu waktu. Boleh
jadi Ia akan menjadikan harta sebagai majikannya, atau boleh jadi Ia akan
menjadikan Allah SWT sebagai tuannya. Jika Ia menyembah harta, maka berarti Ia
jauh dari penyembahan terhadap Tuhannya. Oleh karena itu, hendaklah manusIa
menjauhi dunIa, seperti makanan dan pakaIan di mana mereka akan dikuasai oleh
kegelisahan dan ketidaktenangan serta keraguan tentang penjagaan Allah SWT
kepada mereka. Allah SWT telah berjanji untuk memenuhi kebutuhan
hamba-hamba-Nya dalam kehidupan. Ketika timbul kegelisahan dan keraguan pada
diri mereka, maka itu dikarenakan keraguan mereka terhadap penjagaan Allah SWT
dan ketidakpercayaan mereka kepada janji-janjinya dan rahmat-Nya serta bimbingan-Nya.
Allah SWT-lah yang menciptakan mereka dan DIa pula yang menjamin kehidupan
mereka dan melindungi mereka. Bahkan DIa juga melindungi makhluk yang paling
kecil urusannya seperti burung di langit dan kumbang-kumbang di kebun.
Nabi Isa memberitahu
kaumnya bahwa hanya memperhatikan dunIa adalah hal yang salah, yang tidak
pantas dilakukan oleh orang-orang yang beragama. Itu adalah sikap para
penyembah berhala karena penyembah berhala tidak mengetahui apa yang lebih baik
darinya, sedangkan orang-orang yang beragama mengetahui bahwa di sana terdapat
bimbingan Ilahi yang mengajak mereka untuk percaya kepada Allah SWT dan tidak
begitu peduli dengan dunIa. Allah SWT mengetahui kebutuhan-kebutuhan mereka
lebih daripada apa yang mereka ketahui; Allah SWT akan melindungi mereka dan
akan menjamin kehidupan mereka. Karena itu, yang layak bagi mereka adalah,
hendaklah mereka memohon agar diberi kekuasaan Allah SWT dan kebaikan dari-Nya.
Yakni kehidupan ruhani dan apa yang dikandungnya dari kebahagIaan abadi.
Di samping itu, Nabi Isa
menasehati mereka agar jangan terlalu pusing dengan kejadIan-kejadIan yang akan
datang dan persoalan-persoalan esok hari karena esok hari sudah berjalan
sebagaimana mestinya. Jika kebutuhan dan penderitaan datang silih berganti, maka
bantuan dan perlindungan Ilahi pun terus datang silih berganti. Dakwah Nabi Isa
juga berbenturan dengan dualisme yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat. Kita
saksikan sebagaimana mereka suka mendapatkan kebaikan yang ditujukan kepada
diri mereka, maka mereka pun bIasa untuk melakukan kejahatan kepada orang-orang
lain. DemikIanlah, kehidupan orang-orang Yahudi dicemari sikap dualisme ini.
Nabi Isa mewasIatkan kepada manusIa agar mereka memperlakukan sesama mereka
sesuai dengan akidah yang mengatakan: "Perlakukanlah
orang lain sebagaimana engkau memperlakukan dirimu sendiri"
Nabi Isa terus
melangsungkan dakwahnya dan mengajak manusIa untuk menyembah Allah SWT serta
tidak menyekutukan-Nya, sebagaimana belIau juga mengajak manusIa untuk
membersihkan dan menyudkan ruhani serta hati dan berasaha memasuki kerajaan
langit. Dakwah Nabi Isa itu sangat memukul kalangan para pendeta Yahudi.
Kalimat-kalimat yang dilontarkan Nabi Isa bagaikan senjata yang sIap menerpa
wajah mereka dan menyatakan peperangan terhadap mereka serta menyingkap kedok
kemunafikan mereka. Mula-mula pemerintahan Romawi tidak turut campur dalam
masalah tersebut karena mereka melihat bahwa itu hanya sekadar perselisihan
internal antara kelompok-kelompok Yahudi. Bagi mereka, selama orang-orang Yahudi
sibuk dengan masalah mereka sendiri dan tidak peduli dengan kekuasaan, mereka
pun tidak turut campur.
KemudIan para pendeta
Yahudi mulai merancang suatu persekongkolan untuk menyingkirkan Isa. Mereka
ingin mengusir Isa dan membuktikan bahwa Isa datang untuk menghancurkan syarIat
Musa. SyarIat Musa memutuskan untuk merajam wanita yang berzina. Para pendeta
Yahudi menghadirkan wanita yang salah yang berhak dirajam. Mereka berkumpul di
sekeliling Isa dan bertanya kepadanya: "Tidakkah
syarIat menetapkan untuk merajam wanita yang bersalah?"
Isa menjawab: "Benar,"
Mereka berkata: "Ini adalah wanita yang bersalah."
Isa memandang wanita itu dan Ia pun
melihat para pendeta Yahudi. Isa mengetahui bahwa para pendeta Yahudi lebih
banyak kesalahannya daripada wanita tersebut. Para pendeta itu menunggu jawaban
Isa. Jika Ia mengatakan bahwa wanita itu tidak berhak dibunuh, maka berarti Ia
menentang syarIat Musa, dan jika Ia mengatakan bahwa Ia berhak dibunuh, maka Ia
justru menghancurkan dirinya sendiri yang membawa syarIat cinta dan toleransi.
Nabi Isa memahami bahwa ini adalah persekongkolan. BelIau tersenyum dan
wajahnya tampak bercahaya. KemudIan belIau melihat para pendeta Yahudi dan
wanita itu sambil berkata: "BarangsIapa
di antara kalIan yang tidak memiliki kesalahan, maka hendaklah Ia merajam
wanita itu."
Suara belIau yang keras
itu memecahkan keheningan tempat penyembahan. BelIau menetapkan peraturan baru
yang berhubungan dengan hukum yang dijatuhkan kepada orang yang ber-buat salah.
Hendaklah orang yang tidak berbuat salah menghukum orang yang salah dan tidak
berhak seseorang pun dari kalangan manusIa untuk menghukum orang yang bersalah
jika Ia sendiri bersalah, tetapi yang menghukumnya adalah Allah SWT yang Maha
Suci dan Maha Tinggi dan Allah SWT adalah Maha Pengasih di antara yang
mengasihi.
Nabi Isa keluar dari
tempat penyembahan itu. Tiba-tiba, wanita itu mengejar dari belakangnya. Lalu
wanita itu mengeluarkan dari pakaIannya satu botol dari minyak yang berharga.
Ia berdiri di depan Isa dan menjatuhkan dirinya di atas kedua kaki Isa lalu
menciumnya dan membasuhnya dengan minyak wangi dan air mata. Setelah itu, Ia
mengeringkan kedua kakinya dengan rambutnya. Bagi wanita itu, al-Masih mempakan
harapan terakhir yang dapat menyelamatkannya. Lalu keluarlah dari belakang Isa
seorang tokoh pendeta Yahudi. Ia berdiri menyaksikan pemandangan tersebut dan
Ia merasa kagum terhadap kasih sayang Isa.
Isa melihat kepadanya dan bertanya; "Seorang kreditor yang memiliki dua
orang debitor, salah satunya berhutang lima ratus dinar dan yang lain lima
puluh dinar."
Pendeta itu berkata: "Ya."
Isa berkata: "Tak seorang pun dari mereka berdua yang merniliki uang yang cukup
untuk melunasi uangnya. Lalu si kreditor memaafkan mereka dan membebaskan
mereka dari hutang."
Pendeta berkata: "Ya."
KemudIan Isa bertanya: "SIapa di antara mereka yang paling
senang kepada kreditor itu?"
Pendeta menjawab: "Tentu yang berhutang lebih besar.''
Isa berkata: "Benar apa yang engkau ucapkan. Lihatlah wanita ini. Aku telah
masuk ke rumahmu tetapi engkau tidak memberikan kepadaku air agar aku dapat
membasuh wajahku, tetapi wanita itu membasuh kedua kakiku dengan air mata lalu
Ia mengusapnya dengan rambut kepalanya. Begitu juga engkau tidak memberikan
ciuman kepadaku tetapi wanita ini tidak merasa puas dengan hanya mencium kedua
kakiku. Jadi, hatimu sungguh sangat keras tetapi hati wanita itu dipenuhi
dengan rasa cinta. Maka barangsIapa yang banyak mencintai niscaya
kesalahan-kesalahannya akan dIampum."
KemudIan Isa menoleh ke wanita itu dan
memerintahkannya untuk bangkit dari tanah sambil berkata: "Ya Allah, ampunilah wanita ini dan hilangkanlah
kesalahan-kesalahannya."
Nabi Isa berusaha
menyadarkan para pendeta Yahudi bahwa para dai yang menyeru di jalan Allah SWT
bukanlah algojo-algojo yang bengis yang menerapkan hukum syarIat tanpa melihat
keadaan masyarakat yang bersalah, tetapi mereka datang dan membawa ajaran Allah
SWT yang merupakan ajaran yang penuh dengan rahmat kepada manusIa. Jadi, rahmat
adalah tujuan semua dakwah Ilahi ini. Bahkan diutusnya para nabi itu sendiri
mengandung rahmat Allah SWT terhadap kaum mereka.
Isa terus berdoa kepada
Allah SWT agar merahmati kaumnya. BelIau menyuruh kaumnya agar menyayangi diri
mereka sendiri dan beriman kepada Allah SWT. Kehidupan Nabi Isa menggambarkan
kezuhudan dan ketaatan dalam ibadah. Mu'tamar bin Sulaiman berkata, sebagaimana
diri wayatkan Ibnu 'Asakir: "Nabi Isa menemui kaumnya dengan memakai
pakIan dari wol. BelIau keluar dalam keadaan tidak beralas kaki sambil menangis
serta wajahnya tampak pucat karena kelaparan dan bibimya tampak kering karena
kehausan. Nabi Isa berkata, "salam
kepada kalIan wahai Bani Israil. Aku adalah seseorang yang meletakkan dunIa di
tempatnya sesuai dengan izin Allah SWT, tanpa bermaksud membanggakan diri.
Apakah kalIan mengetahui di mana rumahku?"
Mereka menjawab:
"Di mana rumahmu wahai
Ruhullah?"
Nabi Isa menjawab: "Rumahku adalah mesjid, wewangIanku adalah air makananku adalah
rasa lapar, pelitaku adalah bulan di waktu malam dan salatku di waktu musim
dingin di saat matahari terletak di timur, bungaku adalah tanaman-tanaman bumi,
pakaIanku terbuat dari wol, syIarku adalah takut kepada Tuhan Yang Maha MulIa,
teman-temanku adalah orang-orang yang fakir, orang-orang yang sakit, dan
orang-orang yang miskin. Aku memasuki waktu pagi dan aku tidak mendapati
sesuatu pun di rumahku begitu juga aku memasuki waktu sore dan aku tidak
menemukan sesuatu pun di rumahku. Aku adalah seseorang yang jiwanya bersih dan
tidak tercemar. Maka sIapakah yang lebih kaya daripada aku?"
Isa terus melakukan
dakwahnya. Ia didukung oleh mukjizat dari Allah SWT. Nabi Isa mampu membuat
bentuk burung dari tanah kemudIan Ia meniupnya, maka tanah itu menjadi burung
dengan izin Allah SWT. Selain itu, ujung bajunya yang sederhana jika tersentuh
orang yang sakit, maka orang itu akan sembuh. Bahkan jika Isa meletakkan
tangannya di atas mata orang yang buta atau orang yang terkena sakit belang
niscaya Ia akan sembuh. Jadi, Nabi Isa didukung oleh mukjizat yang luar bIasa.
Bahkan belIau mampu menghidupkan orang-orang yang mati dari kuburan mereka
sehingga mereka keluar dalam keadaan hidup dengan izin Allah SWT.
ara ahli tafsir
mengatakan bahwa Nabi Isa menghidupkan empat orang. Pertama, al-Azir yaitu
temannya. KemudIan dua orang anak laki-laki dari seorang tua, dan seorang anak
perempuan satu-satunya dari seorang ibu. Mereka adalah tiga orang yang mati di
zaman Nabi Isa. Ketika orang-orang Yahudi melihat hal tersebut, mereka berkata:
"Engkau menghidupkan orang-orang yang mati dan kematIan mereka tidak lama
.Barangkali mereka tidak mati tapi mereka sekadar mengalami keadaan tidak
sadarkan diri atau mati suri. Lalu mereka meminta kepada Nabi Isa untuk
membangkitkan Sam bin Nuh dari kematIannya.
Para ahli tafsir
mengatakan bahwa Nabi Isa bertanya kepada mereka, "Di manakah kaum kuburan
Sam bin Nuh?" Mereka keluar bersama Isa sehingga mereka mencapai kuburan.
Lalu Nabi Isa berdoa kepada Allah SWT agar menghidupkan orang yang mati di
situ. Sam bin Nuh keluar dari kuburannya, dan rambut dikepala-nya tampak
beruban. Isa berkata kepadanya: "Bagaimana
rambut di kepalamu bisa beruban, sementara di zamanmu kau tidai. ada
uban," Sam berkata: "Ya Ruhullah, aku mendengar engkau berdoa untukku
lalu aku mendengar suara yang mengatakan, aku akan mengabulkan wahai Ruhullah.
Aku mengira bahwa kIamat telah tiba. Karena takutnya kepada hal itu sehingga
rambut di kepalaku beruban."
Apa pun yang dikatakan
berkaitan dengan cerita itu yang menyebutkan tentang bagaimana Nabi Isa
menghidupkan orang-orang yang mati, namun
kita tidak mengetahui konteks Al-Qu'ran serta perincIan-perincIan yang
menjelaskan hal tersebut. Allah SWT
hanya menyebutkan bahwa Isa menghidupkan orang-orang yang mati dengan izin-Nya.
Kita percaya bahwa Nabi Isa mampu menghidupkan mereka tetapi kita tidak
mengetahui apakah mereka mati kembali setelah dihidupkan atau mereka sempat
menjalani kehidupan selama beberapa saat. Nabi Isa terus berjalan di jalan
Allah SWT. BelIau membuat bagi mereka apa yang disebut dengan hukum ruh. BelIau
menaiki gunung dan para sahabat-sahabatnya berdiri di sekitarnya. Nabi Isa
melihat orang-orang yang beriman kepadanya yang terdiri dari orang-orang yang
fakir, orang-orang yang menderita, dan orang- orang yang sedih. Jumlah mereka
sedikit sebagaimana lazimnya jumlah para pengikut nabi.
Gunung diliputi dengan
awan tipis dan turunlah hujan gerimis. Isa mulai berbicara: "Sungguh beruntung bagi orang-orang
miskin karena mereka memiliki kerajaan langit. Beruntunglah orang-orang yang
sedih karena mereka akan menjadi orang-orang yang mulIa. Beruntunglah yang
diserahi amanat karena mereka akan mewarisi bumi. Beruntunglah orang-orang yang
lapar dan haus karena mereka akan dikenyangkan. Beruntunglah orang-orang yang
menyayangi karena mereka akan disayangi. Beruntunglah orang-orang yang bersih
hatinya karena mereka akan melihat Allah SWT. Beruntunglah orang-orang yang
tertindas demi mempertahankan kebenaran karena mereka akan mendapatkan kerajaan
langit. KalIan adalah garam bumi jika garam telah rusak, maka sIapa gerangan
yang dapat mengembalikannya menjadi garam kembali." Renungkanlah kedalaman
ungkapan dari Nabi Isa, "kalIan adalah garam bumi."
Garam adalah sesuatu yang
memberikan rasa yang khusus dan tanpa garam makanan akan menjadi hambar. Yakni,
tanpa orang-orang mukmin, maka cita rasa kehidupan terasa tidak bermakna; tanpa
kehadiran orang-orang Muslim dan perbuatan mereka yang ikhlas terhadap Allah
SWT akan tampak kehidupan sangat berat dan tidak berarti. Di samping itu,
kehadiran manusIa sebagai khalifah Allah SWT di muka bumi pun sIa-sIa, dan
keagungan manusIa sebagai hamba Allah SWT pun tidak bermakna, dan pada
gilirannya kehidupan akan dipenuhi dengan kejahatan dan keburukan.
Allah SWT teIah mewahyukan kepada
"garam bumi" agar mereka beriman kepada Nabi Isa. Allah SWT
berfirman:
"Dan (ingatlah), ketika Aku ilhamkan kepada pengikut-pengikut Isa
yang setIa: 'Berimanlah kamu kepada-Ku dan kepada rasul-Ku.' Mereka menjawab:
'Kami telah beriman dan saksikanlah (wahai rasul) bahwa sesungguhnya kami
adalah orang-orang yang patuh (kepada seruanmu).'" (QS. al-Maidah: 111)
Al-Hawariyin mengakui
kebenaran ajaran Nabi Isa dan mereka menyatakan keislaman kepadanya,
sebagaimana ratu Saba' mengakui kebenaran ajaran Nabi Sulaiman dan menyatakan
keislaman padanya, dan sebagaimana semua para nabi menyatakan keislaman. Hakikat
ajaran para nabi terbatas kepada pernyataan keislaman dan semua nabi menyeru
kepada jalan tauhid dan jalan Islam. Islam dalam pandangan kami memiliki makna
yang lebih dalam daripada tauhid. Pengakuan seseorang terhadap Allah SWT dan
keimanan akan keesaan-Nya dalam menciptakan makhluk tidak mencegah orang itu
untuk berbuat dosa, sedangkan keislaman atau penyerahan hati dan anggota badan
serta pemikiran kepada Allah SWT merupakan suatu tingkatan sedikit lebih
tinggi. Ini adalah tingkat kepatuhan orang-orang yang patuh dan puncak
ketauhidan orang-orang yang bertauhid. Itu adalah keserasIan antara tindakan
dengan pikiran, yaitu usaha manusIa untuk menghindari kesalahan dan memurnikan
amal hanya untuk Allah SWT. Al-Qur'an al-Karim memberitahu kita bahwa Allah SWT
menyampaikan wahyu kepada al-Hawariyin agar mereka beriman kepadanya dan kepada
Rasul-Nya Isa.
Marilah kita renungkanlah
sejenak tentang wahyu Allah SWT terhadap Hawariyin. Kita mengetahui bahwa Allah
SWT mewahyukan kepada manusIa dan kepada makhluk-makhluk lainnya. Allah SWT
berfirman:
"Dan
(ingatlah) ketika Tuhanmu mewahyukan kepada lebah..." (QS. an-Nahl: 68)
Yang dimaksud dengan wahyu di sini adalah
memberikan ilham kepada makhluk agar mereka menuju ke jalan fitrahnya yang
telah Allah SWT gariskan di atasnya sehingga mereka mencapai jalan
kesempurnaan. Tidakkah Anda ingat tentang jawaban Nabi Musa terhadap pertanyaan
Fira'un:
"Fir'aun
berkata: 'SIapakah Tuhan kamu berdua wahai Musa. " (QS. Thaha: 49)
"Musa
berkata: 'Tuhan kami Ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tIap-tIap
sesuatu bentuk kejadIannya kemudIan memberinsa petunjuk. " (QS. Thaha: 50)
Makna di sana dan di sini
sama. Makna yang sama tersebut diterapkan kepada kaum Hawariyin di mana wahyu
Allah SWT terhadap mereka berupa pemberIan ilham kepada mereka demi kebaikan
mereka dan kebahagIaan mereka, dan wahyu ini tidak bertentangan dengan ikhtIar
mereka dan usaha mereka serta keinginan mereka, bahkan tidak bertentangan
dengan kebebasan mereka. Allah SWT telah melihat hati mereka yang dipenuhi
dengan kebaikan. DIa melihat mereka sebagai garam bumi, maka Allah SWT
mewahyukan kepada mereka agar beriman kepadanya dan rasul-Nya sehingga mereka
pun beriman dan mereka pun bersaksi bahwa mereka orang-orang yang berserah diri
atau Muslim.
Tampaknya kaum Hawariyin
menyembunyikan keimanan mereka sehingga Isa merasakan kekufuran kaumnya semakin
menjadi-jadi lalu Isa memanggil mereka: "SIapakah di antara kalIan yang
menolong aku menuju jalan Allah SWT?" Allah SWT berfirman:
"Maka
tatkala Isa mengetahui keingkaran dari mereka (Bani Israil) berkatalah dIa:
'SIapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk menegakkan (agama)
Allah?' Para Hawariyin (sahabat-sahabat setIa) menjawab: 'Kamilah
penolong-penolong (agama) Allah. Kami beriman kepada Allah; dan sahsikanlah
bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang menyerahkan diri. Ya Tuhan
kami, kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan telah kami
ikuti rasul, karena itu masukkanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang
menjadi saksi.'" (QS.
Ali 'Imran: 52-53)
Nas Al-Quran menunjukkan
bahwa Nabi Isa mengajak mereka untuk mengikuti Islam sehingga mereka pun
berserah diri; nas Al-Quran menegaskan bahwa Nabi Isa menyampaikan kabar
gembira dengan kedatangan seorang rasul yang datang setelahnya yang bernama
Ahmad. Dikatakan dalam Al-Qur'an:
"Dan
(ingatlah) ketika Isa putra Maryam berkata: 'Hai Bani Israil, sesungguhnya aku
adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab yang turun sebelumku, yaitu
Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang rasul yang akan
datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).' Maka tatkala rasul itu datang
kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: 'Ini
adalah sihir yang nyata.'" (QS. Shaff: 6)
Kita tidak mengetahui
secara pasti kapan Nabi Isa menyampaikan kabar berita tentang kedatangan
seorang rasul ini yang datang setelah masanya, yaitu Ahmad saw. Apakah kabar
berita itu belIau sampaikan dipermulaan pengutusannya kepada manusIa, atau
apakah belIau menyampaikan kabar itu pada akhir masa dakwahnya dan sebelum
belIau dIangkat ke langit? Tetapi melihat konteks Al-Qur'an tampaknya kabar
berita tersebut itu disampaikan di permulaan dakwahnya, sebagaimana firman-Nya:
"Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti
yang nyata, mereka berkata: 'lni adalah sihir yang nyata.'"
Kata ganti (dhamir) dalam
ayat tersebut kembali kepada Nabi Isa. Ayat tersebut menunjukkan bahwa Nabi Isa
menyampaikan kabar gembira dengan datangnya Muhammad atau Ahmad ketika Allah
SWT mengutus kepada kaumnya. KemudIan terjadilah di hadapan Nabi Isa berbagai
macam mukjizat yang luar bIasa seperti penghidupan orang yang mati, peniupan
tanah, dan sebagainya. Ketika Nabi Isa datang membawa bukti-bukti yang jelas
ini, maka mereka menuduhnya bahwa Ia membawa sihir. Nabi Isa mengetahui bahwa
tuduhan semacam ini telah dIalamatkan kepada sebagIan besar para nabi
sebelumnya. BelIau juga mengetahui bahwa nabi yang terakhir pun akan
mendapatkan tuduhan yang sama. Oleh karena itu, nabi yang mulIa itu tetap
berdakwah di jalan Allah SWT dan tidak peduli dengan tuduhan kaumnya yang
mengatakan bahwa belIau membawa sihir.
KemudIan pertentangan
antara Nabi Isa dan Bani Israil semakin meningkat. Mereka adalah orang-orang
yang hatinya keras, yang membeku di hadapan kebenaran. Isa datang kepada mereka
dan menghancurkan segala pemikiran mereka dan kehidupan mereka serta sistem
mereka. Sesungguhnya dakwah Nabi Isa terfokus kepada kebenaran, kedamaIan dan
keadilan dan pada saat yang sama mengumumkan peperangan terhadap kehidupan
orang-orang yang lalim yang telah menjauhi kebenaran. keadilan, dan kedamaIan.
Injil Mata menyebutkan melalui lisan Isa: "Jangalah
kalIan mengira bahwa aku membawa kedamaIan ke muka bumi. Aku tidak datang hanya
membawa kedamaIan tetapi aku datang membawa pedang."
Kalimat tersebut
menyiratkan hakikat yang penting dari hakikat dakwah para nabi. Para nabi
adalah pejuang sejati di mana senjata yang mereka gunakan di medan peperangan
beraneka ragam. tetapi mereka pada hakikatnya adalah pejuang. Mereka memulai
peperangan mereka dengan satu pemikiran yaitu suatu tekad mengatakan bahwa
tIada Tuhan selain Allah SWT. Pemikiran itu tentu berbenturan dengan
kepercayaan akan tuhan-tuhan yang diyakini oleh manusIa, baik tuhan-tuhan yang
terbuat dari emas atau batu. Pemikiran itu sangat mengganggu ketenangan
orang-orang yang lalim atau penguasa yang bengis serta sangat melawan
kepentingan mereka, sehingga para raja dan para penguasa seperti bIasanya
bergerak menentang nabi kecuali orang yang mendapatkan petunjuk dari Allah SWT.
Para pembesar dari kalangan kaum nabi menentang nabi. Al-Mala' adalah para
pembesar sebagaimana telah kami jelaskan dalam kisah Nabi Nuh dan sesudahnya.
KemudIan Nabi terus melangsungkan peperangan mewujudkan tekadnya: Nabi
meletakkan dasar peperangannya dengan menyampaikan ketuhanan Allah SWT.
Setelah meneguhkan dasar
yang kuat ini, Nabi menetapkan keadilan. Tak seorang pun berhak untuk
menghinakan seseorang atau menjadikannya sebagai budak karena penghambaan hanya
pantas ditujukan kepada Allah SWT. ManusIa adalah sama di antara mereka
sehingga tidak berhak seseorang untuk memanfaatkan kekuatan manusIa untuk
membangun kejayaan pribadinya atau unruk memperkaya dirinya dengan merugikan
orang lain, atau menghancurkan hak-hak mereka atau berbuat buruk terhadap
mereka dalam berbagai bentuknya. Jadi, inti dakwah para nabi berarti mengganti
dan mengubah sistem yang rusak yang didirikan oleh para pembesar kaumnya. Kalau
begitu, Ia adalah dakwah yang menyatakan peperangan dan karena itu seseorang
nabi harus membava senjata. Setelah meneguhkan pemikiran tersebut, dimulailah
peperangan. Seorang nabi menggunakan pedang. Ia berlindung di balik senjata dan
senjata yang dimiliki oleh setIap nabi berbeda-beda.
Mula-mula seorang nabi
tidak menggunakan senjata apa pun dalam peperangannya selain berusaha untuk
membangkitkan akal. Lalu peperangan semakin meningkat sehingga nabi terpaksa
untuk menggunakan senjata. Para musuh memaksanya untuk menggunakan senjata
sehingga para nabi pun menggunakan senjata. Di sini setIap nabi mempunyai
senjata yang berbeda-beda. Terkadang senjata seorang nabi berupa mukjizat yang
dapat menghentikan langkah dan menghancurkan mereka seperti taufan (kisah Nabi
Nuh) atau angin (kisah Nabi Hud), dan terkadang senjata para nabi adalah
mukjizat yang membantunya untuk mengalahkan musuh-musuhnya secara pasti seperti
ditundukkannya jin dan burung baginya (kisah Nabi Sulaiman) dan senjata nabi
berupa mukjizat yang menyelamatkannya dari tipu daya musuh seperti berubahnya
api menjadi sesuatu yang dingin dan membawa keselamatan (kisah Nabi Ibrahim)
dan terkadang senjata nabi yang luar bIasa yang memperkuat dakwahnya seperti
menghidupkan orang-orang yang mati (kisah Nabi Isa) dan terkadang senjata nabi
berupa pedang yang dipegang di tangannya saat Ia melangsungkan peperangan dan
mempertahankan dakwahnya (kisah Nabi Muhammad saw).
Jadi, senjata para nabi
berbeda-beda, baik dalam bentuk kualitas maupun kapasitasnya. Allah SWT
mengetahui kondisi mereka lebih dari apa yang kita ketahui sehingga Allah SWT
sangat tepat ketika memilihkan senjata untuk setIap nabi. Dan tak seorang nabi
pun yang tinggal di suatu tempat sementara Ia tidak berjuang dan tidak bergerak
dan tidak mengalami penderitaan dari kaumnya. Oleh karena itu, sesuai dengan
kadar kesabaran para nabi dan perjuangan mereka dalam menyampaikan dakwah di
jalan Allah SWT, mereka layak untuk mendapatkan tempat yang istimewa di sisi
Allah SWT.
Isa bin Maryam telah
menyampaikan bahwa belIau adalah seorang pejuang yang membawa senjata.
Kata-katanya sendiri berusaha menghancurkan masyarakat yang keras, masyarakat
yang bodoh. Masyarakat di zaman Nabi Isa berdiri di atas kesalahan, kesyirikan,
kebohongan, kemunafikan, meterIalisme, pamrih, kelaliman dan tidak ada
kebebasan. Maka melalui kalimat-kalimatnya, Nabi Isa menghancurkan semua ini.
Nabi Isa memberitahu kaumnya bahwa dakwahnya di jalan Allah SWT bukan terfokus
pada dakwah kedamaIan tetapi dalam hal-hal tertentu dakwahnya pun berisi
pernyataan perang. Sesuatu menjadi tidak bernilai ketika tidak berusaha
dipertahankan oleh yang bersangkutan sampai tetes darah penghabisan. Timbulnya
pemikiran-pemikiran, nilai-nilai dan prinsip-prinsip tidak hanya bersandar
kepada idealismenya tetapi nilainya justru bersandar kepada usaha keras yang
dikerahkan oleh para pembawanya dalam rangka mempertahankannya. Tanpa
peperangan dan mengangkat senjata dakwah para nabi akan menjadi
pemikiran-pemikiran yang sekadar idealisme yang tidak akan menghentikan
seseorang pun dan tidak akan membangkitkan seseorang pun.
Kita mengetahui bahwa
sebagIan besar nabi berhadapan dengan kelompok besar dari masyarakat yang
menentangnya dan berusaha memeranginya. Mula-mula mereka mengejeknya dan pada
akhirnya mereka berusaha untuk membunuhnya. Kita mengetahui bahwa para nabi
berusaha mati-matIan untuk memperjuangkan kebenaran yang dibawanya. Melalui
kisah para nabi, kita mengetahui bahwa bagaimana serangan masyarakat, para
pembesar, dan para penguasa terhadap para nabi tetapi pada saat yang sama kita
seakan-akan tidak melihat bagaimana serangan para nabi terhadap mereka.
Penjelasan dari hal itu sangat mudah. Peperangan yang dibangkitkan oleh
kebatilan atas para nabi didukung oleh alat-alat yang canggih dan sangat kuat
di mana mereka memiliki berbagai macam sarana untuk menjatuhkan para nabi, sedangkan
para nabi hanya menyandarkan kekuatan dari yang Maha Benar, yaitu Allah SWT;
kekuatan yang tidak berdasarkan pada sebab-sebab tertentu atau tidak peduli
dengan tuduhan-tuduhan atau kegaduhan.
Para nabi hanya terus
melangsungkan dakwahnya yang berdasarkan kepada usaha membangkitkan akal dan
hati serta menvucikan ruh. Keteguhan sikap para nabi ini bagi musuh-musuh
mereka merupakan problem yang besar. Dakwah nabi juga menjamah suatu keluarga
di mana seorang ayah dapat beriman sementara seorang anak dapat menentang atau
seorang anak dapat beriman sementara si ayah dapat menentang atau seorang istri
beriman atau seorang suami kafir atau seorang suami beriman sementara si istri
kafir. Perbedaan anak laki-laki dengan ayahnya dan seorang istri dengan suaminya
menimbulkan permusuhan di dalam rumah-rumah. Dengan terjadinya hal ini,
masyarakat bergerak untuk menentang nabi dan semakin meningkatkan
tekanan-tekanan mereka kepadanya sehingga permusuhan dan kebencIan mereka
kepada nabi semakin meruncing. Mereka pun berusaha untuk melawan nabi itu yang
bagi mereka telah memisahkan antara ayah dan anaknya atau Ia datang untuk
memisahkan seorang anak perempuan dari ibunya.
KemudIan seorang nabi
meletakkan suatu undang-undang bagi orang yang mengikutinya, yaitu undang-undang
pokok yang membatalkan undang-undang yang tidak sesuai dengannya. Undang-undang
ini tampak dalam kalimat nabi: "pertama-tama cinta kepada Allah dan
kemudIan cinta kepada nabi dan setelah itu cinta kepada sesama manusIa."
Makna-makna yang demikIan ini tercermin secara jelas dari kalimat-kalimat Isa
yang disampaikan oleh Injil Mata pada pasal ke-10.
Al-Masih berkata: "Janganlah engkau
mengira bahwa aku datang membawa kedamaIan di bumi, aku datang bukan hanya
membawa kedamaIan tetapi pedang. Aku datang untuk menjadikan seorang anak
berbeda dengan ayahnya dan seorang anak perempuan berbeda dengan ibunya
sehingga musuh seseorang justru terdapat pada keluarganya. Maka barangsIapa
yang mencintai ibunya dan ayahnya lebih dari kecintaannya kepadaku, maka Ia tidak
berhak mencintaiku, dan barangsIapa yang mencintai anak laki-lakinya dan
perempuannya lebih dariku, maka Ia tidak berhak mengikutiku. Meskipun
kehidupannya tampak beruntung sebenarnya Ia telah rugi, dan barangsIapa yang
kehidupannya merugi karena aku, maka sebenarnya Ia telah beruntung."
Penjelas Injil mengatakan: "Pemikiran
orang-orang Yahudi tentang al-Masih adalah, ketika al-Masih datang, maka semua
pengikutnya akan merampas kekayaan dan kejayaan di dunIa ini lalu Ia hanya
memberi mereka ketenangan dan kedamaIan. Ketika al-Masih datang, Ia menjelaskan
kepada para muridnya bahwa hal tersebut tidak benar, karena jika Ia datang
untuk memberikan kedamaIan kepada para pengikutnya, maka mereka akan terancam
kelaliman dan mereka akan mati karena tajamnya pedang. Maka hendaklah mereka
tidak mengharapkan kedamaIan tetapi peperangan; hendaklah mereka tidak
mengharapkan keserasIan tetapi perpecahan." DemikIanlah masyarakat Yahudi
terbagi menjadi dua kelompok: kelompok orang-orang yang fakir, orang-orang yang
lemah dan orang-orang yang bersih hatinya bersama Isa, sedangkan kelompok
mayoritas menentang Isa. Bahkan kelompok mayoritas kafir itu sering menyakiti
Isa.
Injil Mata menceritakan
penderitaan al-Masih pada pasal ke-11. Ia menceritakan bagaimana kemarahan
al-Masih terhadap orang-orang yang tidak mengabdi kepada Yuhana (Yahya) dengan
baik atau mengabdi kepadanya secara pribadi dengan baik. Injil Mata menguntip
pernyataan Isa sebagai berikut: "Dengan apa aku menyerupakan generasi ini,
Sesungguhnya mereka menyerupai anak-anak kecil yang duduk di pasar yang
berterIak-terIak memanggil teman-teman mereka sambil berkata: "Kami telah
meniup seruling tetapi kalIan tidak menari. Kami mengasihi kalIan tetapi kalIan
tidak menangis." Yuhana telah datang dan tidak makan dan minum tetapi
mereka mengatakan, sesungguhnya Ia terkena setan. lalu datanglah seorang anak
manusIa yang makan dan minurn lalu mereka mengatakan, Ia adalah seorang yang
ahli makan dan ahli minum khamer."
Dokumen itu menunjukkan
penderitaan al-Masih dan menyingkap peperangan yang akan dihadapinya.
Penderitaan yang dIalami oleh hati suci al-Masih adalah sebagai tindakan
generasi tersebut di mana belIau diutus di dalamnya sebagai orang yang memberi
petunjuk dan menyampaikan berita gembira tentang kerajaan langit. BelIau
menyerupakan generasi Yahudi itu dengan anak-anak kecil yang duduk-duduk di
pasar sambil berterIak-terIak memanggil teman-teman mereka sambil berkata:
"kami telah meniup seruling tetapi kalIan tidak menari. Kami berbelas
kasih kepada kalIan tetapi kalIan tidak menangis." Al-Masih mengisyaratkan
dengan pernyataan itu tentang apa yang diperbuat anak-anak kecil saat mereka
bermain-main, di mana bIasanya mereka meniru orang-orang yang besar saat mereka
bergembira dengan menari-nari dan saat mereka sedih mereka menangis.
DemikIanlah mereka sangat cepat berubah antara bergembira dan sedih tanpa
melalui pertimbangan dan kesadaran. DemikIanlah keadaaan orang-orang Yahudi
saat mereka mengabdi kepada Yahya, kemudIan saat mereka mengabdi kepada
al-Masih. Yahya telah datang kepada mereka dalam keadaan menangis, tidak makan
dan tidak minum dari apa yang mereka makan dan yang mereka minum. Ia tidak
bergaul dengan sembarangan manusIa. Telah datang kepada mereka seorang nabi
yang ahli ibadah tetapi kebanyakan mereka menolaknya dan mereka mengatakan
bahwa Ia terkena setan. KemudIan datang kepada mereka al-Masih di mana Ia makan
dan minum bersama pada acara walimah dan hari raya lalu mereka pun menolaknya
dan mengatakan bahwa Ia suka makan dan minum khamer padahal belIau adalah
cermin terbesar dalam menghilangkan syahwat dan kesucIan yang sempurna.
Alhasil, generasi itu
adalah generasi yang main-main Iayaknya anak kecil. Tidak ada sesuatu pun yang
dapat mempengaruhi mereka dan mereka tidak mau bertaubat. Meskipun demikIan, di
sana terdapat kelompok kecil dari manusIa yang terpengaruh dan bertaubat.
Dokumen tersebut menunjukkan betapa beratnya penderitaan Isa di tengah-tengah
generasi yang sezaman dengannya. Isa mengalami banyak penderitaan dalam
menyampaikan dakwahnya. Isa banyak menderita di tengah-tengah kaum yang pikiran
mereka belum matang. Mereka tak ubahnya seperti anak-anak kecil yang suka
bermain-main. Kaum yang tak tergugah oleh kalimat-kalimat yang baik dan mereka
tidak bergerak atau tersentuh ketika menyaksikan mukjizat-mukjizat yang luar
bIasa.
Allah SWT kembali
memperkuat Isa dengan mukjizat-mukjizat yang mengagumkan. Mukjizat di sini
adalah senjata yang diberikan Allah SWT kepada nabi-Nya agar nabi tersebut
menjadi tentaram dan agar menambah keyakinan orang-orang yang beriman
kepadanya, sedangkan bagi orang-orang kafir mukjizat tersebut justru menambah
kekufuran mereka sehingga Allah SWT memberikan pembalasan yang setimpal kepada
kedua kelompok tersebut. Mukjizat yang Allah SWT berikan kepada Isa bin Maryam yang
lain adalah, Allah SWT mengabulkan doa Hawariyin dengan menurunkan makanan dari
langit. Allah SWT berfirman:
"(Ingatlah), ketika pengikut-pengikut Isa
berkata: 'Hai Isa putra Maryam, bersedIakah Tuhanmu menurunkan hidangan dari
langit kepada kami?' Isa menjawab: 'Bertakwalah kepada Allah jika betul-betul
kamu orang yang beriman.' Mereka berkata: 'Kami ingin memakan hidangan itu dan
supaya tentaram hati kami dan supaya kami yakin bahwa kamu telah berkata benar
kepada kami, dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu.' Isa
putra Maryam berdoa: 'Ya Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada hami suatu
hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami
yaitu bagi orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan
menjadi tanda bagi kekuasaan-Mu: beri rezekilah kami dan Engkaulah Pemberi
rezeki Yang Paling Utama.' Allah berfirman: 'Sesungguhnya Aku akan menurunkan
hidangan itu kepadamu, barangsIapa yang kafir di antaramu sesudah (turun
hidangan) itu, maka sesungguhnya Aku akan menyiksanya dengan siksaan yang tidak
pernah Aku timpakan kepada seorang pun di antara umat manusIa.'" (QS. al-Maidah: 112-115)
Barangkali kita
terheran-heran ketika memperhatikan perkataan Hawariyin, "wahai Isa bin
Maryam, apakah Tuhanmu mampu?" Mungkin pertama-tama yang terlintas dalam
pikiran kita berkenaan dalam ayat tersebut adalah, keraguan Hawariyin terhadap
kekuatan atau kekuasaan Allah SWT. Bagaimana hal itu mampu mereka laku-kan
sedangkan mereka adalah murid-murid Isa yang beriman dan berserah diri kepada
Allah SWT?
Berkaitan dengan tafsir
ayat tersebut, para ulama ahli tafsir berbeda pendapat. SebagIan ulama
mengatakan, bahwa pertanyaan mereka 'apakah Tuhanmu mampu?' Yakni, berarti
apakah Tuhanmu bisa? KemudIan mereka mencarikan alasan yang membenarkan
perkataan Hawariyin itu dengan mengatakan bahwa pertanyaan itu dilontarkan saat
mereka baru saja mengikuti Isa, sebelum mereka banyak mengetahui Allah SWT.
Oleh karena itu, Isa berkata dalam jawabannya terhadap pertanyaan mereka, bertakwalah
kepada Allah SWT jika kamu benar-benar orang mukmin. Yakni, janganlah kalIan
meragukan kekuasaan atau kekuatan Allah SWT. Qurthubi (Seorang Ahli Tafsir)
menampik tafsir ini. Hawariyin adalah para penolong Allah SWT, sesuai dengan
nas Al-Qur'an dan tentu tidak boleh bagi penolong Allah SWT untuk tidak
mengetahui kekuatan-Nya, apalagi meragukan kekuasaan-Nya. SebagIan ulama
mengatakan bahwa perkataan tersebut dikeluarkan orang-orang yang bersama
Hawariyin yang berasal dari Bani Israil dan tidak seorang pun dari Hawariyin
yang mengatakan demikIan kecuali mereka hanya sekedar menukil perkataan
tersebut. Ada pendapat lain lagi yang mengatakan bahwa ayat tersebut tidak
dibaca 'hal yastathi' rabbuka' tetapi dibaca 'hal tastathi' rabbaka'
sebagaimana bacaan Aisyah dan sebagaimana dibaca oleh Nabi. Maknanya,
"apakah engkau mampu menghadirkan kekuatan Tuhanmu terhadap apa yang
engkau minta." Ada pendapat yang lain mengatakan Ia dibaca 'hal tastathi'
rabbaka', yakni "apakah engkau mampu untuk berdoa kepada Tuhanmu atau
meminta-Nya."
SebagIan kaum sufi berpendapat bahwa kaum
Hawariyin bukan tidak mengetahui kekuasaan Allah SWT tetapi pertanyaan itu
justru bersumber dari cinta kepada Allah SWT dan keinginan menyaksikan
kekuasaan Allah SWT. Sikap mereka ini menyerupai dengan perbedaan tingkatan
sikap Nabi Ibrahim as ketika belIau mengatakan:
"Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana
Engkau menghidupkan orang-orang mati?' Allah berfirman: 'Apakah kamu belum
percaya?' Ibrahim menjawab: 'Saya telah percaya, tetapi agar bertambah mantap
hatiku.'" (QS.
al-Baqarah: 260)
Oleh karena itu, kaum
Hawariyin berkata: "Dan hati kami
menjadi mantap," sebagaimana Nabi Ibrahim berkata: "Agar bertambah mantap hatiku."
Inilah tafsir yang membuat kita puas dan membuat hati kita tenang. Nabi Isa
menjawab pertanyaan mereka: 'Bertakwalah kepada Allah jika betul-betul kamu
orang yang beriman.' Yakni, hati-hatilah kalIan dengan banyak bertanya dan
menguji Allah SWT karena kalIan tidak mengetahui apa yang boleh kalIan minta
untuk didatangkan bukti-bukti kekuasaan Allah SWT. Perkataan Nabi Isa, jika
kalIan benar-benar beriman terfokus kepada apa yang dibawanya yang berupa
mukjizat-mukjizat atau tanda-tanda kebesaran Allah SWT. Nabi Isa bermaksud
untuk mengatakan, “sesungguhnya apa yang
telah aku bawa dari mukjizat-mukjizat bagi kalIan seharusnya sudah cukup
membuat hati kalIan mantap."
Mereka berkata: “Kami ingin memakan hidangan itu dan supaya tentaram hati kami dan
supaya kami yakin bahwa kamu telah berkata benar kepada kami, dan kami menjadi
orang-orang yang menyaksikan hidangan itu.'"
Kaum Hawariyin
menjelaskan kepada Isa sebab pertanyaan mereka ketika belIau melarangnya. Jika
Nabi Isa keluar, maka belIau diikuti lima ribu orang atau lebih. SebagIan
mereka dari kalangan Hawariyin dan sebagIan yang lain campuran di antara
pengikutnya dan musuhnya. Dikatakan bahwa mereka berpuasa dan mereka tidak
mempunyai makanan, lalu para pengikut berkata kepada kaum Hawariyin,
"Tanyalah kepada Isa apakah Ia mampu berdoa kepada Tuhannya sehingga diturunkan
kepada kita makanan dari langit." KemudIan kaum Hawariyin pergi dengan
membawa surat kaum itu kepada Isa. Ketika Isa meminta mereka untuk merasa cukup
dengan mukjizat-mukjizat sebelumnya, mereka kembali melontarkan kebenaran
permintaan mereka: 'Kami ingin memakan hidangan itu. Mereka adalah orang-orang
yang lapar sementara mereka tidak mempunyai makanan. Dan supaya tentaram hati
kami.
Hati kaum Hawariyin
menjadi tenang seperti tenangnya hati Ibrahim. Dan para pengikut pun merasa
hatinya tenang dan mengakui bahwa Isa adalah Nabi yang diutus untuk mereka. Dan
hati musuh juga menjadi tenang karena mereka menyaksikan kebatilan mereka
sehingga pilihan mereka untuk tidak mengikuti Isa berakibat pada suatu saat
mereka akan dimintai pertanggung jawaban.
"Dan supaya kami yakin bahwa kamu
telah berkata benar kepada kami. Yakni kami mengetahui bahwa engkau utusan
Allah. Dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu. Yakni, kami
menyaksikan keesaan Allah dan risalah dan kenabIanmu. Dan bagi orang lain yang tidak
menyahsikannya, maka kami akan menceritakan kepada mereka peristiwa yang
terjadi."
Isa putra Maryam berdoa:
'Ya Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit
(yang hari turimnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu bagi orang-orang
yang bersama kavii dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi
kekuasaan-Mu: beri rezekilah kami dan Engkaulah Pembeti rezeki Yang Paling
Utama.'
Ketika kaum Hawariyin bertanya kepada Isa
bin Maram agar diturunkan makanan dari langit, maka Nabi Isa berdiri dan
meletakkan pakaIan dari kulit wol kemudIan belIau melangkahkan kakinya dan
meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya, lalu belIau menundukkan
kepalanya dalam keadaan khusuk dan tunduk kepada Allab SWT. KemudIan belIau membuka
matanya dan menangis sehingga air matanya membasahi jenggotnya bahkan mencapai
dadanya dan berkata: 'Ya Tuhan kami, turunhanlah kiranya kepada kami suatu
hidangan dari langit... Allah berfirman: 'Sesungguhnya Aku akan menurunkan
hidangan itu kepadamu.
Lalu turunlah makanan
besar dari celah dua awan: satu awan di atasnya satu awan di bawahnya. Saat itu
manusIa melihatnya. Nabi Isa berkata, "Ya Allah jadikanlah makanan ini
sebagai rahmat dan jangan menjadi fitnah." Lalu turunlah di depan Nabi Isa
sapu tangan yang menutupinya kemudIan Nabi Isa tersungkur dalam keadaan sujud
yang diikuti oleh kaum Hawariyin. Mereka mendapati suatu bau yang harum yang
belum pernah mereka temukan sebelumnya.
Nabi Isa berkata, "SIapakah di antara kalIan yang paling ikhlas dan paling percaya
kepada Allah SWT agar Ia membuka makanan itu sehingga kita bisa makan darinya
serta berzikir kepada Allah SWT atasnya serta bersyukur kepadanya."
Kaum Hawariyin berkata: "Wahai Ruhullah sesungguhnya engkau
lebih berhak daripada kami dalam hal itu.",
maka Nabi Isa berdiri lalu belIau
mengambil wudhu dan salat. KemudIan belIau banyak berdoa sambil duduk di sisi
makanan itu dan membukanya. Tiba-tiba di atas makanan itu terdapat ikan yang
lezat yang tidak ada durinya. Nabi Isa ditanya: "Wahai Ruhullah, apakah ini makanan dari dunIa atau dari
surga?" Nabi Isa menjawab: "Bukankah
Tuhan kalIan melarang kalIan untuk bertanya pertanyaan semacam ini. Ia turun
dari langit dan tidak ada makanan sepertinya di dunIa dan Ia bukan berasal dari
surga tetapi Ia adalah sesuatu yang Allah SWT ciptakan dengan kekuasaan yang
luar bIasa di mana DIa cukup mengatakan "jadilah, maka jadilah."
Para mufasir berbeda
pendapat sekitar bentuk makanan yang diturunkan kepada Isa, apakah itu ikan
atau daging? Apakah roti atau buah-buahan? Kami memandang bahwa
pembahasan-pembahasan ini kurang penting. Sesuatu yang paling penting yang
perlu kita perhatikan adalah apa yang dikatakan oleh Nabi Isa, Sesungguhnya Ia
diciptakan oleh Allah SWT dengan kekuasaan yang mengagumkan di mana DIa cukup
mengatakan "Jadilah, maka jadilah Ia."
Inilah hakikat makanan
tersebut. Ia merupakan tanda-tanda kebesaran Allah SWT yaitu suatu tanda yang
Allah SWT mengancam bagi sIapa yang menentangnya DIa akan menyiksanya dengan
azab yang belum pernah diterima oleh seseorang pun di dunIa. Para ulama berbeda
pendapat apakah makanan tersebut memang diturunkan atau tidak, tetapi menurut
pendapat mayoritas dan ini yang benar makanan tersebut memang diturunkan,
sesuai dengan firman Allah SWT: "Aku akan menurunkan hidangan itu bagimu.
"
Dikatakan bahwa ribuan
pengikut Nabi Isa memakannya dan makanan tersebut tidak habis. SetIap orang
yang buta Ia sembuh dari butanya dan setIap orang yang belang Ia sembuh dari
belangnya akibat memakan hidangan itu. Alhasil, setelah menyantap makananitu,
orang yang sakit sembuh dari penyakitnya. Maka hari turunnya makan itu
dijadikan hari raya dari hari raya-hari raya kaum Hawariyin dan para pengikut
Nabi Isa. KemudIan berita dan peristiwa turunnya makanan itu mulai hilang dan
mulai dilupakan sehingga kita tidak menemukan beritanya hari ini di Injil-Injil
yang mereka akui. Setelah peristiwa makanan yang Allah SWT ceritakan dalam
surah al-Maidah, Allah SWT menunjukkan kepada kita sikap lain dari Nabi Isa bin
Maryam. Allah SWT berkata setelah menceritakan kepada kita tentang turunnya
mukjizat makanan dari langit:
"Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: 'Hai
Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusIa: 'Jadikanlah aku dan
ibuku dua orang tuhan selain Allah!' Isa menjawab: 'Maha Suci Engkau, tidaklah
patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah
mengatakannya, maka tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa
yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya
Engkau Maha Mengetahui perkara yang gaib. Aku tidak pernah mengatakan kepada
rnereka kecuali apa yang Engkau tiepadaku (mengatakan)nya yaitu: 'Sembahlah
Allah, Tuhanku, dan Tuhanmu,' dan aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku
berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkaulah yang
mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu. Jika
Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu, dan
jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana.' Allah berfirman: 'lni adalah suatu hari yang bermanfaat
bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka. Bagi mereka surga yang di
bawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-selamanya;
Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha terhadap-Nya. Itulah
keberuntungan yang paling besar.' Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi
dan apa yang ada di dalamnya; dan DIa Maha Kuasa atas segala sesuatu. "
(QS. al-Maidah: 116-120)
Dengan ayat-ayat
tersebut, Al-Qur'an menutup surah al-Maidah. DemikIanlah konteks Al-Qur'an
berpindah secara mengejutkan dari turannya makanan kepada sikap atau dIalog
antara Allah SWT dan Isa bin Maryam pada hari kIamat. Allah SWT bertanya pada
hari kIamat: 'Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusIa:
'Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?'
Para ahli tafsir sepakat
bahwa pertanyaan tersebut bukan bersifat pertanyaan mumi meskipun tampak dalam
bentuk pertanyaan karena Allah SWT mengetahui apa yang dikatakan oleh Isa.
Tentu yang dimaksud dengan pertanyaan itu adalah sesuatu yang lain. Ada yang
mengatakan bahwa Allah SWT bermaksud memberitahu Isa bahwa kaumnya telah
mengubah ajarannya sepeninggalnya. Dan mereka telah mendapatkan fitnah. Ada
lagi yang mengatakan bahwa Allah SWT bermaksud dari pertanyaan itu untuk
mencela orang-orang yang mengubah akidah Nabi Isa setelah belIau tidak ada.
Kami kira pertanyaan tersebut memuat dua makna dan mencakup makna yang lain.
Allah SWT ingin menyingkap
dan memberitahu manusIa dalam Kitab-Nya yang terakhir bahwa Nabi Isa terlepas
dari berbagai macam tuduhan, dan apa saja yang dilakukan kaumnya
sepeninggalnya. Konteks AI-Qur'an menunjukkan tentang peristiwa gaib yang belum
terjadi meskipun akan terjadi pada hari kIamat. Oleh karena itu, Al-Qur'an
menyampaikannya dalam bentuk fi'il madhi (kata kerja bentuk lampau). Al-Qur'an
menyampaikan berita gaib ini kepada penduduk dunIa agar mereka mengetahui
hakikat Isa bin Maryam.
Allah SWT bertanya
kepadanya dan Isa bin Maryam menjawab. Sebagai nabi besar, Isa tidak menjawab
kecuali setelah Ia mengatakan: 'Maha Suci Engkau ya Allah.' Sebelum menjawab,
Isa memulai dengan tasbih dan menyucikan Allah SWT. Nabi Isa menampakkan
kepatuhan dan ketundukan kepada kemulIaan Allah SWT dan rasa takut terhadap
azab-Nya. Qurthubi menyampaikan dalam tafsirnya:
"Ketika Allah SWT berkata kepada Isa,
apakah engkau berkata kepada manusIa jadikanlah aku dan ibuku tuhan selain
Allah, maka Isa tampak gemetar terhadap perkataan itu sehingga Ia mendengar
rintihan dari tulang-tulangnya di dalam jasadnya lalu Ia berkata: 'Maha Suci
Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya).
Tidak mungkin aku memutuskan sesuatu yang tidak aku miliki, yang diriku tidak
dapat melakukannya. Aku hanya seorang hamba, bukan seorang yang disembah: Jika
aku pernah mengatakannya maha tentulah Enghau telah mengetahuinya.
DemikIanlah Nabi Isa
menyampaikan jawabannya kepada Allah SWT dan Ia mengembalikan sesuatu kepada
Allah SWT. Dan Allah SWT Maha Mengetahui terhadap apa yang dikatakannya. Engkau
mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada
diri Engkau. Yakni, Engkau mengetahui apa yang aku sembunyikan sedangkan aku
tidak mengetahui apa yang engkau sembunyikan. Engkau mengetahui rahasIaku dan
apa yang terlintas dalam hatiku dan aku tidak mengetahui apa yang Engkau
sembunyikan dari ilmu gaib-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang
gaib. Hanya Engkau yang tahu terhadap hal-hal yang gaib. Hanya Engkau yang tahu
terhadap apa yang terjadi di tengah-tengah mereka setelah Engkau angkat aku
dari bumi: 'Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau
kepadaku (mengatakan)nya yaitu: 'Sembahlah
Allah, Tuhanku, dan Tuhanmu.'
DemikIanlah kalimat-kalimat yang
disampaikan oleh Isa bin Maryam. DIa hanya mengajak manusIa untuk hanya
menyembah Allah SWT dan tidak menyekutukan-Nya: Dan aku menjadi saksi terhadap
mereka, selama aku berada di antara mereka.
Sesungguhnya Engkau mengawasi mereka saat
aku tinggal di tengah-tengah mereka dan mengajak mereka ke jalan yang benar.
Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Al-Wafat
dalam Kitab Allah mempunyai tiga bentuk: Pertama, wafat dalam pengertIan
kematIan, sebagaimana firman Allah SWT:
"Allah memegang jiwa (orang) ketika
matinya." (QS.
az-Zumar: 42)
Yakni ketika tercabutnya ajal. Kedua,
bahwa wafat adalah tidur, sebagaimana firman Allah SWT:
"Dan DIalah yang menidurkan kamu di malam
hari. " (QS.
al-An'am: 60)
Yakni yang menidurkan kalIan. Ketiga,
wafat berarti pengangkatan, sebagaimana firman Allah SWT:
"Hai Isa, sesungguhnya Aku yang menyampaikan
kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku. " (QS. Ali 'Imran: 55)
DemikIanlah Isa terbebas
dari apa yang mereka katakan dan apa yang mereka nisbatkan kepadanya. Isa
mengumumkan bahwa dakwahnya tidak lebih dari sekadar ajakan untuk bertahuid dan
tidak keluar dari kerangka Islam yang dIakui oleh pengikutnya. KemudIan Isa
kembali menyampaikan pembicaraannya dan meminta belas kasihan kepada Allah SWT:
Jika Engkau rnenyiksa mereka, makasesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu.
Tidak seorang pun dari makhluk yang mempunyai kekuasaan di atas-Mu dan tidak
ada Pencipta selain-Mu. Maha Suci Engkau dan tIada sekutu bagi-Mu dalam
kerajaan dan kekuasaan. Pada akhirnya, mereka adalah hamba-Mu dan seorang hamba
tidak memiliki apa-apa di hadapan tuannya kecuali kepatuhan: Dan jika Engkau
mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.'
Isa tidak mengatakan jika Engkau
mengampuni mereka, maka Engkau Maha Pengampun dan Maha Pengasih. Jadi, jawaban
Isa terfokus pada penyerahan diri dan kepatuhan serta tunduk kepada kemulIaan
Allah SWT dan kebesaran-Nya. Para pengikut Nabi Isa adalah hamba-hamba Allah
SWT yang patuh. Jika Allah SWT berkehendak, maka DIa akan menyiksa mereka
sesuai dengan siksaan yang layak mereka terima, dan jika DIa berkehendak, maka
DIa akan mengampuni mereka karena DIa mengetahui karena mereka memang layak
untuk mendapatkan ampunan. Dengan penyerahan yang mutlak ini, Isa menyampaikan
jawaban atas pertanyaan Allah SWT dan belIau berlepas diri dari apa yang
dikatakan oleh kaumnya sepeninggalnya. Isa menyampaikan—pada awal
pembicaraannya—bahwa hanya Allah SWT yang patut disembah, dan pada akhir
pembicaraannya Isa menyampaikan penyerahan dirinya kepada Allah SWT. Allah
berfirman: 'Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar
kebenaran mereka.
Allah SWT memuji ketulusan Isa, dan karena
dIalog tersebut terjadi pada hari kIamat, Allah SWT berfirman: "Hari ini
adalah hari kIamat di mana orang-orang yang benar akan dapat mengambil manfaat
dari kebenaran mereka di dunIa. Kebenaran mereka di sana akan mereka temukan
balasannya yang berupa rahmat di sini. "Bagi mereka surga yang di bawahnya
mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-selamanya; Allah ridha
terhadap mereka dan mereka pun ridha terhadap-Nya. "
DemikIanlah balasan
orang-orang yang benar, surga. Dan ada balasan yang lebih baik dari surga,
yaitu kepuasan (ridha) seorang hamba terhadap Allah SWT dan keridhaan Allah SWT
terhadap hamba. PengertIan kepuasaan seorang hamba adalah kegembiraannya
terhadap penyembahan kepada Allah SWT sedangkan pengertIan keridhaan Allah SWT
terhadap hamba-Nya adalah rahmat yang diberikan-Nya kepada mereka: Itulah
keberuntungan yang paling besar.' Setelah itu Allah SWT, memberitahukan hakikat
Isa dan seluruh nabi-Nya: "Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi
dan apa yang ada di dalamnya; dan DIa Maha Kuasa atas segala sesuatu."
Allah SWT adalah Penguasa satu-satunya dan DIa Pencipta satu-satunya.
Selain-Nya adalah hamba.
Isa terus melangsungkan
dakwahnya sehingga kejahatan dan keburukan mengetahui bahwa singgasana mereka
terancam hancur. Lalu pasukan keburukan bergerak untuk menangkapnya.
Orang-orang Yahudi menyakitinya dan menuduhnya dengan berbagai macam tuduhan.
Isa dikatakan sebagai penyihir dan sebagai orang yang mengubah syarIat dan
mereka menisbatkan kekuatannya yang luar bIasa kepada kekuatan setan. Ketika mereka
tidak lagi memiliki tipu daya yang dapat melumpuhkan Nabi Isa dan mereka
melihat orang-orang yang lemah dan orang-orang fakir berkumpul di sekitarnya,
maka mereka mulai membikin suatu, makar. Mereka mempengaruhi orang-orang
Romawi.
Mula-mula pemerintahan
Romawi tidak turut campur karena menganggap bahwa perselisihan-perselisihan
antara orang-orang Yahudi adalah perselisihan yang terjadi demi memperebutkan
kepentingan sesama mereka. Lalu dIadakanlah majelis Sanhadurim (yaitu majelis
undang-undang tertinggi dari kalangan Yahudi). Mereka berkumpul untuk membuat
persekongkolan demi menyingkirkan Isa. Persekongkolan itu mengambil bentuk yang
baru.
Ketika orang-orang Yahudi
tidak mampu memerangi Nabi Isa, mereka berpikir untuk membunuhnya. Mulailah
para ketua pendeta Yahudi bermusyawarah untuk membuat suatu kesimpulan tentang
cara yang mereka lakukan untuk menangkap Nabi Isa yang tidak menirnbulkan
kegaduhan di tengah-tengah masyarakat.
Ketika para kepala Yahudi
bermusyarah, maka salah seorang dari murid al-Masih yang dua belas pergi kepada
mereka, yaitu Yahuda al-Iskhriyutha. Ia berkata kepada mereka, "Apa yang
kalIan berikan jika aku berhasil menyerahkannya kepada kalIan."
"Meja penghIanatan telah digelar di
antara mereka dan dimulailah perundingan. Orang-orang Yahudi berusaha mencari
titik temu dan mereka sepakat untuk memberinya tiga puluh lempeng dari perak.
Ini adalah harga yang bIasa mereka lakukan untuk membeli seorang budak sesuai
dengan syarIat Yahudi." (penjelasan Injil Mata)
Selesailah konspirasi
yang menetapkan untuk menangkap al-Masih dan kemudIan membunuhnya. Dikatakan
bahwa kepala pendeta Yahudi merobek-robek bajunya secara dramatis di suatu
pertemuan agama dan Ia berterIak, "sungguh
Isa telah kafir." Pero bekan baju dalam tradisi orang-orang Yahudi
dilakukan ketika mereka mendengar atau melihat sesuatu yang mengandung
penghinaan terhadap Allah. Para pendeta Yahudi tidak memiliki kekuasaan untuk
menetapkan hukum bunuh pada saat itu. Semua itu dilakukan oleh kekuasaan
penguasa Romawai. Tetapi tampaknya mereka berhasil meyakinkan kekuasaan Romawi
bahwa Isa telah membuat rencana untuk melengserkan kekuasaan Romawi atau mereka
berhasil meyakinkan penguasa Romawi bahwa masalah yang mereka hadapi murni
berkaitan dengan tradisi mereka dan keyakinan mereka. KemudIan mereka
menyarankan agar penguasa tidak turut campur atas apa yang mereka tetapkan.
DemikIanlah konspirasi itu telah ditetapkan dan telah diputuskan bahwa Isa
harus ditangkap dan kemudIan disalib.
Empat Injil yang dIakui
oleh kalangan Masehi saat ini membicarakan tentang proses pembunuhan Isa di
mana belIau disalib kemudIan belIau bangkit dari kematIannya dan naik ke
langit. Semua Injil ini sepakat tentang proses pengyaliban Isa dan kematIannya,
sebagaimana mereka sepakat tentang tabIat Isa yang mengandung ketuhanan yang
bercampur dengan tabIatnya sebagai manusIa. Kami akan menyampaikan keyakinan
orang-orang Masehi berkaitan dengan Isa sebagaimana diyakini oleh mayoritas
kaum Nasrani saat ini, kemudIan kami akan mengemukakan keyakinan Islam tentang Isa
sebagaimana diceritakan oleh Al-Qur'an al-Karim dan disampaikan oleh para ulama
dan disebutkan dalam hadis. Setelah itu, kita akan membicarakan hal-hal yang
perlu dibicarakan berkaitan hubungan antara kaum Muslim dan kaum Masehi serta
kaitannya dengan akidah mereka.
Injil Mata mengatakan,
"Isa ditangkap dan majelis Sanhadirum memutuskan bahwa Ia harus dibunuh.
KemudIan para anggota mejelis itu dari kepala-kepala para pendeta dan para
tokoh mereka menghinanya dan mengejeknya serta berbuat anIaya terhadapnya
bahkan mereka meludahi wajahnya dan menempelengnya. Sambil mengejek mereka
berkata, "beritahukanlah wahai al-Masih sIapa yang memukulrnu."
Setelah itu al-Masih ditangkap dan Ia ditetapkan untuk dibunuh.
Adalah sudah menjadi tradisi di kalangan
orang-orang Romawi untuk mencambuk orang yang ditetapkan untuk dibunuh sebelum
pelaksaan hukum tersebut. Oleh karena itu, para penguasa Romawi menetapkan agar
al-Masih dicambuk terlebih dahulu. Sedangkan syarIat Musa menetapkan agar
cambukan itu tidak melebihi empat puluh kali, namun orang-orang Romawi tidak
berhenti pada batasan ini bahkan mereka terus mencambuk korban dengan cambukan
yang kejam dan terus-menerus sehingga punggung yang bersangkutan hampir saja
patah dan napasnya nyaris tinggal sedikit. Setelah itu, mereka mulai
melaksanakan hukum bunuh kepadanya. DemikIanlah yang dilakukan oleh tentara
terhadap penyelamat kita. (Injil Mata 26)
Selesailah proses pecambukan, lalu
penguasa Romawi menyerahkan Isa kepada tentara agar mereka menyalibnya.
KemudIan para tentara membuat sesuatu hal yang bermaksud untuk menghibur.
Mereka mencabut pakaIan Isa yang dilumuri dengan darah yang ada luka di
tubuhnya setelah proses pencabukan, lalu mereka memakaikan pakaIan merah dengan
maksud untuk mengejeknya. Para raja bIasanya memakai pakaIan merah. Mereka
terus menghinanya. Mereka memakaikannya mahkota dari duri dan meletakkannya di
atas kepalanya. (Injil Mata 26)
Akhirnya, mereka sampai
pada suatu tempat yang bernama Jaljatsah, yaitu suatu tempat di luar pagar
Ursyilim. Tradisi Yahudi menetapkan untuk memberi satu gelas khamer yang
bercampur dengan minyak wangi bagi orang yang ditetapkan untuk dihukum mati
sebelum pelaksanaan hukum. Ini dimaksudkan sebagai alat pembius untuk
meringankan penderitaannya. Tetapi para tentara menentang tradisi ini dan
mereka memberi al-Masih satu gelas dari cuka yang bercampur dengan sesuatu yang
pahit." (Injil Mata 26)
Teks Injil mata mengatakan (cetakan tahun
1972) pada pasal kedua puluh tujuh: "Sehingga mereka sampai ke suatu
tempat yang bernama Jaljatsah lalu mereka memberinya minuman keras yang
bercampur dengan empedu agar Ia meminumnya. Ketika Ia merasakannya, Ia enggan
untuk meminumnya. KemudIan mereka menyalibnya. KemudIan mereka duduk di sana
menjaganya dan meletakkan di atas kepalanya suatu tuduhan yang tertulis: Ini
adalah Yasu', penguasa Yahudi. Mereka benar-benar menyalibnya bersama Yasim.
Salah seorang dari keduanya di sebelah kanannya dan yang lain di sebelah
kirinya. Lalu orang-orang yang lewat di tempat itu mencelanya dan berkata, "wahai
yang menghancurkan tempat sembahan dan yang membangunnya pada tiga hari,
selamatkanlah dirimu dan jika engkau adalah anak Allah, maka turunlah dari
tempat penyaliban itu."
DemikIanlah sebagIan
riwayat kaum Masehi tentang proses penyalipan serta penafsiran mereka berkaitan
dengannya. Kami telah menukilnya tanpa memperhatikan tentang catatan yang
terdapat dalam Injil Mata yang terbaru, yaitu Ia merupakan catatan yang paling
baik dalam bentuknya yang terkumpul dari ulama-ulama mereka dan tokoh-tokoh
agama Masehi sehingga Ia lebih mudah untuk dipahami dan lebih sederhana. Kami
telah mengemukakan sebagIannya kepada Anda dalam halaman-halaman ini.
Sementara itu, dalam
akidah Islam disebutkan suatu riwayat yang berbeda dengan riwayat yang ada
dalam Injil-Injil yang terdapat sekarang, baik yang berhubungan dengan
kehidupan akhir yang dIalami oleh Isa maupun tabIat Isa yang merupakan sumber
perselisihan setelah pengangkatannya. Al-Qur'an al-Karim menceritakan bahwa
Allah SWT tidak menghendaki Bani Israil untuk membunuh Isa atau menyalibnya
tetapi Allah SWT menyelamatkannya dari kekufuran mereka lalu mengangkatnya di
sisi-Nya. Mereka tidak berhasil membunuhnya dan tidak berhasil menyalibnya
tetapi Ia diserupakan seperti orang-orang di antara mereka. Allah SWT berfirman:
"Dan karena ucapan mereka: 'Sesungguhnya kami
telah membunuh al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah,' padahal mereka tidak
membunuhnya dan tidak pula menyalibnya, tetapi yang mereka bunuh Ialah arang
yang diserupakan dengan Isa bagi meeha. Sesungguhnya orang-orang yang
berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keraguan tentang
yang dibunuh itu. Mereka tidah mempunyai keyakinan tentang sIapa yang dibunuh
itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak pula yakin bahwa yang
mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat
Isa kepadanya." (QS.
an-Nisa': 157-158)
Dan Allah SWT juga berflrman:
"(Ingatlah), ketika Allah berfirman: 'Hai Isa,
sesungguhnya Aku akan menyampaikan karnu pada akhir ajalmu dan mengangkat kamu
kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir. " (QS. Ali 'Imran: 55)
Para ulama-ulama Islam
sepakat atas hal itu dan mereka berselisih pendapat tentang cara beragumentasi
terhadap apa yang mereka yakini sebagai kebenaran. SebagIan mereka meyakini
nas-nas Al-Qur'an saja yang menyebut tentang Isa al-Masih dan mereka tidak
mendukungnya atau memperkuatnya dengan kitab-kitab lain selain Al-Qur'an. Kedua
metode tersebut memiliki titik kekuatan tersendiri. Orang yang berpegangan
dengan pendapat yang pertama mengatakan bahwa Nabi melarang untuk membahas
kitab-kitab pegangan kaum Yahudi dan kaum Nasrani. Bagi kaum itu agama mereka
dan bagi kita agama kita dan hanya Allah SWT yang akan memutuskan segala
perselisihan di antara kita pada hari kIamat.
Sedangkan orang-orang
yang berpegangan dengan cara yang kedua mengatakan bahwa larangan Nabi tersebut
terjadi pada permulaan masa Islam di mana kaum Muslim sangat dekat dengan masa
jahilIah. Nabi memerintahkan mereka agar tidak disibukkan dengan kitab-kitab
lain selain kitab mereka, yakni Al-Qur'an. Yang demikIan ini dimaksudkan agar
mereka memiliki akidah yang kuat dan keyakinan mereka benar-benar tertanam
dalam diri mereka, Tetapi ilmu dan pandangan ilmIah menetapkan bahwa seorang
yang alim harus banyak menggali kitab-kitab kuno dalam rangka mengetahui
kebenaran dan jika Ia mendapati sesuatu yang sesuai dengan apa yang didapatinya
dengan kebenaran, maka hatinya akan lebih merasa tenang dan damai. Berkaitan
dengan kelompok yang pertama yang merasa cukup dengan Al-Qur'an, kita tidak
menemukan perincIan-perincIan yang mendalam berkenaan dengan usaha penangkapan
Isa, bagaimana proses pengangkatannya ke langit, di mana Isa diserupakan dengan
salah seorang di antara mereka, bagaimana dIa diserupakan dengan salah seorang
di antara mereka. Allah SWT telah menyerupakannya dengan salah seorang di
antara mereka sedangkan Nabi Isa dIangkat ke langit. DemikIanlah penjelasan
singkat mereka, tidak ada penambahan lagi. Sedangkan kelompok yang kedua,
mereka melontarkan kisah secara lengkap. Mereka mengatakan bahwa Allah SWT
menyerupakan Isa dengan Yahuda. Yahuda ini adalah Yahuda al-Askhariyutha yang menurut
Injil Ia menjualnya kepada musuh-musuhnya dan menunjukkan kepada mereka tentang
keberadaannya. Ia adalah seorang muridnya yang terpilih. DemikIan ini sesuai
dengan Injil Barnabas di mana disebutkan di dalamnya: "Ketika para tentara
mendekat bersama Yahuda di tempat yang di situ terdapat Yasu', maka Yasu'
mendengar kedatangan segerombolan orang yang menuju tempatnya. Oleh karena itu,
Ia segera pergi ke rumah dalam keadaan takut. Di dalam rumah itu terdapat
sebelas orang yang tidur. Ketika Allah melihat bahaya akan mengancam hamba-Nya,
maka DIa merintahkan Jibril, Mikail, dan Rafail (Israfil), serta Idril (Izrail)
yang mereka semua adalah para utusan-Nya untuk mengambil Yasu' dari dunIa. Lalu
datanglah malaikat-malaikat yang suci di mana mereka mengambil Yasu' dari pintu
yang dekat dengan arah selatan. Mereka membawanya dan meletakkannyadi langit
yang ketiga dengan disertai para malaikat yang selalu bertasbih kepada Allah
selama-lamanya. Yahuda masuk secara paksa ke kamar yang di situlah Yasu'
dIangkat ke langit. Saat itu murid-murid sedang tidur semuanya, lalu Allah
mendatangkan keajaiban yang luar bIasa di mana Yahuda berubah cara berbicaranya
dan juga wajahnya. Ia sangat mirip sekali dengan Yasu' sehingga kami mengiranya
Yasu'. Adapun Ia (Yahuda) setelah membangunkan kami, Ia mencari-cari di mana si
guru berada. Oleh karena itu, kami merasa heran dan kami menjawab,
"bukankah engkau wahai tuanku guru kami, apakah sekarang engkau telah
melupakan kami?" DemikIanlah kisah yang terdapat dalam Injil Barnabas. Allah
SWT berfirman:
"Al-Masih putra Maryam itu hanyalah seorang
rasul yang Sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya
seorang yang sangat benar, kedua-duanya bIasa memakan makanan." (QS. al-Maidah: 75)
Para ulama berkata,
"Al-Masih dinamakan al-Masih karena Ia mengusap bumi dan membersihkannya
serta usahanya untuk menyelamatkan agama dari fitnah di zaman itu karena saking
hebatnya kebohongan orang-orang Yahudi kepadanya dan bagaimana usaha mereka
untuk menciptakan dusta padanya dan kepada ibunya as." Banyak ulama yang
meriwayatkan tentang kesucIan spiritual dari Nabi Isa. Abu Hurairah
meriwayatkan dari Nabi bahwa belIau menceritakan tentang al-Masih sebagai
berikut: "Isa melihat seorang lelaki yang mencuri lalu Ia berkata: "Wahai
si fulan apakah engkau mencuri?" Orang itu berkata: "Tidak, demi
Allah aku tidak mencuri," Isa berkata: "Aku beriman kepada Allah SWT
dan pengelihatanku telah berbohong." Ini menunjukkan kesucIan ruhani Isa
di mana Ia lebih memilih sumpah orang itu atas apa yang disaksikannya. Ia
membayangkan bahwa orang tersebut tidak akan bersumpah dan membawa nama Allah
SWT yang Maha Besar lalu Ia berdusta sehingga Ia menerima pernyataannya dan Ia
kembali kepada dirinya sendiri sambil berkata: "Aku beriman kepada Allah SWT,
yakni aku mempercayaimu dan mataku telah berbohong karena engkau telah
bersumpah." Ada riwayat lagi yang mengatakan bahwa suatu hari Nabi Isa
berjalan bersama sahabatnya dan mereka melewati bangkai anjing yang busuk
baunya, lalu sahabat-sahabat Isa sangat terpukul dan sangat menderita dengan
bau anjing itu. Melihat sikap mereka, Isa berkata: "Lihatlah betapa putih
giginya."
Isa ingin mengajari
manusIa bagaimana mereka menghadapi keburukan di mana Nabi Isa menekankan agar
mereka lebih melihat kepada keindahan dan kebaikan. Dakwah Nabi Nabi Isa
merupakan puncak dari ketinggIan ruhani dan idealisme yang mengagumkan di mana
BelIau lebih menekankan kebaikan daripada keburukan. Rasulullah berkata:
"Semua para nabi adalah saudara, agama mereka satu sedangkan mereka dilahirkan
dari berbagai macam ibu dan aku adalah manusIa yang utama begitu juga Isa bin
Maryam di mana tidak ada nabi setelahku dan sesudahnya." Dalam berbagai
riwayat disebutkan bahwa Nabi Isa akan turun pada akhir zaman. Islam sangat
memberikan penghormatan kepada Isa yang sesuai dengan kedudukannya sebagai
salah satu nabi ulul azmi yang besar. Islam menamakannya Rasulullah dan
Kalimatullah yang telah diberikan kepada Maryam. Allah SWT berfirman:
"Wahai ahli Kitab, janganlah kamu melampaui
batas dalam agamamu, dan janganlah hamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang
benar. Sesungguhnya al-Masih Isa putra Maryam itu adalah utusan Allah dan (yang
terjadi dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan
tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan
janganlah kamu mengatakan: '(Tuhan itu) tiga.' Berhentilah dari ucapan itu.
(Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci dari
mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya.
Cukuplah Allah untuk menjadi Pemelihara. Al-Masih sekali-kali tidak enggan
menjadi hamba bagi Allah, dan tidak (pula enggan) malaikat malaikat yang
terdekat (kepada Alah). BarangsIapa yang enggan dari menyernbah-Nya dan
menyombongkan diri, nanti Allah akan mengumpulkan mereka semua kepadanya.
Adapun orang-orang yang beriman dan berbuat amal saleh, maka Allah akan
menyempurnakan pahala mereka dan menambah untuk mereka sebagIan dari
karunIa-Nya. Adapun orang-orang yang enggan dan menyombongkan diri, maka Allah
akan menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih, dan mereka tidak akan
memperoleh bagi diri mereka, pelindung dan penolong selain dari Allah. "
(QS. an-Nisa': 171- 173)
Ibnu Katsir berkata dalam
Qhisasul Anbiya': Para pengikut Nabi Isa berselisih pendapat setelah Nabi Isa
dIangkat ke langit. SebagIan mereka mengatakan, di tengah-tengah kita ada hamba
Allah SWT dan rasul-Nya (Ariyus). SebagIan lagi mengatakan, dIa adalah Allah.
Yang lain lagi mengatakan, dIa adalah anak Allah. Mereka berselisih pendapat
tentang Injil yang menyebutkan berbagai kebo hongan di mana terdapat di
dalamnya penambahan, pengurangan, dan pergantIan. Al-Qur'an al-Karim telah
membahas persoalan ketuhanan. Ia menjelaskan bahwa Allah SWT Maha Suci dari
segala sekutu dan anak dan segala hal yang menyerupai-Nya serta segala bentuk
ingkarnasi, kejauhan, kedekatan dan pencapaIan pandangan mata. Allah SWT
berfirman:
"Katakanlah: "DIa-lah Allah,
YangMahaEsa.'Allah adalah Tuhan yang bergantung kepadanya segala sesuatu. DIa
tidak beranak dan tIada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang
setara dengan DIa. " (QS. al-Ikhlash: 1-4)
Dan tentang Isa as Allah berfirman:
"Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi
Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah,
kemudIan Allah berfirman kepadanya: 'Jadilah' (seorang manusIa), maka jadilah
Ia." (QS. Ali
'Imran: 59)
"Mereka (orang-orang kafir) berkata: Allah
mempunyai anah.' Maha Suci Allah, bahkan apa yang ada di langit dan di bumi
adalah kepunyaan Allah; semua tunduk kepadanya. Allah Pencipta langit dan bumi,
dan bila DIa berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) DIa
mengatakan kepadanya: 'Jadilah', lalujadilah Ia." (QS. al-Baqarah: 116-117)
"Orang-orang Yahudi berkata: 'Uzair itu putra
Allah' dan orang-orang Nasrani berhata: Al-Masih itu putra Allah.' DemikIan
itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang
kafir terdahulu. Mereka dilaknat oleh Allah; bagaimana mereka sampai
berpaling?" (QS.
at-Taubah: 30)
Nas tersebut
mengisyaratkan akidah orang-orang Mesir dan orang-orang seperti mereka dari
umat-umat yang terdahulu di mana akidah mereka terfokus pada keyakinan
penyaliban Isa, tentang tebusan dan kebangkitan Tuhan yang disembelih serta
penentangannya terhadap para pengikutnya setelah kematIannya.
Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang
berkata: 'Sesungguhnya Allah itu Ialah al-Masih putra Maryam.' Katakanlah:
'Maka sIapakah (gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendah Allah, jika
DIa hendak membinasakan al-Masih putra Maryam itu beserta ibunya dan seluruh
orang-orang yang berada di bumi semuanya?' Kepunyaan Allahlah kerajaan langit
dan bumi dan apayang ada di antara keduanya; DIa menciptakan apa yang
dihehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. al-Maidah: 17)
"Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang
mengatakan: Allah salah seorang dari yang tiga,' padahal sekali-kali tidak ada
selain dari Tuhan Yang Esa." (QS. al-Maidah: 73)
DemikIanlah Al-Qur'an
al-Karim menyebutkan sikap berbagai aliran yang saling berlawanan yang tumbuh
setelah pengangkatan al-Masih. Al-Qur'an menjelaskan bahwa al-Masih adalah
hamba Allah SWT dan seorang rasul yang diutus kepada Bani Israil. Kata hamba
dan rasul adalah kata yang sangat jelas artinya, adapun yang dimaksud dengan
al-Kalimah dan ar-Ruh, maka kedua kata tersebut perlu dijelaskan. Kaum Muslim
memahami bahwa al-Kalimah adalah petunjuk Allah SWT yang diberikan-Nya kepada
Maryam sedangkan ar-Ruh adalah menunjukkan atau mengisyaratkan kepada Ruh
Kudus, yaitu Jibril as. Allah SWT telah menguatkannya atau menguatkan Nabi Isa
dengan ruh yakni Jibril:
"Dan (ingatlah) ketiha Aku dukung kamu dengan
Ruhul Kudus." (QS.
al-Maidah: 110)
Setelah mengemukakan
keyakinan kaum Masehi tentang karakter Nabi Isa dan akhir dari kehidupannya dan
setelah menjelaskan kebenaran yang Allah SWT ceritakan kepada kita tentang
karakter tersebut dan akhir dari kehidupan yang dIalami oleh Nabi Isa, kita
ingin mengetahui apa yang harus dilakukan oleh kaum Muslim dalam hubungan
mereka dengan orang-orang Masehi serta keyakinan mereka. Islam menetapkan atau
menyampaikan nas-nas yang jelas yang mengkhususkan agama Masehi—di antara
agama-agama yang lain—dengan kecintaan. Al-Qu'ran mengingkari ketuhanan
al-Masih; Ia juga mengingkari penyaliban dan tebusan dosa yang dilakukannya.
Namun Al-Qur'an menegaskan dalam nasnya bahwa agama Nasrani merupakan agama
yang lebih dekat kecintaannya kepada Islam. Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang
paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman Ialah orang-orang
Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat
persahabatannya dengan orang-orang yang beriman Ialah orang-orang yang berkata:
'Sesungguhnya kami ini orang Nasrani.' Yang demikIan itu disebabkan karena di
antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan
rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri." (QS. al-Maidah: 82)
Allah SWT memuji para pengikut al-Masih
yang berjalan di atas petunjuknya. Allah SWT berfirman:
"Dan Kami jadikan dalam hati orang-orang yang
mengikutinya rasa santun dan kasih sayang. Dan mereka mengada-adakan rahbaniyah
(keadaan tidak menikah dan mengurung diri di bIara) padahal kami tidak
mewajibkannya kepada mereka tetapi mereka sendirilah yang mengada-adakannya
untuk mencarai keridhaan Allah." (QS. al-Hadid: 27)
Tidak terdapat
kontradiksi dari dua sikap tersebut. Pengingkaran Al-Qur'an terhadap ketuhanan
al-Masih dan pengakuannya terhadap kecintaan kaum Nasrani serta pujIannya
terhadap orang-orang yang mengikuti Nabi Isa mengandung makna lebih dari satu:
Pertama, bahwa Masehi berdasarkan pada agama Tauhid dan sangat sulit bagi para
pengikutnya untuk meninggalkan tauhid, dan hanya Allah SWT yang mengakui
hakikat apa yang terpendam dalam hati; kedua, dalam kalangan orang-orang
Nasrani terdapat para pendeta dan para rahib yang tidak bersikap congkak di
hadapan Allah SWT tetapi mereka sangat patuh dan tunduk kepadanya; ketiga,
sebagIan pengikut Nabi Isa memiliki hati yang dipenuhi dengan kasih sayang dan
rahmat. Tentu rahmat dan kasih sayang tersebut tidak tumbuh kecuali dari
keimanan terhadap hari akhir. Allah SWT telah menetapkan perintah-Nya kepada
kaum Muslim agar mereka memperlakukan ahlul kitab dengan perlakuan yang mulIa
dan baik, sebagaimana Islam menjamin kebebasan untuk menentukan keyakinan pada
setIap manusIa. Allah SWT berfirman:
"Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah
beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak)
memaksa manusIa supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?" (QS. Yunus: 99)
"Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama
(Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang
salah." (QS.
al-Baqarah: 256)
"Katakanlah: 'Hai ahli kitab, marilah
(berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara
kami dan kamu, bahwa tidah kita sembah kecuali Allah dan tidak kita
persekutukan DIa dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagIan kita menjadikan
sebagIan yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling, maka
katakanlah kepada mereka: 'Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang
menyerahkan diri (kepada Allah).'" (QS. Ali 'Imran: 64)
Kita perhatikan bahwa
ayat-ayat tersebut berbicara tentang cara memperlakukan kaum Masehi sebagai
individu sebagaimana Ia berbicara tentang bagaimana kita memperlakukan
keyakinan mereka. Sehubungan dengan kaum Masehi sebagai individu, kita
menyaksikan ayat-ayat tersebut memerintahkan untuk membalas kecintaan yang mereka
perlihatkan di mana nas tersebut dengan tegas mengatakan bahwa mereka lebih
dekat kecintaannya kepada orang-orang yang beriman. Jika Allah SWT yang
menegaskan hal tersebut, maka orang-orang Muslim harus membalas kebaikan dan
kecintaan yang ditunjukkan oleh kaum Nasrani. Adapun sehubungan dengan
keyakinan mereka, di dalam Al-Qur'an terdapat banyak ayat yang melarang untuk
memaksa manusIa dalam bentuk apa pun. Allah SWT berfirman:
"Dan katakanlah: 'Kebenaran itu datang dari
Tuhanmu. Maka barangsIapa yang ingin beriman hendaklah Ia beriman, dan
barangsIapa yang ingin kafir bIarlah Ia kafir." (QS. al-Kahfi: 29)
Yang demikIan itu, karena
keimanan yang didahului dengan paksaan adalah bukan keimanan karena Ia berarti
mencabut ikhtIar atau kebebasan manusIa, padahal itu adalah syarat dari
keimanan. Dan barangkali inilah yang menunjukkan kesempumaan Islam dilihat dari
sikapnya yang demikIan indah. Kami kira tanpa kita harus memaksakan tafsiran
kita kepada ayat-ayat tersebut dan memohon kepada Allah SWT dari kesalahan dan
kebodohan bahwa Islam dengan sikapnya itu ingin menjauhkan para pengikutnya
dari kalangan awam dari perdebatan yang panjang dan melelahkan seputar
keyakinan orang lain. Tentu perdebatan tersebut tidak akan berujung dan akan
menjadi seperti debat kusir saja. Namun tugas tersebut hanya diemban oleh para
ulama, di mana mereka membahas sebagaimana mereka kehendaki berbagai
keyakinan-keyakinan keberagamaan, sedangkan orang-orang awam tidak diberi
tanggung jawab dalam hal itu. Lagi pula, perselisihan antara keyakinan dan
aliran-aliran di kalangan Masehi dan kalangan Yahudi jika melibatkan
orang-orang awam, maka itu hanya memboroskan waktu dan hanya membuat lelah
saja.
Islam akan kembali
menjadi asing dan akan kembali menjadi asing seperti pertama kali terbit. Dalam
suasana keasingan Islam yang pertama, orang-orang Muslim berhasil membangun
suatu individu Muslim yang kokoh. Dan ketika bangunan tersebut telah selesai,
maka sempurnalah pembangunan pemerintahan Islam. Kita tidak mendengar bahwa
salah seorang di antara mereka terlibat dalam perdebatan yang sengit yang tidak
berujung sekitar keyakinan orang lain. Sesungguhnya memberi petunjuk kepada
orang lain sehingga orang tersebut engetahui jalan menuju Allah SWT adalah
perbuatan yang indah, tetapi hidayah tersebut didahului dengan tekad seseorang
untuk memberikan petunjuk kepada dirinya sendiri. Seandainya orang-orang Islam
membimbing mereka menuju jalan Allah SWT niscaya Allah SWT memberi petunjuk
melalui mereka sIapa saja yang dikehendaki dari hamba-hamba-Nya.
Al-Qur'an menetapkan dua
mukjizat kepada Nabi Isa yang tidak disebutkan dalam kitab Injil: pertama
mukjizat yang berupa pembicaraannya saat Ia masih menyusui dibuaIan. Dan yang
kedua mukjizat makanan yang turun dari langit kepada kaum Hawariyin. Sebagaimana
Al-Qur'an menetapkan kemulIaan yang diperoleh oleh Nabi Isa saat Ia
diselamatkan dari tangan-tangan jahat orang-orang Yahudi yang ingin menyiksanya
atau membunuhnya sehingga Nabi Isa terselamatkan dan dIa dIangkat ke langit.
Rasulullah saw mewasIatkan kepada sahabatnya agar mereka memperlakukan
orang-orang Masehi dengan penuh kebaikan, bahkan belIau menikahi MarIa
al-Qibthiya. Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa seseorang lelaki
dari Bani Salim bin Auf yang bernama al-Hasin mempunyai dua orang anak yang
masih Kristen, lalu Ia masuk Islam dan bertanya kepada Rasulullah saw bagaimana
seandainya Ia harus memaksa kedua anaknya untuk memeluk Islam sedangkan mereka
berdua menolak agama lain selain agama Masehi? KemudIan Allah SWT menurunkan
ayat yang berbunyi:
"Tidak ada paksaan dalam memeluk agama
(Islam)." (QS.
al-Baqarah: 256)
Ketika para utusan Najran
dari kalangan kaum Masehi datang ke Madinah untuk berunding dengan Nabi, maka
belIau memberi mereka setengah dari mesjidnya agar mereka dapat melaksanakan
salat dengan cara mereka di dalamnya. Pada suatu hari Rasulullah saw berdiri
untuk melakukan salat kepada seseorang jenazah lalu dikatakan kepadanya bahwa
Ia adalah jenazah Yahudi. KemudIan Rasulullah menjawab: "Bukankah Ia
adalah manusIa." Dalam kesempatan lain Rasulullah saw bersabda:
"BarangsIapa yang mengganggu secara anIaya seorang Yahudi atau seorang
Nasrani, maka aku akan jadi musuhnya pada hari kIamat." Terkadang
kekuasaan akan langgeng meskipun disertai dengan kekufuran tetapi Ia tidak akan
abadi ketika disertai dengan kelaliman.
Para ulama Islam
berselisih pendapat berkaitan dengan keadaan Nabi Isa setelah pengangkatannya.
Mereka sepakat bahwa belIau tidak disalib tetapi Allah SWT mengangkatnya di
sisi-Nya. Tetapi ketika Ia tidak disalib, maka bagaimana keadaannya setelah
itu: apakah Ia masih hidup, ataukah Ia mati seperti matinya nabi yang lain?
Mayoritas mengatakan bahwa Allah SWT mengangkat Isa dengan fisiknya dan ruhnya
di sisi-Nya. Mereka mengambil zahir dari firman-Nya:
"Tetapi Allah mengangkatnya di sisi-Nya."
(QS. an-Nisa': 158)
Juga sebagIan hadis yang
mendukung hal tersebut. Sementara itu, kelompok yang lain dari kalangan
mufasirin, dan ini adalah kelompok yang minoritas, mereka mengatakan bahwa Nabi
Isa hidup sehingga Allah SWT mematikannya sebagaimana DIa mematikan
nabi-nabi-Nya lalu DIa mengangkat ruhnya di sisi-Nya sebagaimana ruh para nabi
dIangkat, begitu juga ruh para shidiqin (orang-orang yang benar) dan syuhada.
Mereka mengambil zahir firman-Nya:
"(Ingatlah) ketika Allah berfirman: 'Hai Isa,
sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu
kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir." (QS. Ali 'Imran: 55)
NO SPAM, SPAMER'S AKAN SECARA OTOMATIS TERHAPUS DARI FORM KOMENTAR, TERIMAKASIH !